Satunama.org – Keluarga merupakan circle terdekat yang memegang peranan penting dalam menjaga dan membantu proses pemulihan bagi orang yang mengalami gangguan psikososial. Kepedulian keluarga berupa rawatan dan dukungan (terhadap kesehatan jiwa) tentu akan mempercepat proses pemulihan orang dengan disabilitas psikososial/ODGJ.
Untuk menunjang peran keluarga dalam proses penyembuhan ODGJ tersebut, tentunya memerlukan pengetahuan dan juga skill agar peran dan fungsi mereka menjadi optimal dalam proses pemulihan orang dengan disabilitas psikososial.
Menjembatani itu, di sinilah peran psikoedukasi bagi keluarga agar keluarga memiliki pengetahuan dan skill untuk menghadapi anggota keluarganya yang mengalami masalah psikososial. Psikoedukasi keluarga sejatinya merupakan bagian dari terapi psikososial, tujuanya adalah agar keluarga memiliki pengetahuan tentang gangguan mental yang dengan itu kemudian harapanya dapat menurunkan angka kekambuhan dari ODGJ.
MHDIS Selenggarakan Pelatihan Psikoedukasi
Mental Health and Disability Institute of SATUNAMA (MHDIS) sebagai platform pembelajaran publik tentang isu kesehatan mental dan difabilitas yang berada dibawah naungan Departemen Kesehatan Jiwa dan Difabilitas SATUNAMA memandang perlu mengadakan suatu pelatihan psikoedukasi keluarga. Pada pelatihan ini, kemampuan dan pengetahuan tentang psikoedukasi keluarga akan dikonversi menjadi proses pembelajaran. Para peserta pelatihan akan dibekali pengetahuan dan juga bimbingan langsung oleh fasilitator dan pemateri yang bisa diandalkan.
MHDIS telah merancang sebuah konsep pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan di masyarakat. Materi pelatihan disampaikan dengan bahasa yang sederhana sehingga peserta dapat memahami keseluruhan materi. Bukan hanya belajar tentang teori, para peserta juga diarahkan untuk melaksanakan diskusi kelompok, bermain roleplay dan diberikan kesempatan untuk melakukan field visit ke Rumah Pembelajaran Kesehatan Jiwa (RPKJ) Departemen Kesehatan Jiwa dan Difabilitas SATUNAMA.
Adapun materi yang disampaikan pada pelatihan yang berlangsung selama tiga hari tersebut (4-6, November, 2021) tersebut adalah sebagai berikut :
- Konsep kesehatan jiwa
- Cara pencegahan kekambuhan dan penanganan gangguan jiwa
- Konsep Keluarga
- Konsep Terapi Psikoedukasi Keluarga
- Mengelola Stres Pada Caregiver/Pendamping ODGJ
Lima materi pelatihan diatas disampaikan secara berurutan selama proses tiga hari pelatihan berlangsung. Setiap harinya kegiatan pelatihan dimulai pada pukul 09.30 dan berakhir pada pukul 16.15. Untuk menghilangkan kejenuhan peserta, di sela-sela sesi kegiatan peserta diajak melakukan ice breaking dan bermain games seru lainya agar fokus kembali terbangun dan para peserta bisa mengikuti pelatihan secara optimal hingga akhir.
Di hari pertama, materi yang disampaikan adalah mengenai konsep kesehatan jiwa yang dilanjutkan dengan pencegahan kekambuhan dan penanganan gangguan jiwa. Konsep kesehatan jiwa di sini lebih mensharingkan apa itu sehat jiwa. Kondisi sehat secara holistik itu tidak hanya sehat secara fisik, namun juga mencakup sehat jiwa dan sehat secara sosial. Nah, kondisi tersebut memungkinkan seseorang bisa menjaga kesehatan jiwanya bila kondisi fisiknya juga sehat dan mampu berkontribusi di lingkungan sosialnya.
Metode Role Play Dalam Pembelajaran Psikoedukasi
Role play atau bermain peran memang merupakan metode pembelajaran yang ampuh dalam sebuah pelatihan, di sesi ini peserta dikelompokkan masing-masing dua orang, setiap kelompok akan bermain peran secara bergantian, menjadi seorang pasien dengan disabilitas psikososial dan seorang lainya menjadi pendamping. Sesi ini langsung dibawah bimbingan pemateri, sehingga proses bermain peran diiringi dengan penjelasan bagaimana seorang pendamping harus bereaksi atau memahami terhadap sikap, ataupun pesan nonverbal yang terlihat dari pasien ODGJ.
Setelah role play, peserta mendapatkan gambaran mengenai bagaimana cara mencegah munculnya relaps (kambuh), dan juga saat menangani kondisi seseorang dengan gangguan kejiwaan. Terlebih dahulu peserta diberikan gambaran untuk mengenali gejala awal kekambuhan dan penyebabnya. Biasanya gejala dan tanda awal kekambuhan antara lain adanya gangguan tidur, muncul kekhawatiran, kecemasan, tegang dan gugup, beberapa orang merasa mudah tersinggung dan marah, mulai menarik diri, bahkan yang ekstrim itu mengurung diri di kamar dan menolak untuk makan. Beberapa penyebabnya bisa karena perubahan dalam perawatan, pengobatan yang tidak teratur, adanya tekanan sehingga timbul stress, adanya penyakit lain, dan akibat pengaruh alkohol atau penyalahgunaan narkoba. Dampak dari kekambuhan bisa bermacam-macam tergantung kondisi dan situasi orang yang mengalaminya. Misal, orang yang bersekolah atau bekerja kemudian diberhentikan/dikeluarkan, hilangnya hubungan sosial yang sudah terbina, dan yang sering terjadi adalah adanya penurunan kemampuan berpikir.
Hari berikutnya, peserta diberikan materi terkait dengan konsep keluarga. Keluarga merupakan circle terdekat yang sepatutnya memiliki peranan dalam pemulihan bagi kondisi kejiwaan anggota keluarganya. Bagaimana keluarga bisa mengambil peranan tersebut? Disinilah pentingnya psikoedukasi keluarga. Keluarga dilatih untuk berkomunikasi secara terapeutik dalam menjaga kondisi sehat jiwa di keluarganya, keluarga bisa mendapatkan informasi yang benar terkait dengan gangguan jiwa dan pengobatannya, dan keluarga merasa tidak sendirian karena mendapatkan dukungan dari keluarga lain maupun pihak-pihak yang membantu.
Field visit ke RPKJ
Setelah pemaparan materi selesai, peserta diajak field visit di Rumah Pembelajaran Kesehatan Jiwa (RPKJ). Field visit bertujuan untuk melakukan assessment kepada warga dampingan (sebutan untuk pasien rehabilitasi sosial) yang bermukim di RPKJ. Pada kesempatan ini para peserta diminta untuk melakukan observasi lapangan secara langsung bagaimana menghadapi pasien/orang dalam gangguan jiwa.
Di hari ketiga, peserta sharing untuk memaparkan pengalaman berdinamika bersama warga dampingan RPKJ. Kemudian peserta diberikan materi terkait mengelola stres. Stres merupakan kondisi yang wajar dialami oleh tiap orang. Namun, kondisi stres dapat merugikan apabila terjadi respon yang berlebihan atau dibiarkan berlangsung lama tanpa ditangani dengan baik. Apabila stres dapat dikelola dengan baik, maka seseorang akan termotivasi untuk berusaha menyelesaikan tantangan yang ada. Tak dapat dipungkiri, keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan disabilitas psikososial mengalami kondisi stres. Oleh karenanya, peserta juga dilatih manajemen stres.
Pelatihan yang dibawakan dengan menyenangkan ini menunjukkan bahwa keluarga berperan penting dalam menjaga maupun membantu proses pemulihan anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Seperti kata Michael Foucault, filsuf berkebangsaan Perancis, keluarga adalah tempat untuk membangun tubuh anggota keluarganya. Kalau bukan dimulai oleh keluarga, mau siapa lagi?
[ Penulis: Refan Aziz dan Patrik Dyan / Penyunting: Bima Sakti / Foto: Refan Aziz dan Patrik Dyan ]
Terima kasih saya sudah membaca Laporan pelatihan ini. Saran saya tolong lain kali proses pelatihan juga disitir sedikit paling tidak pemuatan itu suatu pengakuan bahwa DIA/MEREKA telah menyampaikan suatu ilmu yang dalam tulisan ini dimuat. Siapa tahu ada karena pengakuan ltu dan nama mereka dimuat, mereka mau menambah pengetahuan baru, ada koreksi yang diperlukan sehingga kita mengajak untuk terue berlanjut komunikasinya.
Selain itu dengan menulis nama mereka kita mengundang jika ada yang mau berhubungan dengan mereka untuk mendapat koreksi, tambahan atau relasi berikutnya.
Dengan cara menuliskan Fasilitator yang mengajar kita menambah kemungkinan meluasnya komunikasi. Itulah salah satu strategi yang sejalan dengan seruan OECD selutuh dubia, sebaiuah lembaga dan perogram sebaiknya memperhatikan SUSTAINABILITY (Keberlanjutan). Menambah kawan adalah langkah kemanusiaan yang sangat penting untuk mengendalikan nafsu egois yang melakat pada setiap manusia.
Perjuangan KEMANUSIAAN harus selalu dijiwai dan disemangati spirit menambah kawan dlm setiap kegiatan yang kita jalankan. Jangan lupa
Salam
Methodius Kusumahadi
Tetangga ada satu keluarga berjumlah 5 orang yg odgj ada 3 gimana belum tersentuh pihak pemerintah..satu orang sdh kondisi mengawatirkan bawa senjata. Lokasi gunungkidul. Mohon saran
dapat menghubungi https://instagram.com/rumahpembelajarankesehatanjiwa