Judul buku : KESEHATAN PSIKOSOSIAL – Model Penyesuaian dalam Kepemimpinan di Era Perubahan Disruptif
Penulis : Johana E. Prawitasari – Edward Theodorus
Penerbit : Kanisius , Yogyakarta
Tahun terbit : 2021
Tebal halaman : xxv + 267 halaman
Ukuran buku : 15 x 23 cm
Bahasa : Bahasa Indonesia
Koleksi : Perpustakaan Yayasan SATUNAMA Yogyakarta .
Dalam rentang waktu hampir satu setengah tahun ini, (Januari 2020 sampai Juni 2021) dunia dihadapkan pada adanya pandemi Covid-19 yang melanda di seluruh dunia. Situasi dunia terkini memperlihatkan berbagai gejolak perubahan yang sangat besar, mendadak, tak terduga sebelumnya, dan tak terelakkan..Sudah banyak orang meninggal dunia akibat Covid-19, yang dumulai dari kota Wuhan di negara Tiongkok.
Virus begitu cepat menyebar ke seluruh dunia hanya dalam hitungan hari. Sejauh ini masih banyak negara yang belum dapat mengatasinya, namun sudah bermunculan mutasi-mutasi yang baru, yang semakin mudah menular. Dunia seakan dilanda ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir. Dunia seperti dingatkan kembali pada pandemi Flu Spanyol yang terjadi pada tahun 1918 – 1920, yang juga memakan korban jiwa jutaan orang.
Pandemi Covid-19 begitu berdampak besar dalam berbagai segi kehidupan. Soal kesehatan, ekonomi, pemutusan kerja, dan transportasi menjadi sektor yang paling terdampak Covid-19. Pembatasan mobilitas warga oleh pemerintah berpengaruh pada keterpurukan bidang transportasi, ekonomi. Jutaan orang di seluruh dunia menjadi korban Pemutusan Hubunga Kerja (PHK) oleh ribuan perusahaan yang tak lagi dapat berproduksi optimal. Sekilas seperti tak akan ada harapan kehidupan yang lebih baik lagi.
Pandemi global Covid-19 juga berpengaruh pada tiga hal perubahan besar : (1) Memaksa orang untuk belajar atau bekerja dari rumah, (2) Terkait data digital yang bertebaran di dunia maya, misalnya Google, Facebook, Instagram, Twitter, dan Zoom, lalu ditambang oleh berbagai perusahaan tanpa kita sadari, (3) perkara komputerisasi pekerjaan dan pengembangan kecerdasan buatan.
Timbul kekhawatiran bahwa computer akan mengambil alih pekerjaan manusia di beberapa hal, misalnya: tenaga administrasi, kasir,,pekerja pabrik, jasa pengiriman barang, dll. Namun demikian tetap akan ada bidang pekerjaan yang tak mungkin tergantikan oleh komputer, yakni pekerjaan-pekerjaan yang menuntut orisinalitas, kesenimanan, interaksi antarmanusia, misalnya ; tenaga medis, dokter, pekerja sosial, guru, pemuka agama, dll.
Sebuah penelitian mengatakan bahwa dampak Covid-19 akan berpengaruh pula pada tiga hal terkait dengan pekerjaan, yaitu : (1) Beberapa jenis profesi akan hilang beberapa tahun lagi, (2) Beberapa profesi akan tetap bertahan, dan (3) Akan ada juga beberapa pekerjaan baru ( Frey & Osborne, 2017).
Adanya pandemi Covid-19 tak ayal juga dapat mempengaruhi kesehatan mental atau psikologi seseorang. Perubahan cara berpikir dan cara menghadapi pandemi ini juga akan berpengaruh pada tindakan yang seseorang lakukan. Menjaga kesehatan mental dapat menaikkan imun dan memberi perasaan bahagia dan ketenangan pikiran. Di tengah situasi yang tak menentu manusia dituntut untuk tetap bekerja dengan baik.
Beberapa ilmuwan ( Blustein et all., 2019; Duffy et al., 2016 , Duffy et al., 2019 ) mengatakan bahwa orang bekerja untuk memenuhi tiga kebutuhan utama, yaitu (1) kebutuhan mendasar ( pangan, sandang, papan ) kebutuhan akan keterhubungan sosial dengan rekan kerja dan masyarakat yang lebih luas, serta kebutuhan untuk merasa mampu mencapai sesuatu dengan usaha sendiri.
Berbagai perubahan global yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi dalam waktu dekat dapat diumpamakan seperti gelombang lautan yang besar. Ada tiga pilihan untuk menghadapinya, yakni, kita dapat melawannya, kita hanyut di dalamnya atau kita berjuang untuk mahir mengarunginya.
Buku ini menyajikan modal kesehatan psikososial yang diperlukan agar kita tetap dapat bertahan hidup dan mengarungi gelombang samudra perubahan tanpa kehilangan rasa kemanusiaan. Buku ini juga menyajikan cara menjadi pribadi yang bertumbuh, produktif, dan kompetitif di era otomatisasi.
Buku ini menyajikan argumen bahwa kesehatan psikososial merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kesehatan psikososial mencakup kesehatan psikologis dan kesehatan situasi sosial. Guna mencapai kesehatan psikososial optimal, diperlukan kepemimpinan di level pribadi dan organisasi.. Para penulis menguraikan lima gradasi kepemimpinan yang dibutuhkan untuk mencapai esehatan psikososial optimal di tengah arus perubahan disruptif. Setiap gradasi disokong oleh berbagai kajian ilmiah
Secara khusus buku ini ditujukan bagi para professional maupun mahasiswa yang beraspirasi untuk bekerja di bidang yang sangat kecil kemungkinannya tergantikan oleh komputer, di antaranya : dokter, perawat, tenaga kesehatan, guru, dosen, seniman, pekerja sosial, pemuka agama dan juga penyidik kepolisian. Buku ini juga dapat dibilang unik karena meninjau kesehatan psikososial sebagai modal penyesuaian terhadap perubahan seperti munculnya pandemi Covid-19, ataupun perkembangan teknologi yang sangat cepat.
Karena buku ini bicara soal konsep kepemimpinan, maka buku ini juga mengajukan konsep kepemimpinan yang tidak hanya dapat menjadi modal pengembangan diri tidak melulu untuk pemimpin tetapi juga yang dipimpin. Buku ini dapat dipakai untuk mengasah kepekaan pemimpin dan yang dipimpin supaya selalu tajam dalam mengurai persoalan di tempat kerja maupun dalam hidup. Model kesehatan psikososial yang disajikan dalam buku ini merupakan pengalaman laku kedua penulis, yakni Johana E. Prawitasari dan Edward Theodorus.
Secara garis besar buku tulisan dalam buku ini terbagi dalam dua tema besar. Tiap satu tema besar akan dijabarkan dalam bahsan bab per bab. Dua tema besar dalam buku ini adalah PENINGKATAN KAPASITAS DIRI dan KESEHATAN PSIKOSOSIAL ORGANISASI.
PENINGKATAN KAPASITAS DIRI dibagi dalam tiga bab, yaitu tentang Merawat Stamina Psikososial Tingkat dasar yang menyampaikan tentang empat indicator kesehatan psikososial, yang dikenal dengan istilah : 4B, yaitu : Belajar, Bekerja, Bermain, Bercinta ( berbela rasa ). Kemudian Bab 2 Memperjuangkan Kemahiran Psikososial Tingkat Lanjut bicara soal kemahiran psikososial dalam diri manusia, yaitu : Kemahiran Mengelola Emosi, Kemahiran Berpikir Kritis, dan Kemahiran Belajar Mendalam. Sementara Bab 3 Mengejar Ambisi yang Manusiawi membahas soal Konsep-Konsep Dasar, Motivasi yang Melandasi Ambisi, Berproses dalam Mengejar Ambisi, dan Menjadi Sutradara Pencapaian Ambisi.
Sementara tema KESEHATAN PSIKOSOSIAL ORGANISASI terbagi dalam dua bab. Bab 4 Menumbuhkan Iklim Kerja Sama dan Saling Peduli, meliputi Mekanisme Kerjasama ala 5G, Rapat Koordinasi dan Bab 5 Menjadi Mentor yang Andal, meliputi bahasan tentang Pengertian Istilah “Permentoran”, Pementoran Ala SAGE, Pementoran ala KALIURANG, Hasil Penelitian Pementoran, dan Teknik Pementoran.
Sebagai penutup atau akhiran, buku ini bicara soal benang merah dan model kepemimpinan 5G sebagai alat bantu. Ditulis juga tentang jejak karya dua penulisnya, Johana Prawitasari dan Edward Theodorus, baik sebagai dosen, jejak saat menempuh berbagai pendidikan terkait dunia psikologi, maupun jejak langkah sebagai pekerja sosial.
Secara umum buku ini menarik untuk dibaca. Bahasan yang tampak rumit disampaikan dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami. Lay out buku ini juga tidak terlalu rumit. Guna melengkapi pemahaman dan pendalaman, dalam bahasan tentang mentoring dilengkapi juga dengan Lembar Kerja..
Jadi di tengah situasi yang serba tak menentu karena pandemi Covid-19 saat ini, membaca buku ini dapat menjadi salah satu cara menjaga kewarasan nalar kita. Seperti yang diyakini oleh kedua penulis buku ini, bahwa modal kesehatan psikososial yang disajikan di buku ini dapat menjadi sumber model penyesuaian terhadap perubahan-perubahan kita dalam menjalankan profesi kita masing-masing. Selamat membaca.
[Resensi Buku oleh : Tatik Sulistyaningsih, Perpustakaan SATUNAMA Yogyakarta]
Buku ini merupakan salah satu koleksi buku Perpustakaan SATUNAMA Yogyakarta