Tidak Ada Alasan Perempuan Tidak Berpolitik

Judul buku       : Menyibak Tabir Perempuan Berpolitik
Penulis              : Maria Hartiningsih ( Editor )
Penerbit            : Surakarta : Yayasan Kridha Paramita
Tahun terbit    : 2008
Ukuran buku   : 14 x 21 cm
Jumlah hal.      : ix + 241 hlm.
Koleksi              : Perpustakaan  Yayasan  SATUNAMA Yogyakarta .

“Tidak Ada Alasan bagi Perempuan untuk Tidak Berpolitik“

Buku yang berjudul  : “ Menyibak Tabir Perempuan Berpolitik “ ini  merupakan kumpulan tulisan yang mengisahkan pengalaman perempuan dalam berpolitik praktis ( politik formal ) yang unik dan berbeda. Tidak mudah bagi seorang perempuan untuk terjun ke kancah politik praktis untuk berjuang menjadi wakil rakyat.

Jalan yang berliku, karena berbagai kendala mewarnai perjuangan para perempuan itu, baik kendala internal maupun kendala eksternal. Ada yang dapat melewati kendala-kendala itu dan berhasil menggapai cita-cita masuk ke ranah kekuasaan (kursi  legislative ). Namun ada pula yang gagal dan harus kembali ke kehidupan biasa di ranah domestic, ranah keluarga. Mereka yang gagal tidak putus asa, dan bahkan menyebut kegagalan mereka sebenarnya adalah  kesuksesan yang tertunda.

Menurut  Nurul Sutarti, dkk ( selaku penulis buku ini ) pengalaman perempuan yang berjuang di jalur politik ini perlu diungkapkan ke hadapan public – baik yang berhasil ataupun yang gagal –  agar dapat menjadi sumber pengetahuan bagi para pembaca khususnya kaum perempuan, terlebih bagi yang ingin berkiprah di dunia politik – parlemen.

Pembahasan tema ini diawali dengan prolog, bahasan utama terbagi dalam tiga bab dan diakhiri dengan epilog. Pada bagian prolog disampaikan alasan mengapa pengalaman perempuanini perlu diungkapkan kepada public. Lalu pada Bab I   berkisah tentang  suka duka dan pengalaman para aktivis perempuan yang sukses menggapai  Kursi Legislatif (hlm.93-123) Ada 5 ( lima ) orang perempuan sebagai  narasumber yang berhasil menggapai kursi parlemen. Kelima narasumber itu adalah : Andi  Fatmawati ( Boyolali ), Endang Pujiastuti ( Wonogiri ), Niken Hardono ( Semarang ), Siti Muslichah (Karanganyar ) dan Dra. Qoida (Kota Semarang ) .

Sebagai penyeimbang, dalam  Bab II juga disampaikan contoh 7 ( tujuh ) orang aktivis perempuan yang gagal melangkah ke kursi parlemen (hlm. 131-181).Mereka adalah : Ruchanah ( Sukoharjo ) , Rumiyati ( Karanganyar ), Noorochmah (Banyumas ), Hj. Sutarti Wahyono ( Sukoharjo ), Endang Maria Astuti ( Wonogiri ), Yustinah ( Kudus ) dan Wati Yusuf (. Bagi ketujuh perempuan ini kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Kendala yang sering dihadapi oleh seorang perempuan yang aktif di dunia politik, misalnya terkait dengan budaya patriarkhi, tugas-tugas domestic  ( rumahtangga ) yang harus ditangani, soal dana , dan juga soal kapasitas, diremehkan orang lain.

Semua narasumber mencoba melangkah maju ke perebutan kursi parlemen bertujuan untuk memperjuangkan kaum perempuan. Namun ternyata tidak semuanya berjalan mulus. Di bagian epilog, penulis menyampaikan ringkasan tentang potensi dan kendala perempuan untuk mewujudkan keadilan bagi semua. Adapun potensi yang dimiliki oleh perempuan, meliputi : kegemaran berorganisasi, wawasan politik dalam kehidupan keluarga, impian menjadi pengayom bagi orang kecil,persiapan berpolitik, dukungan dari sesama perempuan,keberanian berjuang dan pantang menyerah, serta  dukungan dari keluarga ( hlm.217-220 )

Sedangkan keterbatasan yang membuat mereka gagal di dunia politik praktis adalah : perempuan selalu ditempatkan di nomor urut bawah, hambatan dana  kampanye dan biaya politik lainnya, kekurangtertarikan perempuan pada dunia politik, hambatan dan tradisi budaya patriarkhis, kurangnya meminta dukungan masyarakat, perempuan lebih popular dengan nama suami, keraguan akan dukungan keluarga , dan kurangnya dukungan sesama perempuan ( hlm.220-223 )

Saat ini sudah cukup banyak buku membahas tentang kiprah perempuan berpolitik. Namun ada hal yang menarik dalam buku ini, yakni kisah dan pengalaman langsung para perempuan yang dijadikan narasumber dalam buku ini. Nurul Sutarti, dkk cukup pandai  menarasikan hasil wawancara-metode yang dipakai untuk menggali informs dan pengalaman para kandidat, baik yang berhasil maupun yang gagal melangkah di kursi parlemen. Penggunaan bahasa  dan istilah yang sederhana memudahkan pembaca untuk memahami maksud dan makna dari tulisan yang disampaikan.

Peresensi:
Tatik Sulistyaningsih
Pustakawan SATUNAMA

 

Tinggalkan komentar