Kolaborasi dan Keberlanjutan: Refleksi dari CtGA Alliance Meeting 2025

Satunama.org. – Partisipasi SATUNAMA dalam Change the Game Academy (CtGA) Alliance Meeting 2025 pada 17–20 Februari 2025 di Kampala, Uganda, menjadi momen penting untuk merefleksikan tantangan dan peluang dalam upaya pemberdayaan masyarakat serta mobilisasi sumber daya. 

CtGA Alliance merupakan inisiatif kolaborasi antar berbagai Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dari 15 negara yang berasal dari wilayah Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Pertemuan ini tidak hanya menjadi ajang pertukaran pengetahuan, tetapi juga ruang untuk memperkuat jaringan dan kolaborasi global.

Dalam pertemuan ini, SATUNAMA tidak hanya belajar dari praktik terbaik organisasi lain, tetapi juga merefleksikan kembali strategi dan pendekatannya dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Pentingnya kolaborasi dalam mobilisasi sumber daya dan integrasi inklusivitas dalam pembangunan yang berkelanjutan menjadi renungan utama dalam pertemuan ini.

Mengatasi Keterbatasan Sumber Daya

Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh organisasi masyarakat sipil adalah keterbatasan sumber daya. Dalam konteks ini, mobilisasi sumber daya tidak lagi sekadar tentang mengumpulkan dana, tetapi juga tentang membangun hubungan jangka panjang dengan donor, mitra, dan komunitas lokal. Melalui berbagai sesi diskusi dalam acara ini, semakin menguat kesadaran bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini.

Upaya kolektif dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya. Kolaborasi antarorganisasi memungkinkan penggabungan sumber daya dan berbagi keahlian, yang pada akhirnya meningkatkan peluang keberhasilan program. Namun, kolaborasi ini pun memiliki tantangan tersendiri. Perbedaan budaya organisasi, prioritas yang bertentangan, dan kompleksitas mengelola proyek multi-mitra sering kali menjadi hambatan.

Untuk itu, organisasi perlu mengembangkan pendekatan yang lebih terstruktur dalam membangun kemitraan, termasuk dengan menciptakan mekanisme komunikasi yang jelas, mendefinisikan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak, serta membangun kepercayaan melalui transparansi dan akuntabilitas.

Selain itu, mobilisasi sumber daya juga harus lebih inovatif. Kampanye yang memanfaatkan momentum global untuk menggalang dana dapat menjadi contoh bagaimana organisasi dapat memanfaatkan platform dan gerakan internasional untuk meningkatkan visibilitas dan engagement dengan donor. Meski demikian, pendekatan ini perlu disesuaikan dengan konteks lokal dan kebutuhan komunitas yang dilayani.

Tantangan lain yang menjadi fokus refleksi adalah pentingnya integrasi elemen inklusivitas dalam setiap program pembangunan. Misalnya tentang integrasi perspektif gender. Ini tentu bukan sesuatu yang baru, namun pertemuan ini mengingatkan bahwa kesetaraan gender harus menjadi bagian integral dari setiap tahap program, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Pembangunan yang inklusif harus juga menciptakan ruang bagi mereka untuk menjadi agen perubahan.

Program-program harus dirancang untuk memberikan akses terhadap sumber daya, pelatihan, dan kesempatan untuk mengelola dan memimpin. Dalam konteks gender, tantangan yang sering dihadapi adalah resistensi budaya dan norma sosial yang membatasi peran perempuan. Karenanya, perlu dikembangkan strategi yang lebih sensitif terhadap konteks budaya lokal, sambil tetap mempromosikan nilai-nilai kesetaraan dan inklusi.

Membangun Kemitraan Strategis

Bercermin dari pembelajaran tersebut, perlu lebih aktif dijalin kemitraan strategis antar berbagai pemangku kepentingan, baik di tingkat lokal hingga global. Ini termasuk mengembangkan inisiatif kerja sama yang memanfaatkan kekuatan dan keahlian masing-masing mitra. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan peluang mendapatkan pendanaan, tetapi juga memperluas jaringan dan memperkuat dampak program.

Strategi integrasi inklusivitas juga perlu dikembangkan lebih sistematis. Dalam konteks gender, misalnya dengan menyediakan pelatihan khusus tentang gender bagi staf dan mitra, serta memastikan bahwa indikator keberhasilan program mencakup aspek kesetaraan gender. Hal lain yang tak kalah penting adalah memanfaatkan platform dan gerakan global. Organisasi juga perlu mengembangkan sistem evaluasi dan pemantauan yang lebih efektif, termasuk menggunakan data untuk terus memperbaiki dan menyesuaikan strategi.

Dalam dunia yang semakin terhubung, kolaborasi, adaptasi, dan inovasi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan pembangunan yang semakin kompleks. SATUNAMA dapat terus memperkuat kerja-kerjanya tidak hanya bagi masyarakat yang dilayaninya, tetapi juga bagi jaringan global yang bekerja menuju tujuan yang sama: pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan, melalui kolaborasi, inovasi, dan komitmen pada prinsip-prinsip pemberdayaan. 

[Kontributor Berita: Ariwan Perdana | Editor: Oka Gualbertus | Foto: Dokumentasi CtGA Alliance]

Tinggalkan komentar