Satunama.org – Strategi pemenangan politik dalam kancah elektoral adalah bagian tak terpisahkan dari dinamika demokrasi praktikal. Karena salah satu tujuan politik adalah menenangkan elektoral baik legislatif, pilkada, maupun pilpres. Karenanya, pengorganisasian politik untuk elektoral pun menjadi elemen yang harus dimiliki oleh setiap politisi yang bermaksud terjun ke kancah pemilihan.
Tema tersebut menjadi salah satu tema yang diberikan dalam Sekolah Politisi Muda SATUNAMA Angkatan VI Tingkat 2 Tahun 2022 yang berlangsung pada 28 September 2022 – 1 Oktober 2022 di Yayasan SATUNAMA Yogyakarta. Hadir sebanyak 26 orang peserta uang berasal dari berbagai partai politik di 7 provinsi di Indonesia. Tema pemenangan politik dan pengorganisasian politik untuk elektoral dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan para peserta dalam pemenangan elektoral baik secara individu maupun secara partai.
Perilaku Pemilih
Dalam konteks politik elektoral, memenangkan hati para pemilih potensial adalah syarat wajib mengingat seorang politisi baru akan duduk di kursi incarannya jika berhasil meraih suara yang cukup dari pemilih. Maka kunci strategi pemenangan politik elektoral terletak pada pemahaman terhadap perilaku pemilih.
Misalnya dalam hal political branding. Salah satu bentuk political branding adalah optical phenotype atau tampilan fisik yang bisa dilihat. Aspek ini dapat mempengaruhi perilaku pemilih. “Dari mana kita tahu bahwa penampilan kita ini cocok? Tergantung audiensnya kan. Politisi suka lupa dia menampilkan sesuatu yang belum tentu cocok dan diinginkan oleh audiens. Ini harus didasari dengan kajian. Menjadi politisi itu tidak mudah karena harus berpikir dari besar sampai ke detail.” Demikian tutur Djayadi Hanan, Ph.D, Direktur Eksekutif Lembaga Survey Indonesia (LSI) yang menjadi narasumber dalam sesi ini.
Djayadi melanjutkan bahwa politisi harus mau memperhatikan hal-hal kecil sekalipun, karena itu sangat mungkin berpengaruh terhadap karir politiknya ke depan. “Anda masuk dalam dunia yang menuntut anda banyak sekali. Kalau anda jadi politisi harus siap bekerja keras kecuali anda punya previlege atau hak istimewa. Ya, di Indonesia masih dimiliki oleh beberapa. Tapi anggap saja anda adalah politisi orang biasa yang tidak punya privilege. Cara berpikirnya begitu.” Kata Djayadi.
Lebih jauh, Djayadi menyebutkan bahwa perilaku pemilih menentukan banyak hal. Agar pemilih mau datang ke TPS dan memilih seorang calon, ada banyak hal yang memengaruhinya. Dari isu pribadi, politik, hukum, ekonomi hingga ke urusan tampilan fisik. “Ada juga yang dipengaruhi oleh evaluasi terhadap kondisi pemerintahan. Ini jika anda menjadi politisi yang terkait dengan pemerintah, itu bisa berpengaruh.” Kata Djayadi.
Aspek lain yang juga mempengaruhi perilaku pemilih antara lain party id dan sosio demografi. Sebagai wadah kiprah politik politisi, kedekatan emosional atau psikologis pasti terbangun terhadap partai politik. Pemilih bisa saja melihat aspek Party Id. Kemudian sosio demografi yang bisa berbeda di satu tempat dengan tempat lainnya. Di satu tempat bisa berpengaruh di tempat lain tidak berpengaruh. Misalnya aspek agama.
Personal Branding dan Canvassing
Ada kecenderungan pemilih Indonesia pilihannya kini semakin stabil. Menurut Djayadi, ini merupakan kabar baik untuk partai parlemen dan kabar buruk untuk partai baru. Kekuatan brand akan dimiliki partai parlemen. “Karena itu pemilih kita cenderung memilih partai yang sudah dikenal lama. Volatilitas elektoral di Indonesia semakin menurun, artinya ada kecenderungan stabil memilih partai yang sama.” Ungkap Djayadi.
Tantangannya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parpol rendah. Minat masyarakat terhadap isu politik juga rendah. Maka mengandalkan branding personal itu penting. “Anda harus berpolitik secara non politik. Jadi isu politik yang terlihat non politik itu yang dikedepankan, misalnya sembako, pendidikan, kesehatan, BBM, pekerjaan. Carilah isu yang sifatnya non politis meskipun itu adalah politik dan sesuaikan dengan minat audiens.” Demikian Dayadi.
Lebih dalam, Djayadi menyebutkan bahwa strategi pokok pemenangan terletak pada local and candidate based. Kuncinya adalah penguasaan lokal baik secara teritorial maupun secara segmental serta jangan hanya menggunakan satu jenis strategi. “Ada tiga jenis strategi dasar dalam pemenangan pemilu. Pertama, adalah political marketing. Kedua, adalah election games atau permainan politik pemilu. Ini minimal tidak membuat anda dirugikan. Biasanya, para caleg menggunakan strategi ketiga, yakni kombinasi.”
Strategi lain yang ditawarkan adalah canvassing. Caleg perlu melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan basis konstituennya. “Kalau anda punya waktu yang panjang, dan target anda segmented maka supaya berbiaya lebih murah anda bisa memulai dari bawah, tatap muka. Dan harus berkelanjutan.” Kata Djayadi.
Sekolah Politisi Muda SATUNAMA memiliki beberapa tujuan. Tiga di antaranya adalah memperkuat kemampuan Politisi Muda dalam mengkomunikasikan ide, pikiran, platorm partai polik kepada publik dan dalam memilih saluran-saluran komunikasi yang efekf-efisien, memperkuat kapasitas Politisi Muda dalam memetakan kekuatan sosial-politik dan membangun konstuen serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan Politisi Muda dalam menyusun rencana aksi politik.
Berkaca dari tujuan tersebut SATUNAMA memberikan tema Strategi Pemenangan Politik dan Pengorganisasian Politik untuk Elektoral kepada para peserta Politisi Muda untuk meningkatkan kemampuan dalam pemenangan elektoral baik secara individu maupun secara partai.
“Hal ini untuk pembuktian apakah pilihan , keputusan, dan program partai dapat diterima oleh publik. Setiap politisi pasti akan terlibat dalam politik elektoral dan menjadi salah satu pembuktian pengabdian politik mereka.” Ujar Himawan Pambudi, Penanggungjawab Sekolah Politisi Muda SATUNAMA yang menjadi bagian dari Program Civilized Politics for Indonesian Democracy. [Penulis : A.K. Perdana/Penyunting : Bima Sakti/Foto : Bima Sakti]