Pelatihan LFR IV CtGA : Bersama Misereor Membangun Kemandirian Organisasi Mitra

Satunama.org.- Era kolaborasi yang memberdayakan telah menandai perhelatan terbaru dalam perjalanan Pelatihan Change the Game Academy, khususnya dalam Pelatihan Local Fundraising (LFR) Batch IV, di mana Yayasan SATUNAMA melalui Change the Game Academy (CtGA) melaksanakan LFR Batch ke-IV dengan kolaborasi bersama Misereor. Pelatihan LFR Batch IV memang menandai awal dari sinergi yang kuat antara SATUNAMA, CtGA, dan Misereor di Indonesia.

Pelatihan LFR Batch IV ini mengajak peserta pelatihan yang berada dalam satu payung yaitu sebagai mitra Misereor dan Kindermissionswerk. Selain harapan bahwa pelatihan ini menjadi landasan krusial untuk membangun kemandirian organisasi mitra Misereor di Indonesia, pelatihan kali ini juga menjadi tantangan sekaligus kesempatan mengelaborasi konsep-konsep penting dari LFR ke dalam kebutuhan para mitra. Tentu juga menjawab kebutuhan dari Misereor dan Kindermissionswerk sendiri.

Para mitra Misereor yang ikut serta dalam pelatihan di antaranya: PPW St. Magdalena Canossa Nurobo, Yayasan Komodo Indonesia Lestari, Yayasan Karya Murni Ruteng, SANPUKAT, UNIKA Weetabula, Yayasan Harapan Sumba, Yayasan Tananua Flores, Yayasan Dedikasi Tjipta Indonesia, Yayasan Kita Juga, Perkumpulan Suara Papua, YAWU PAPUA, JPIC SVD Ruteng, dan SKPKC Fransiskan Papua. Total ada tiga belas organisasi yang menjadi partisipan pelatihan dengan tiga fasilitator LFR yakni Ariwan Perdana, Augustine Dwi Kurniawati, dan Asep Nanda Paramayana.

Pelatihan diadakan selama lima hari, dimulai dari hari Senin hingga Jumat, 22-26 April 2024. Lokasi pelatihan kali ini berada di Famous Hotel, Kuta, Bali, Indonesia. LFR Batch IV adalah pelatihan yang pertama kali diadakan di luar Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi pelatihan yang berbeda diharapkan memberi suasana baru selama kegiatan pelatihan.

Proses Pelatihan

Alur dan sesi pada pelaksanaan LFR dari Batch IV masih sama dengan tiga Batch sebelumnya. Pelatihan selama lima hari dan dibagi kedalam empat sesi setiap harinya. Beberapa materi yang diberikan antara lain signifikansi Local Fundraising (LFR), analisis LFR, komunikasi dalam LFR, rencana LFR dan berbagai materi penting lainnya.

Proses diskusi dan sharing selama pelatihan berjalan dinamis. Selain metode partisipatif yang digunakan para fasilitator, praktik-praktik langsung seperti membuat LFR Plan telah mendorong para peserta untuk aktif. Hal menarik lainnya terkait materi pelatihan LFR adalah pentingnya kemampuan mengkomunikasikan kerja-kerja, keberhasilan ataupun identitas-identitas unik atau pembeda dari setiap organisasi.

“Menceritakan pencapaian, atau keberhasilan kerja-kerja kita ternyata menjadi bagian penting dalam konteks menggalang dana/ dukungan, agar orang tahu siapa kita. Jadi keberhasilan kerja lembaga harus diceritakan dalam teknik LFR. Dan caranya mengkomunikasikan juga harus dipahami agar lebih menarik”, jelas Yuliana Langowuyo dari SKPKC Fransiskan Papua.

Yuliana Langowuyo (kedua dari kiri), peserta dari SKPKC Fransiskan Papua sedang berpedapat dalam sesi pelatihan LVR Batch IV

Semakin Berdaya

Kebutuhan untuk semakin berdaya dan mandiri semakin dipertegas selama pelatihan Local Fundraising. Satu hal krusial yang sedang digagas Misereor adalah mempersiapkan mitranya agar mampu bernegosiasi dengan berbagai pihak sumber daya demi kemandirian organisasi mitra dan pelatihan LFR adalah pintu masuk menuju ke sana.

“Misereor merasa bahwa semakin penting untuk mempersiapkan para partnernya menggalang dana lokal. Tujuan utamanya supaya lembaga mitra memiliki kemandirian dan kemampuan bernegosiasi dengan sumber daya pendanaan. Hal lain adalah, kerja sama Misereor dengan SATUNAMA melalui Change the Game Academy juga didorong oleh perspektif bahwa wewenang kerja-kerja perubahan sosial seharusnya tidak berpusat pada donor tetapi sedikit demi sedikit bergeser ke para mitra”, papar Benazir Lobo Bader, Koordinator Mobilisasi Sumber Daya Misereor wilayah Asia yang turut hadir dalam pelatihan.

Benazir pun menekankan bahwa yang terpenting dari pelatihan ini adalah para mitra Misereor maupun Kindermissionswerk dapat berbagi dan berdiskusi tentang rencana-rencana Local Fundraising mereka ke depannya. Sejalan dengan Benazir, Pupu Purwaningsih selaku Koordinator Mobilisasi Sumber Daya Misereor di Indonesia yang turut hadir selama pelatihan menekankan betapa pentingnya menggali dan menemukan ciri khas, dan nilai yang berbeda dari masing-masing lembaga mitra.

Beberapa organisasi yang bergerak dalam isu pendidikan misalnya, dituntut untuk menemukan pendidikan seperti apa yang mereka kembangkan dan tawarkan. Kepekaan untuk memetakan identitas unik dan spesifik dari lembaga berperan penting dalam konteks Local Fundraising. Muaranya tentu pada lahirnya beragam bentuk dukungan dari berbagai pihak yang sejalan secara visi maupun nilai-nilai organisasi.

“Teman-teman dari masing-masing lembaga harus mampu menunjukkan nilai lebih atau hal pembeda dengan organisasi lain. Meskipun sama-sama mitranya Misereor dan Kindermissionswerk pasti ada yang berbeda. Hal ini harus terus digali sehingga peluang Local Fundraising akan memiliki daya tarik tersendiri”, tegas Pupu.

Menutup rangkaian pelatihan LFR Batch IV Pupu Purwaningsih memberi ajakan optimis bahwa ini adalah langkah agar mitra-mitra Misereor semakin kuat melalui pengembangan kapasitas lembaga. Tentu, Local Fundraising bukan perkara sederhana yang langsung memberi hasil besar. Ini harus disadari sebagai sebuah proses bertahap yang harus dimulai dari sekarang. “Jadi setelah pelatihan ini harapannya ada kesadaran untuk memulai. Mungkin bisa ada event bersama antar mitra yang memberi konteks berbeda, atau hal-hal lainnya”, ungkap Pupu.

Pupu Purwaningsih, Koordinator Mobilisasi Sumber
Daya Misereor di Indonesia yang turut hadir selama pelatihan

Agustine Dwi Kurniawati, salah satu fasilitator dalam pelatihan menyebutkan bahwa pelatihan LFR Ini dipandang sebagai awal dari transformasi. Dengan visi ke depan, mitra-mitra Misereor didorong untuk menjelajahi potensi lokal mereka, membangun jaringan, dan menggalang dukungan yang berkelanjutan.

“LFR bukan hanya tentang menggalang dana, tetapi tentang membangun fondasi yang kokoh bagi kemandirian organisasi mitra. Gambaran besarnya adalah agar dapat bersama-sama mengubah permainan, satu langkah kolaborasi pada satu waktu dengan mengoptimalkan berbagai potensi sumber daya lokal yang ada, demi keberlanjutan lembaga dan kerja-kerja sosial di masyarakat, atau di komunitas yang selama ini menjadi mitra bagi organisasi-organisasi yang luar biasa ini.” Kata Agustine. [Berita: Oka Gualbertus & Muthi Rabbani Ekasaputri / Penyunting: A.K. Perdana / Foto: Oka Gualbertus}

Tinggalkan komentar