Satunama.org – Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi ini membuat Indonesia akrab dengan bencana seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (BNPB, 2023).
Sepanjang tahun 2023 tercatat telah terjadi 5.400 kejadian bencana yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari 5.400 menjadi 3.544 kejadian. Bencana hidrometeorologi mendominasi kejadian bencana, baik hidrometeorologi kering dan basah.
Bencana pada tahun 2023 mengakibatkan 275 orang meninggal, 33 orang hilang, 5.795 orang luka-luka dan 8.491.288 orang menderita dan mengungsi. Selain itu dampak kerusakan yang terjadi akibat bencana di antaranya 47.214 unit rumah, 680 unit fasilitas pendidikan rusak, 506 unit fasilitas peribadatan dan 105 fasilitas kesehatan.
Kesiapsiagaan Bencana
Kondisi Indonesia yang rawan bencana melahirkan beragam upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Undang-undang RI No. 24 Tahun 2007 menerangkan kesiapsiagaan sebagai “serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna”.
Sebuah riset dari Sarfika et al (2023) bahwa kesiapsiagaan keluarga dengan disabilitas mental terkait rencana tanggap darurat bencana mendapatkan dua tema utama. Pertama, perencanaan evakuasi, dan kedua perencanaan pertolongan dan penyelamatan keluarga. Keluarga harus terlibat dalam pelatihan penyelamatan rencana tanggap darurat bencana pada keluarga dengan disabilitas mental. Karena keluarga adalah orang terdekat dan terpercaya oleh penyandang disabilitas, sehingga peran keluarga menjadi penting. Keluarga dengan kesiapsiagaan (Family disaster Planning) penting dimiliki terutama di dalam anggota keluarga yang mempunyai anggota disabilitas. Untuk mengurangi risiko bencana diperlukan pengetahuan sedangkan sikap dibutuhkan dalam bertindak ketika terjadi bencana (Susanti & Aprilia, 2021).
Dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, Warga Dampingan dan Caregiver di Rumah Pembelajaran Kesehatan Jiwa (RPKJ) SATUNAMA mengadakan simulasi gempa bumi (30/10/2024). Simulasi ini merupakan salah satu kegiatan unit Tanggap Darurat dan Disabilitas. Tujuan dari simulasi ini adalah memberi pemahaman kepada Warga Dampingan tentang langkah-langkah yang perlu diambil saat terjadi gempa bumi.
Antusiasme Warga Dampingan
Acara dimulai dengan menonton video animasi youtube yang menguraikan protokol penting keselamatan gempa bumi. Warga Dampingan terlibat dengan penuh perhatian. Setelah pemutaran video, diadakan diskusi mengenai apa saja petunjuk penting di video yang ditonton.
Selesai diskusi, Warga Dampingan diajak membaca kembali pedoman cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa bumi. Pedoman tersebut berbentuk poster dan telah ditempel di kamar Warga Dampingan. Langkah-langkah apa saja yang paling diingat oleh mereka. “Keluar dari kamar tidur dan melindungi kepala dengan bantal”, ujar seorang Warga Dampingan.
Poster tersebut berisikan informasi mengenai langkah apa yang perlu dilakukan saat berada di dalam ruangan dan peralatan yang perlu dipersiapkan. Saat berada di dalam ruangan (RPKJ), Warga Dampingan diharapkan untuk tetap tenang dan mengikuti arahan Caregiver. Merunduk dan melindungi kepala dengan kedua tangan/bantal lalu mencari tempat perlindungan terdekat. Berlindung di tempat yang aman, seperti di bawah meja yang kuat; cari pintu keluar terdekat, pastikan tidak ada halangan; lari menuju titik kumpul yang aman yang sudah ditentukan.
Kemudian peralatan yang perlu dipersiapkan meliputi air minum, makanan tidak mudah basi, alat kebersihan diri, obat-obatan pribadi yang dibutuhkan, dokumen penting (KTP, Kartu Keluarga, Kartu BPJS, dll). Semua itu bisa dimasukkan ke dalam tas (tas siaga bencana). Tas yang dipersiapkan tersebut untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi darurat lain. Tas ini harus dibawa bersamaan ketika menyelamatkan diri saat bencana terjadi.
Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan simulasi. Simulasi ini tidak hanya membekali Warga Dampingan dengan pengetahuan keselamatan yang penting, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan di antara Warga Dampingan dan Caregiver. Dengan bekerja sama dan mempraktikkan simulasi ini, mereka dapat mengembangkan rasa percaya diri dan terlatih dalam kesiapsiagaan bencana.
Simulasi ini berupa latihan praktis di mana Warga Dampingan berlatih evakuasi cepat ke titik kumpul yang telah ditentukan. Semua terlibat dalam simulasi evakuasi, menunjukkan pemahaman mereka mengenai pentingnya tindakan cepat dalam skenario kondisi nyata. Caregiver memastikan bahwa Warga Dampingan mencapai lokasi aman secara terkendali.
Unit Tanggap Darurat dan Disabilitas berkomitmen untuk meningkatkan kesiapan dan ketahanan Warga Dampingan. Kegiatan simulasi ini sangat penting untuk membangun kesadaran dan memastikan bahwa setiap individu mengetahui cara melindungi diri dan membantu orang lain saat bencana terjadi.
Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (Kerangka Sendai) telah mensyaratkan partisipasi aktif dan bermakna dari penyandang disabilitas dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Artinya, dengan berkiblat pada Kerangka Sendai, unit Tanggap Darurat dan Disabilitas (Yayasan SATUNAMA) turut serta memastikan Warga Dampingan memahami risiko bencana beserta kerentanannya [Penulis: Patrik Dyan / Penyunting: Oka gualbertus / Foto: Patrik Dyan].
Bahan Bacaan:
Sarfika, R., Fitri, A., & Oktarina, E. (2023). Menggali Kesiapsiagaan Keluarga dalam Perencanaan Tanggap Darurat Bencana bagi Penyandang Disabilitas Mental di Indonesia. NERS Jurnal Keperawatan/Ners, 19(2), 76–76. https://doi.org/10.25077/njk.19.2.76-87.2023
Susanti , B. A. D., & Aprilia, E. N. (2020). Family Disaster Planning Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Disabilitas Dalam Menghadapi Bencana. Interest Jurnal Ilmu Kesehatan, 9(2), 183–191. https://doi.org/10.37341/interest.v9i2.248
UNDRR. (2015). Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030. Undrr.org. https://www.undrr.org/publication/sendai-framework-disaster-risk-reduction-2015-2030