Monitoring Program LDI: Upaya Memastikan PDDP yang Berdaya

Satunama.org – Implementasi proyek Literasi Hak dan Kesehatan Seksual bagi Perempuan dengan Disabilitas Psikososial (PDDP) yang diinisiasi oleh Yayasan SATUNAMA telah menuju masa akhir. Proyek yang digagas melalui Program Local Development Initiatives (LDI) dengan dukungan dana dari Pemerintah Kanada telah melewati tahap implementasi selama kurang-lebih 11 bulan. Terhitung sejak Oktober 2023 hingga Agustus 2024. 

Selama implementasi program telah diadakan beberapa workshop, pelatihan hak dan kesehatan reproduksi yang responsif gender, pelatihan tentang kesetaraan gender, disabilitas dan inklusi sosial serta memproduksi buku saku hak dan kesehatan reproduksi untuk PDDP. Program ini telah menyasar 4 kabupaten dan 1 kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta di antaranya adalah Kabupaten Sleman, Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul serta Kota Yogyakarta. 

Sebagai upaya memastikan terlaksananya program sesuai rencana, monitoring program penting dilakukan. Monitoring adalah cara mengamati perkembangan dan menilai kinerja dan kemajuan sebuah program. Termasuk program LDI yang dikerjakan oleh Yayasan SATUNAMA. Tidak hanya bertujuan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program, monitoring berperan mengukur keberhasilan program mencapai tujuannya dan memberikan dampak positif bagi para penerima manfaat. 

Aktivitas monitoring melibatkan Staf MEL (Monitoring, Evaluation, and Learning) Agustine Dwi dari Yayasan SATUNAMA. Sebagai MEL officer Agustine Dwi sering dilibatkan dalam proses monitoring program. Baik program yang dikerjakan oleh Yayasan SATUNAMA  maupun di organisasi lain. 

Menurut Agustine Dwi program LDI telah berdampak positif bagi teman-teman PDDP. Melalui pendekatan kunjungan lapangan, observasi, dan wawancara mendalam kepada para penerima manfaat diperoleh beragam informasi penting. 

“Nah dengan program ini teman-teman PDDP selain dilatih tetapi juga didampingi oleh caregiver. Mereka akhirnya mendapatkan akses yang setara oleh Puskesmas di wilayahnya masing-masing. Mereka mendapatkan akses yang sama dengan masyarakat umum meskipun sebagai PDDP. Hal tersebut pun mempengaruhi hubungan sosial mereka dan bagaimana mereka bisa meningkatkan taraf hidupnya. Setelah ikut pelatihan mereka lebih percaya diri ketika bertemu dengan orang lain. Jadi mereka merasa diterima oleh lingkungan yang mendukung mereka”, papar Agustine Dwi. 

Terdapat 50 orang perempuan dengan disabilitas psikososial dan 50 orang pendamping yang menjadi responden dalam monitoring. Mereka masing-masing  berasal dari Kabupaten Sleman, Kulon Progo, Bantul, Gunungkidul dan Kota Yogyakarta yang sebelumnya telah terlibat dalam implementasi program. 

PDDP yang Berdaya

Meninjau kembali 3 indikator pemberdayaan menurut kebijakan Pemerintah Kanada seperti meningkatnya kapasitas, rasa aman, dan dukungan, program ini mampu memenuhi indikator tersebut. Salah satu peserta, Runtut (bukan nama sebenarnya) merasakan dampak langsung setelah mengikuti 2 kali pelatihan. Tidak hanya dari sisi pemahaman mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, tetapi juga merasa lebih percaya diri dan optimis menjalani kehidupan.

Proses monitoring yang dilakukan di wilayah Kabupaten Gunungkidul (Foto: Syahrul Ramadan)

Hal senada pun disampaikan Bapak Handi (bukan nama sebenarnya). Seorang caregiver yang ikut merawat dan mendampingi keponakannya yang mengalami disabilitas psikososial. Beliau merasa beruntung mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Yayasan SATUNAMA dan bertemu dengan peserta lain. Ia menceritakan bahwa keponakannya sedang merencanakan pernikahan, dan berani bertanya banyak hal kepada Bapak Handi tentang pernikahan. Cerita-cerita ini menunjukkan para PDDP sebagai penerima manfaat merasa terus berdaya.

Sebagai informasi, monitoring yang telah dilakukan Yayasan SATUNAMA juga melibatkan stakeholder terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas sosial, DP3AP2KB (Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) serta Pemerintah Desa. Melalui upaya ini Yayasan SATUNAMA mendorong komitmen kepada pihak-pihak tersebut untuk mereplikasi program yang dilakukan, serta mengusulkan program serupa dalam rencana kerja mereka.

Meningkatnya kapasitas dan dukungan bagi PDDP menjadi tanggung jawab banyak pihak. Bagi Yayasan SATUNAMA berbagai pihak wajib mengambil bagian dalam isu kesehatan mental secara umum maupun hak dan kesehatan seksual dan reproduksi bagi PDDP. Selalu ada komitmen yang besar untuk  terus mempromosikan kesetaraan gender, mendukung perempuan-perempuan dengan disabilitas memperoleh hak dan perlindungan yang layak, akses, dan kontrol terhadap layanan dan sumberdaya, serta sikap anti diskriminasi. Hal ini dilakukan melalui berbagai program pelatihan dan advokasi [Penulis: Syahrul Ramadan / Penyunting: Oka Gualbertus / Foto: Syahrul Ramadan]

Tinggalkan komentar