Kepayang dan Upaya Sinergi Agrowisata di Desa Jatimulyo

Satunama.org – Program pendampingan dari berbagai organisasi diperlukan untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan ekonomi berbasis lokal dan berkelanjutan. Salah satu yang sedang dilakukan Yayasan SATUNAMA di Desa Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo Kabupaten Kulon Progo DI. Yogyakarta adalah pembuatan sabun kepayang dan pengembangan agrowisata.

Sejak tahun 2014, Yayasan SATUNAMA telah melakukan berbagai program pendampingan di sana. Pendampingan tersebut mencakup program ekonomi berbasis sumber daya lokal hingga inisiatif keberlanjutan lingkungan. Wujud dari program tersebut adalah budidaya tanaman herbal, pengelolaan minyak dari pohon kepayang, serta inovasi sabun berbasis minyak kepayang. 

Masyarakat memanfaatkan lahan pertanian dengan menanam berbagai tanaman herbal yang digunakan sebagai bahan dasar jamu tradisional. Adanya program tersebut bertujuan untuk melestarikan pengobatan tradisional sekaligus menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat.

Menurut hasil Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2012, 2015, dan 2017, terdapat 32.013 ramuan pengobatan tradisional dan 2.848 spesies tumbuhan yang teridentifikasi sebagai bahan obat tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pasar jamu herbal dapat dikatakan besar, sehingga pengembangan budidaya tanaman herbal di Desa Jatimulyo menjadi langkah penting dalam meningkatkan penghasilan masyarakat.

Pemanfaatan Kepayang

Desa Jatimulyo juga memiliki sumber daya alam berupa pohon kepayang (Pangium edule). Didampingi oleh Yayasan SATUNAMA, warga setempat berhasil mengolah biji pohon kepayang menjadi minyak kepayang yang memiliki berbagai manfaat, termasuk sebagai bahan utama perawatan kulit dan kesehatan. 

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa masyarakat yang menggunakan upaya kesehatan tradisional meningkat sebesar 44,3% dari tahun 2010 hingga 2018. Ini menunjukkan minat masyarakat dalam penggunaan obat tradisional dan upaya kesehatan tradisional terus meningkat.

Suparman, waga Desa Jatimulyo saat menceritakan potensi kepayang (Foto: Fathnin Kumala Ghaisani)

Minyak kepayang memiliki kandungan asam oleat dan linoleat yang tinggi yang berkhasiat untuk kesehatan serta terdapat anti-inflamasi, antioksidan, dan antimikroba. Melihat potensi minyak kepayang, Yayasan SATUNAMA bersama warga Desa Jatimulyo mengembangkan produk inovasi, yakni sabun berbasis minyak kepayang. 

“Dari minyak kepayang kami membuat lagi satu kelompok kelanjutan dari minyak kepayang itu. Jadi kami membuat sabun kecantikan berbasis minyak kepayang. Ini adalah sabun yang belum pernah ada”, tutur Suparman, warga Desa Jatimulyo, Kamis (27/02/2025).

Dengan inovasi ini, Desa Jatimulyo berpotensi menjadi produsen sabun berbasis bahan herbal yang dapat bersaing dalam skala nasional. Selama ini Yayasan SATUNAMA tidak hanya mendampingi masyarakat dalam proses produksi tetapi juga bagaimana memasarkan produk mereka. 

Sinergi Agrowisata 

Selain program yang sudah terlaksana, warga bersama SATUNAMA pun mencanangkan reboisasi beberapa jenis tanaman. Salah satunya adalah tanaman alpukat sebagai bagian dari pengembangan agrowisata di Jatimulyo. Dorongan keberlanjutan lingkungan melalui program reboisasi yang direncanakan ini bertujuan untuk konservasi alam serta diarahkan menjadi bagian dari pengembangan ekonomi masyarakat di sana.

Rencana pengembangan agrowisata berbasis tanaman buah diusulkan karena adanya potensi lanskap alam berupa panorama perbukitan yang indah. Hal ini menjadi peluang bagi desa untuk mengmbangkan wisata berbasis lingkungan. 

Menurut penjelasan Suparman, salah satu warga Desa Jatimulyo, program ini melibatkan seluruh masyarakat desa, termasuk karang taruna, yang akan bertanggung jawab dalam perawatan tanaman dan pemanfaatan hasil panen. 

“Mudah-mudahan ini berhasil karena nanti ini melibatkan satu padukuhan. Kalau kelompok itu biasanya beberapa orang, itu maksimal 20 orang. Tapi kalau untuk reboisasi ini, satu padukuhan. Itu bisa ratusan yang ikut terlibat,” tutur Suparman.

Senada dengan Suparman, Prasetyo, salah satu anggota karang taruna, menjelaskan bahwa program ini tak hanya menjadi upaya penghijauan, tetapi juga menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan hasil panen alpukat.

Prasetyo (kiri) dan Suparman, waga Desa Jatimulyo saat mendiskusikan program reboisasi (Foto: Fathnin Kumala Ghaisani)

“Harapan kami di sini semoga program ini dapat berjalan dan dapat mendongkrak ekonomi yang ada di padukuhan kami. Selain itu, program ini juga dapat bermanfaat untuk banyak orang dan mengangkat potensi alam yang luar biasa,” ujar Prasetyo, Kamis (27/02/2025).

Mereka memilih bibit alpukat karena sesuai dengan kondisi tanah mereka dan mudah dalam pemasaran sehingga karang taruna Padukuhan Sonyo berharap dapat menarik wisatawan ke daerah mereka.

“Kami punya cita-cita untuk membangun sebuah wisata buah di sini. Semoga dengan adanya buah alpukat ini, bisa menarik perhatian wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri,” tambah Prasetyo.

Sebagai informasi, Yayasan SATUNAMA, melalui Departemen Pembangunan Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat (PBPM), terus berkomitmen dalam mendukung masyarakat desa untuk mencapai kemandirian ekonomi dan kelestarian lingkungan. Program ini menjadi bagian dari sinergi agrowisata di Desa Jatimulyo dengan menggabungkan pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan wisata. 

[Kontributor berita: Fathnin Kumala Ghaisani & Farah Eka Fariska / Editor: Oka Gualbertus / Foto: jatimulyo-kulonprogo.desa.id]

Bahan bacaan:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2017). Riset Kesehatan Dasar 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017. Available from: http://www.depkes. go.id/resources/download/general/Hasil Riskesdas 2017

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Tinggalkan komentar