Perubahan Kebudayaan: Sebuah Tinjauan Dari Pespektif Teknologi, Ideologi dan Nilai-Nilai

A. Pendahuluan

Perubahan  budaya dalam masyarakat meliputi berbagai bentuk meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan laoin sebagainya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan mencakup bagian yang lebih luas dari perubahan sosial, namun didalamnya tidak termasuk berkaitan dengan organisasi sosial. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan sangat erat. Kebudayaan adalah cara berpikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi ytang bersifat komunikatif seperti simbol-simbol dan bahasa yang menjadi alat pertemuan antar individu atau kelompok. Kebudayaan merupakan hubungan yang kompleks antara  pengetahuan, kepercayaan, kepercayaan, kesenian, adat istiadat  dan setiap kemampuan manusia untuk  mengembangkan kebiasaan sebagai warga masyarakat. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya (Soemardjan, 1982)

Kebudayaan sebagai sebuah  pendekatan dalam perubahan sosial berorientasi pada hal-hal yang lebih mikro seperti pandangan, sikap, dan orientasi individu. Hal ini yang membedakan antara disiplin sosilogi dan antropologi mengenai perubahan sosial. Sosiologi lebih menekankan aspek makro dalam perubahan sosial seperti jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi. Sosiologi memusatkan pada ketegangan antar kelompok sebagai faktor penyebab perubahan. Meskipun terdapat perbedaan, namun pendekatan  sosiologi dan antropologi cenderung saling berhimpitan.

B. Perubahan Kebudayaan

Pada topik 3 yang lalu kita telah membahas mekanisme perubahan sosial dalam perspektif materialistis dan idealistis. Ciri pokok kedua perspektif ini adalah bahwa material (teknologi) dan gagasan (ide) adalah sumber perubahan sosial. Dari perspektif ini melahirkan dua mazab besar dalam ilmu sosial yakni Marxisme dan Weberian. Perspektif materialisme memandang bahwa teknologi (material) yang menjadi penyebab perubahan  sosial. Masuknya teknologi telah menyebabkan polarisasi kelas, yakni yang disebut kelas borjuis pemilik modal dan kelas proletar. Kelas borjuis  menggunakan teknologi untuk efisiensi modal, dengan demikian memunculkan kelas buruh upahan dalam produksi yang  lebih masal.Corak terpenting dari perubahan sosial menurut Marx adalah hubungan antar kelas dalam mode of production. Sistem ekonomi yang eksploitatif dalam hubungan produksi menyebabkan pertentangan kelas yang akan menjadi  penggerak utama perubahan. Konflik yang ditimbulkan oleh corak produksi primitif dan akumulatif yang menyebabkan masyarakat berada dalam garis batas yang senantiasa bergerak kearah perubahan yang disumberkan pada keinginan terus mengakumulasi dan  sekaligus upaya untuk merebutnya.. Kita sampai pada sebuah kesimpulan bahwa perubahan sosial merupakan fungsi dari produksi (sistem ekonomi) termasuk didalamnya hubungan antar kelas dalam mode of production, teknologi yang ada di dalam masyarakat.

Prinsip yang ditimbulkan dalam logika materilis adalah bahwa ketimpangan dalam keseluruhan hubungan dalam masyarakat seperti kelas, penguasaan teknologi dan corak produksi.  Dalam bangunan masyarakat yang mendasarkan pada materialis  maka perubahan sosial adalah subuah proses menuju perobakan hirarkhi yang tumbuh diatas ketiga persoalan tersebut diatas. Perubahan sosial berada dalam spektrum merubah dan mempertahankan keadaan yang berlangsung. Dalam kontek ini secara simultan akan terjadi bergeseran pada upaya-upaya menguasai alat produksi, merombak dan mempertahankan kelas, serta keunggulan teknologi yang menggantikan corak produksi lama. Dalam konteks perubahan kebudayaan dalam perspektif materialis yang terjadi adalah perubahan pola interaksi (relasi). Dengan adanya teknologi masuk ke dalam satuan masyarakat maka menimbulkan relasi baru yang berubah dari sebelumnya ketika teknologi belum hadir dalam masyarakat. Dalam pengertian perubahan sosial klasik kebudayaan menimbulkan hubungan produksi yang lebih rasional, yakni sistem pengupahan. Corak produksi kapitalis yang adalah produksi kebudayaan dari model materialis. Dalam kebudayaan produksi kapitalis, hubungan-hubungan produksi yang sebelumnya bersifat subsisten dan berorientasi ke dalam berubah menjadi hubungan produksi yang bersifat akumulatif dan berorientasi ke luar (pasar). Dalam perubahan sosial kontemporer dengan masuknya teknologi telah merubah pola relasi individu. Teknologi yang hadir dalam masyarakat merubah hubungan antar individu, persepsi  dan pola konsumsi. Teknologi TV misalnya telah menghadirkan pola konsumsi yang baru dalam masyarakat terhadap suatu barang. Teknologi komunikasi membuat hubungan antar individu menjadi lebih intensif dan mudah.

Sedangkan kaum Weber  melihat bahwa sumber perubahan sosial adalah ide. Menurut pandangan Max Weber, perubahan hanya mungkin terjadi kalau dalam masyarakat jika tumbuh (gagasan) yang memacu produktifitas, seperti etos, hemat, individualis, rasional, dan lain sebagainya. dalam pandangan ini, norma atau etika dapat menjadi sumber utama yang menggerakkan perubahan. Masyarakat agraria subsisten dapat berubah menjadi lebih sejahtera jika etos kerja dan prinsip-prinsip etika kapitalisme diterapkan.  Dengan etos kerja yang tinggi, maka produktifitas akan meningkat dan mendorong  perubahan dalam masyarakat. Pandangan Weber mengenai etika protestan yang dapat pendorong perubahan dimana spirit ini muncul sejalan dengan gerak perubahan sejalan dengan munculnya sekularisasi gereja. Gerakan Calvinisme (protestanisme) membangkitkan imajinasi rasio manusia mengenai diri dan lingkungannya. Didalamnya tumbuh etos produksi yang didasarkan pada nilai-nilai yang tumbuh dari dalam seperti prudent, kewirausahaan, dan sekaligus akumulasi.  Dalam pandangan Weber, pemisahan agama dan masyarakat menumbuhkan rasionalistas yang akan menjadi dasar teguh bagi upaya kapitalisasi.

Perspektif  idealistis melihat bahwa perubahan sosial dapat ditumbuhkan dari dalam melalui rasionalitas masyarakat, yang tumbuh melalui internalisasi subjektif atas masyarakat.  Rasionalistas  ditumbuhkan untuk menggantikan doktrin-doktrin tradisional dalam masyarakat. Spirit etos  yang menggantikan tata nilai lama yang menghambat perubahan. Dengan spirit baru, masyarakat akan dibawa kedalam tatanan yang lebih produktif. Inilah konsepsi idealistis yang dibayangkan Weber. Weber menyakini bahwa kalau setiap individu memiliki spirit kewirausahaan maka akan ada cara untuk merombak masyarakat ke arah kemajuan.

Apa yang paling berpengaruh didunia saat ini? Dimasa lalu kita menemukan agama sebagai ideologi yang paling berpengaruh di dunia. Setelah perang dingin berakhir, praktis ideologi yang paling berpengaruh adalah  kebebasan (kapitalisme dan demokrasi). Sebagai sebuah gagasan (ideologi) perspektif ini telah mempengaruhi kebudayaan manusia. Hubungan individu dan kekuasaan yang rasional seperti pembentukan birokrasi negara dan alat kelengkapan pemerintah melalui mekanisme yang dipilih dari pada turun temurun. Individu cenderung mencari keselamatan sosial melalui cara-cara yang rasional dari pada dengan cara primitif seperti klenik. Ciri perubahan dalam perspektif ideologi adalah  penggunaan rasio dalam kehidupan sehari-hari. Melalui rasio lahir gagasan yang mendorong inovasi-inovasi  yang melahirkan perubahan sosial.

Dalam perspektif antropologi, perubahan yang paling menonjol pada tingkat perilaku individu yang dipengaruhi oleh faktor psikologi. Perubahan pada level ini lebih mikro dari pola perubahan sebelumnya. Nilai atau pandangan seseorang  yang diterima secara luas menjadi kebudayaan baru dalam masyarakat. Sebagai contoh adalah kebudayaan gotong royong dalam masyarakat yang bersumber pada kebutuhan –kebutuhan kolektif dalam masyarakat pedesaan. Kebudayaan gotong royong dapat berubah menjadi lebih komersial ketika nilai-nilai individual mulai berkembang. Ronda digantikan dengan satpam, gotong royong digantikan dengan sistem upah, upacara perkawinan yang memakan waktu berhari-hari diganti hanya dalam waktu semalam.

Kebudayaan masyarakat mengalami pergeseran sepanjang  lahir kebudayaan baru yang diterima sebagai bagian dari pola interaksi masyarakat. Perkembangan kebudayaan dipengaruhi oleh sejauh mana penerimanaan masyarakat terhadap nilai-nilai baru yang datang kemudian dan diikuti.  Dalam hal ini faktor psikologi berupa penerimaan terhadap nilai baru menjadi faktor utama mengenai kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat.

C. Kasus Indonesia

Ciri utama pembangunan pendesaan Indonesia pada  era Orde Baru adalah pilihan atas  modernisasi yang digunakan untuk mengentaskan “kemiskinan”. Manifes pembangunan yang dilakukan  adalah melalui berbagai bentuk pembangunan mulai dari pola produksi, rumah tangga sampai hubungan desa kota.  Soemardjan dan Breazeale (1993) mencatat tujuh bentuk pendekatan yang dilakukan  oleh pemerintah untuk memodernisasi desa  yaitu ;  listrik masuk desa, pemberantasan buta huruf, penyebaran informasi pembangunan melalui kelompok informasi, keluarga berencana, pemberdayaan perempuan melalui PKK, revolusi hijau melalui paket-paket kebijakan seperti BIMAS/INMAS, dan pembentukan koperasi (KUD). Ketujuh bentuk pendekatan tersebut dilakukan secara intensif untuk mendorong perubahan dalam kebudayaan masyarakat pedesaan menjadi lebih modern.

Penelitian yang dilakukan oleh Soemardjan dan Breazeale (19930 tersebut dikonsentrasikan pada dampak sosial dan budaya dari pembangunan masyarakat pedesaan di tiga propinsi yakni Aceh, Sulawesi Selatan dan Yogyakarta. Modernisasi dalam model pendekatan tersebut  menjanjikan masa depan masyarakat yang lebih baik dari  masyarakat tradisional sebelumnya. Negara ditempatkan sebagai center dan masyarakat ditempatkan sebagai peri-peri. Sekat-sekat kebudayaan antara desa dan kota dipersempit melalui penumbuhan berbagai media yang dapat memacu kebudayaan desa menjadi metropolis. Melalui berbagai media, masyarakat desa diintrodusir sebuah pengetahuan dan orientasi baru yang lebih dianggap lebih produktif dengan memasukkan nilai-nilai masyarakat ke desa-desa, sekalipun tidak semua kebudayaan kota relevan dengan kehidupan masyarakat desa.

Kita dapat mengambil contoh-contoh bagaimana model pembangunan  pedesaan yang  telah menyebabkan perubahan kebudayaan pada masyarakat pedesaan. Revolusi hijau misalnya  telah menghancurkan  ikatan tradisional antar keluarga yang digantikan dengan relasi yang lebih rasional dan memaksa sebagian anggota keluarga untuk keluar mencari penghidupan diluar sektor pertanian. Teknologi yang dicurahkan kedalam satuan usaha tani telah menyebabkan efisiensi usaha dengan emmangkas penggunaan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja perempuan. Dipergunakannya teknologi baru dalam persawahan memang mengakibatkan kenaikan produksi perhektar dan memungkinkan lebih banyak panen pertahun. Tetapi bersamaan dengan itu terjadi pembalikan dalam proses involusioner di bidang padat karya. Peralihan ke usaha tani yang rasional telah berjalan bersamaan dengan terjadinya ketidakmerataan dalam penghasilan karena sebagian besar hasil kenaikan produksi jatuh ke petani pemilik tanah dan modal. Penghematan biaya upah kerja telah menyebabkan hubungan produkdi yang lebih bersifat rasional dengan ditandai oleh akumulasi tanah dan penggunaan sistem upahan dalam pengolahan tanah.   Mereka akan menjadi buruh  upahan dan tidak dapat menikmati perkembagan kebudayaan karena jatuh dalam lingkaran kemiskinan. Selanjutnya bagi mereka yang tidak dapat bertahan dalam sistem ekonomi yang demikian akan terlempar keluar dengan bekerja sebagai buruh dan sektor informal lainnya di kota. Revolusi hijau telah menyebabkan berbagai persoalan dikalangan rakyat tani antara lain akumulasi kepemilikan tanah pada segelintir petani kaya, semakin besarnya buruh upahan di pedesaan, peminggiran kaum perempuan dari usaha tani, ketergantungan teknologi, sampai dengan kerusakan ekologi.

Masuknya listrik telah mendorong tingkat konsumsi yang lebih tinggi dengan penggunaan teknologi baru seperti radio, tv dan lain sebagainya. Dengan penggunaan teknologi informasi yang lebih baru tersebut juga mendorong berubahan konsumsi masyarakat desa. Teknologi telah mendorong perubahan besar-besaran  yang kebudayaan masyarakat desa.

Pemberantasan buta huruf juga mendorong masuknya kebudayaan baru yang ditandai dengan etos dan konsumsi baru oleh masyarakat pedesaan. Melek huruf telah mendorong tingkat konsumsi menjadi lebih tinggi sekaligus memaju etos produktifitas melalui penggunaan teknologi yang lebih fleksibel. KB juga mendorong perencanaan yang kelahiran yang  berpengaruh pada relasi keluarga, dimana  anggota keluarga tidak lagi dianggap sebagai aset khususnya dalam menyediakan tenaga kerja untuk  usaha tani.  Berbagai model pendekatan pembangunan tersebut telah menyebabkan  perubahan secara mendasar dalam  kebudayaan masyarakat desa yang bertumpu pada  memudarnya komunalisme yang digantikan dengan etos modernisme.

D. Kesimpulan dan Penutup

Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa teknologi, ideologi dan nilai-nilai menjadi sumber perubahan kebudayaan. Teknologi menyebabkan perubahan kebudayaan dalam hubungan-hubungan antar individu, khususnya ditandai dengan rasionalisasi dan personalisasi. Sedangkan ideologi telah menyebabkan pergeseran pada tingkat konsumtivisme individu. Etos produksi telah menyebabkan kompetisi menjadi lebih terbuka dan memunculkan pola komsumsi yang lebih masif. Sedangkan nilai telah merubah relasi baik ke dalam ataupun ke luar. Perubahan tersebut ditandai dengan berbagai kegiatan dan ritual untuk berbagai keperluan yang dilembagakan dalam bentuk nilai.

Teknologi Ideologi Nilai-nilai
Asumsi dasar Konflik yang menjadi sumber perubahan. Konflik disebabkan oleh polarisasi sosial  dalam dua kelas, kelas borjuasi dan kelas pekerja. Ide dan  etos  yang menjadi sumber perubahan. Rasio etika kapitalis melahirkan kekuatan untuk selalu bergerak produktif menghasilkan gagasan-gagasan baru yang menjadi inspirasi perubahan. Perubahan kebudayaan bermula dari proses inovasi, pembentukan kebiasaan baru oleh seorang individu yang kemudian diterima atau dipelajari oleh anggota masyarakat lain.
Sumber perubahan Teknologi yang merubah pola interaksi dalam masyarakat Ide atau gagasan sebagai sumber perubahan Psikologi  (perilaku manusia) sebagai sumber perubahan. aspek yang lebih mikri dan individual
Implikasi perubahan Hubungan antar individu  atau kelompok sebagai hasil perubahan yang disebabkan oleh masuknya teknologi. Rasio dan spirit produksi yang menghasilkan gaya hidup  masyarakat Perilaku yang menghasilkan seperangkat nilai objektif dan subjektif dalam masyarakat.
Ciri utama Personalisasi konsumsi Relasi

Tabel ; perbedaan antara teknologi, ideologi dan nilai-nilai

DAFTAR PUSTAKA 

Sztompka Sztompka (1994) The Sociology of Social Change, Oxford; Blackwell Publishers
Strasser, Herman and Susan C. Rendall (1981) An Introduction to Theories of Social Change, London; Routledge & Kegan Paul
Soemardjan, Selo & Kennon Breazeale (1993) Cultural Change in Rural Indonesia: Impact of Village Development, Jakarta; UNS-YIIS-East West Center
Sairin, Safri (2002) Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia; Perspektif Antropologi, Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Penulis:
Himawan Pambudi
Departemen Politik Demokrasi dan Desa
Yayasan SATUNAMA

Satu pemikiran pada “Perubahan Kebudayaan: Sebuah Tinjauan Dari Pespektif Teknologi, Ideologi dan Nilai-Nilai”

Tinggalkan komentar