Satunama.org – Kesehatan jiwa sedang menjadi masalah urgen di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, menempatkan DIY sebagai wilayah dengan prevalensi tertinggi untuk rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga (ART) bergejala gangguan jiwa psikosis/ skizofrenia, yaitu 9,3 persen. Pada 2022 Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat kasus gangguan jiwa berat tertinggi dipegang oleh Sleman dengan jumlah 2.000 kasus, disusul Bantul, Kulon Progo, Kota Jogja dan Gunungkidul.
Hasil survei ini memberi gambaran bahwa masalah kesehatan mental dengan beragam kategorinya sedang berada di dekat kita. Masalah kesehatan mental wajib mendapat ruang untuk didiskusikan dengan maksud mencari jalan keluar yang tepat dan efektif. Beberapa upaya telah digagas di antaranya: pembentukan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM), program kesehatan jiwa berbasis masyarakat, dan penyediaan layanan kesehatan mental di setiap Puskesmas.
Salah satu terjemahan dari program kesehatan mental berbasis masyarakat adalah memperkuat peran kader kesehatan jiwa. Kader memegang peranan penting dalam masyarakat. WHO (1998) mendefinisikan kader sebagai laki – laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah kesehatan perorangan maupun yang amat dekat dengan tempat pemberian pelayanan kesehatan. Dalam lingkup kesehatan jiwa (mental health), kader adalah orang yang secara sukarela untuk aktif berpartisipasi dalam membantu penanganan kesehatan pada penderita gangguan jiwa di masyarakat.
Dalam menjalankan perannya kader melakukan beberapa tugas. Pertama mempelajari buku pedoman deteksi keluarga: keluarga sehat, keluarga beresiko, dan keluarga gangguan. Kedua, mempelajari tanda-tanda orang/ keluarga sehat, beresiko mengalami masalah psikososial atau orang/ keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Ketiga, mengidentifikasi orang/ keluarga sehat, beresiko mengalami masalah psikososial dan gangguan jiwa. Keempat, melakukan kontrak/ janji untuk bertemu dengan klien dan keluarga (Sunaninta, 2022).
Peran Aktif SATUNAMA
Sebagai lembaga yang memiliki program kerja dan kegiatan dalam kaitan dengan kesehatan jiwa, Yayasan SATUNAMA terus memperluas praktik baiknya. Selama bulan Oktober 2024 SATUNAMA di bawah Departemen Kesehatan Jiwa dan Disabilitas (Keswadis) mengadakan dua kegiatan penting yaitu refreshment kader kesehatan jiwa, Rabu-Kamis (2-3/10/2024) dan sosialisasi kesehatan jiwa, Sabtu (12/10/2024).
Patrik Dyan selaku koordinator kegiatan menerangkan bahwa refreshment bertujuan untuk membarui pengetahuan dan keterampilan. Dalam konteks ini, yang perlu diperhatikan terkait update pengetahuan kader. Kader mendapatkan informasi terbaru mengenai isu-isu kesehatan jiwa, termasuk tren dan perkembangan terkini dalam penanganan masalah kesehatan jiwa, dan memahami pendekatan holistik yang melibatkan berbagai aspek, termasuk kesehatan fisik, mental, spiritual, dan sosial.
“Sementara yang terkait dengan keterampilan komunikasi adalah kader lebih terampil dalam berkomunikasi dengan masyarakat agar dapat memberikan dukungan dan informasi dengan cara yang empatik dan efektif. Selain refreshment yang dilakukan, kesempatan ini menjadi sarana memperkuat jejaring dan membangun paseduluran di antara mereka”, jelas Patrik.
Para partisipan refreshment merupakan para kader kesehatan jiwa dari wilayah dampingan Puskesmas Mlati 1 dan Puskesmas Mlati 2. Kegiatan ini berlangsung di balai pelatihan SATUNAMA dan berkolaborasi dengan Yayasan Nawakamal Mitra Semesta sebagai fasilitator.
Kegiatan kedua yaitu sosialisasi kesehatan jiwa diadakan di Kalurahan Jatimulyo, Kulon Progo, DIY. Kalurahan Jatimulyo merupakan salah satu wilayah dampingan SATUNAMA dalam Program Pembangunan Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat (PBPM). Pelibatan isu kesehatan mental di sana menjadi langkah konkret SATUNAMA untuk memperluas praktik baik lintas isu.
Kedua kegiatan tersebut juga diadakan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2024 yang bertema “It is Time Prioritize Mental Health in The Workplace”. Tempat kerja menyediakan lingkungan yang sehat dan aman agar pekerja tetap sehat dan sejahtera. Semua lingkungan kerja semestinya memperhatikan kesehatan jiwa semua pekerja baik pekerja formal maupun informal.
Menuju Desa Siaga Jiwa
“Sosialisasi kesehatan jiwa di Kalurahan Jatimulyo yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan jiwa. Materi sosialisasi yang diberikan, secara umum meliputi terminologi dan kasus gangguan jiwa yang sering ditemui di masyarakat, masalah kesehatan jiwa dalam siklus perkembangan manusia, gejala dan penyebab gangguan jiwa, serta peran dan tugas kader kesehatan jiwa. Selain itu, sharing pengetahuan terkait kapan perlu mencari bantuan, dan bagaimana cara menjaga kesehatan jiwa oleh peserta”, papar Patrik.
Para peserta yang mengikuti refreshment maupun sosialisasi antusias mengikuti kegiatan ini. Salah satu Kader kesehatan Jiwa Astuti, mengungkapkan bahwa refreshment ini mengingatkan kembali peran-peran mereka sebagai Kader yang terus dituntut untuk terampil. Mereka dituntut untuk semakin kompeten di tengah persoalan kesehatan jiwa yang semakin kompleks.
Sementara peserta sosialisasi di Kalurahan Jatimulyo mengungkapkan bahwa ada hal-hal baru yang mereka peroleh dari sosialisasi. Misalnya mendapatkan pengetahuan baru terkait jenis-jenis gangguan kejiwaan seperti yang diungkapkan Lastri. “Jadi tidak hanya ODGJ aja penyebutannya. Ada ODMK dan lain-lain”, tutur Lastri.
Harapannya ke depan, kegiatan sosialisasi kesehatan jiwa bisa dilakukan lagi, namun dengan peserta yang lebih beragam. Termasuk melibatkan anak muda. Hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023 mengungkap prevalensi anak muda dengan kisaran usia 15-24 tahun mengalami masalah kesehatan jiwa, depresi, bahkan memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup terbilang cukup tinggi.
Kegiatan refreshment dan sosialisasi kesehatan jiwa ini menjadi momen yang tepat untuk mempertegas kembali peran masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman, di mana setiap orang merasa didukung, dapat berpartisipasi, dan memiliki akses terhadap informasi yang dibutuhkan. Sebagai lembaga yang bergerak dalam program pelatihan hingga advokasi kebijakan, Yayasan SATUNAMA akan terus melangkah maju bersama masyarakat. Termasuk dalam konteks kesehatan mental menuju desa siaga sehat jiwa. [Penulis: Patrik. Dyan / Penyunting: Oka Gualbertus / Foto: Oka Gualbertus]