Generasi muda penghayat kepercayaan adalah subyek yang potensial untuk menangkap peluang perubahan baik di level internal penghayat maupun di sisi eksternal komunitas.
Secara umum disebutkan bahwa kerjasama antar pihak masih terus dibutuhkan untuk kemajuan akses pemenuhan hak-hak penghayat kepercayaan sebagai bagian dari HAM dan juga pengelolaan keberagaman. Dalam sektor pendidikan, pengembangan bahan pendidikan budaya menjadi sebuah rekomendasi tersendiri, terlebih jika dikaitkan dengan potensi generasi muda penghayat sebagai agen perubahan bagi komunitasnya sendiri dan dalam konteks lebih luas, menyumbang kepada arah pembangunan Indonesia yang lebih bermartabat.
Karenanya, pendekatan budaya dipandang signifikan sebagai salah satu strategi dalam kaitannya dengan eksistensi dan kesejahteraan komunitas penghayat kepercayaan sekaligus secara umum pemajuan penerimaan keberagaman di Indonesia.
Pengetahuan transformatif dengan demikian menjadi penting sebagai pijakan strategi untuk mewujudkan agenda besar tersebut. Kontribusi terhadap optimisme Indonesia beragam yang toleran butuh dibangun dengan literasi pengetahuan yang cukup, terkait anasir-anasir suportif yang bernalar, termasuk anasir budaya yang instrumental dalam kehidupan.
“Kami mengadakan berbagai pengelolaan dan pengembangan pengetahuan sebenarnya bertujuan untuk memperkuat kiprah gerak bersama agar lebih tepat implementasinya. Karena dari sana kita akan memiliki dasar sinergi yang akuntabel dan semoga berdampak semakin positif.” Ujar Valerianus B. Jehanu, salah satu pengelola Program Peduli SATUNAMA.
Riset yang dilakukan SATUNAMA berada dalam koridor dukungan pengetahuan yang kontributif terhadap kerjasama pemenuhan hak penghayat kepercayaan dan pengelolaan keberagaman yang bermartabat.
Sehingga gap antara realita yang ada saat ini dengan ide impian bersama tentang Indonesia yang inklusif dapat semakin tipis dan hilang. Sebuah harapan besar yang membutuhkan sinergi kolektif semua pihak. [AKP/SATUNAMA]