Indonesia bergerak menjadi tua. Dalam rentang perjalanan menua itulah, ia terus menerus mendefinisikan kata merdeka. Sebagai bangsa, 17 Agustus, 70 tahun silam, ia dimaklumkan. Berdiri sebagai bangsa dan negara yang merdeka. Ia berdiri di atas pekikan revolusi yang hingga kini belum menemukan titik sudahnya. Tetapi, mengutip kata-kata dalam teks proklamasi, “dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”, manusia indonesia belum menemukan bentuk merdeka dalam arti lahir dan batinnya. Maka tidak salah jika setiap agustusan, semua warga negara, yang mengaku manusia indonesia mendefinsikan ulang kemerdekannya.
Berbondong-bondong manusia, di segenap penjuru daerah, menggelar tirakatan. Mengenang kisah perjuangan pembentuk bangsa dan sekaligus merenungkan arti kemerdekaannya hari ini. Merenungkan itu tentu merenungkan arti kata manusia indonesia yang merdeka. Tapi pertanyaannya: seperti apa manusia indonesia yang merdeka.
Pernah suatu kali dalam beberapa pesan berantai menyebutkan apa saja yang dipakai oleh manusia Indonesia dari bangun tidur hingga menjelang tidurnya. Pesan itu menyebutkan:
“Saat bangun tidur anda minum apa? Air mineral ‘Aqua’? (74% sahamnya milik Danone, Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris) atau juga minum susu SGM (Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda). Bangun tidur, kita terus mandi pakai sabun Lux dan Pepsodent (Unilever, Inggris). Habis mandi terus sarapan? Berasnya beras impor dari Thailand (BULOG pun impor), gulanya juga impor dari Malaysia. Selesai sarapan, keluar rumah naik motor/mobil buatan Jepang, Cina, India atau Eropa tinggal pilih. Sampai kantor nyalain AC buatan Jepang, Korea atau Cina. Mulai bekerja pakai computer, HP (operator Indosat, XL, Telkomsel semuanya milik asing; Qatar, Singapura, Malaysia). Pulang kantor mampir belanja ke Carrefour, punya Perancis, atau ke Alfamart yang 75 % sahamnya ada di Carrefour. Bagaimana dengan Giant? Ini punya Dairy Farm International, Malaysia yang juga memiliki HERO Super Market. Malam-malam iseng ke Circle-K dari Amerika. Ambil uang di ATM BCA, Danamon, BII, Bank Niaga yang semuanya sudah milik asing walaupun namanya masih Indonesia. Bangun rumah pake semen Tiga Roda Indocement sekarang milik Heidelberg (Jerman – 61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim ( Swiss ). BB atau HP anda-pun buatan luar negeri ”
Pesan pendek itu lalu ditutup dengan pertanyaan satir: “benarkah kita merdeka?”. Keadaan dan sekaligus pertanyaan itu tentu menusuk kita. Seluruh waktu hidup kita dalam sehari, selalu mengkonsumsi produk yang dihasilkan oleh luar negeri. Dan kita mungkin “merdeka mengkonsumsi”. Tapi tentu bukan itu yang diharapkan pada pembentuk bangsa dan manusia indonesia hari ini. Kemerdekaan sebagai Manusia indonesia justru sebaliknya. Bersikap mandiri hingga mampu memproduksi dan mengkonsumsi semua hasil karya dalam negeri. Maka, perlu bahu membahu antar manusia indonesia untuk mengangkat indonesia agar tidak hanya menjadi bangsa konsumen tetapi menjadi bangsa yang produktif. Dan karenanya dibutuhkan manusia-manusia indonesia yang merdeka. Bukan hanya Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, tetapi manusia indonesia yang merdeka.
Mendefinisikankan dan terus mendefinisikan kemerdekaan adalah sebuah kemestian. Sudah semetinya pula ditanyakan pada setiap manusia Indonesia, “merdeka itu apa?”, “Apa makna kemerdekaan baginya?”. Jawaban-jawaban atas pertanyaan itu akan mampu mereflkesikan dirinya sebagai manusia indonesia. Media SATUNAMA melakukannya. Kami menyusun sebuah video pendek tentang arti kemerdekaan menurut manusia-manusia indonesia. Dan kami mencoba memaknai apa makna kemerdekaan.
Itu sebabnya, “merdeka” adalah proses. Dalam bahasa Indonesia, kata sifat kadang-kadang bisa juga berfungsi menjadi kata kerja: daun adalah hijau dan itu juga berarti daun menghijau. Maka “Indonesia merdeka” dapat berarti “Indonesia adalah merdeka”, tapi juga bisa berarti “Indonesia menjalankan kemerdekaan”.
Penjaga Dapur Media SATUNAMA