Satunama.org.- Dalam upaya memperkuat keberlanjutan kerjasama antar-organisasi yang memiliki peran krusial dalam mendukung beragam inisiatif sosial, Yayasan SATUNAMA Yogyakarta baru-baru ini menggelar pelatihan mobilisasi dukungan melalui Program Change the Game Academy dengan tujuan memperkuat kerjasama dan kolaborasi antara organisasi non-pemerintah (NGO), Civil Society Organizations (CSO), dan Community-Based Organizations (CBO) dari berbagai wilayah di Indonesia. Pelatihan ini diinisiasi oleh Yayasan SATUNAMA sebagai wujud komitmen terhadap pengembangan kapasitas dan kemampuan organisasi mitra.
Pelatihan yang berlangsung dari tanggal 21 hingga 29 Agustus 2023 di SATUNAMA Training Center Yogyakarta ini diikuti oleh 16 individu dari beragam lembaga di tanah air, termasuk YASAP (NTT), Lombok Research Center (NTB), Lombok Care (NTB), ISCO Foundation (Jakarta), Bali Bersih (Bali), Kolewa Harapan Indonesia (Bali), dan GASIRA (Maluku).
Selama lebih dari satu minggu, para peserta pelatihan diberikan materi, keterampilan, dan pemahaman yang mendalam tentang strategi mobilisasi dukungan yang efektif bersama tiga orang fasilitator Change the Game Academy Indonesia, yaitu Iin Mendah Mulyani, Yohana Maitimu dan Saut Sinaga. Para peserta mendapatkan pengalaman, antara lain tentang membangun relasi yang kuat dengan pemangku kepentingan, merancang kampanye yang memikat, serta memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menyampaikan pesan mereka secara luas.
Pendekatan yang Relevan.
Salah satu aspek yang mencolok dari pelatihan ini adalah penggunaan metode inklusif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta dalam hal mobilisasi dukungan. Dalam setiap sesi pelatihan, para peserta didorong untuk mengidentifikasi isu-isu kunci yang relevan dengan organisasi masing-masing dan merancang strategi mobilisasi dukungan yang sesuai. Mereka juga memperoleh pengetahuan tentang cara membangun hubungan yang kokoh dengan pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, pemerintah, sektor swasta, media, dan akademisi.
Pendekatan Berbasis Kasus menjadi salah satu metode yang digunakan. Peserta pelatihan diajak untuk menganalisis studi kasus nyata yang berhasil dalam mobilisasi dukungan. Melalui diskusi interaktif, hal ini memungkinkan peserta untuk mendapatkan pengetahuan dan berbagi pengalaman.
Metode lain yang tak kalah berperan adalah Simulasi Peran. Peserta terlibat dalam permainan peran yang mensimulasikan situasi nyata dalam upaya mobilisasi dukungan. Hampir di setiap sesi pelatihan selama delapan hari, simulasi peran atau permainan yang relevan selalu digunakan untuk memberikan pengalaman dan pemahaman tentang mobilisasi dukungan kepada peserta melalui cara yang menyenangkan. Hal ini membantu memahami dinamika yang terlibat dan meningkatkan kemampuan komunikasi.
Pelatihan ini juga tidak hanya berfokus pada metode konvensional, tetapi juga mengeksplorasi cara-cara menggunakan teknologi dan media sosial untuk membangun pesan sekaligus mencapai audiens yang lebih luas dan beragam. Para peserta juga mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan pembicara tamu yang memiliki cerita sukses dalam mobilisasi dukungan. Ini memberikan perspektif tambahan dan inspirasi bagi peserta.
“Kami meyakini bahwa pelatihan ini akan memberikan dasar yang kokoh bagi kolaborasi yang berkelanjutan dan mobilisasi dukungan yang berhasil.” ujar William Aipipidely dalam pidato sambutannya saat pembukaan pelatihan.
Urgensi Kolaborasi.
Ketika peserta mulai menggabungkan pengetahuan yang mereka peroleh dalam pelatihan dengan pengalaman mereka sendiri, mereka mulai melihat tantangan yang dihadapi organisasi mereka secara inklusif dan strategis dalam merencanakan langkah-langkah untuk menggalang dukungan dari berbagai pihak.
Iin Mendah Mulyani, salah satu fasilitator dalam pelatihan ini berharap para peserta dapat membangun kolaborasi yang solid dan efektif dalam mendukung kerja-kerja mereka di berbagai isu sosial. “Saya sangat optimis dengan masa depan kerjasama dan kolaborasi antar-organisasi di Indonesia. Saya kira pelatihan ini adalah langkah pertama menuju masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya.”
Iin melihat bahwa pelatihan mobilisasi dukungan ini menciptakan kesempatan berharga untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik antara peserta, sehingga memperkuat jaringan kerjasama di antara organisasi-organisasi ini. Dengan semakin kuatnya jaringan ini, diharapkan kerjasama antar-organisasi akan semakin terkoordinasi dan mampu mengatasi berbagai tantangan sosial yang ada di Indonesia.
Pendekatan inovatif yang diterapkan dalam pelatihan ini bertujuan memberikan peserta keterampilan praktis yang dapat mereka terapkan secara efektif. Aspek ini menjadi lebih dinamis ketika peserta pelatihan merespons setiap materi yang diberikan dengan semangat belajar dan semangat berbagi yang tinggi.
“Mereka aktif berpartisipasi dalam semua aspek pelatihan, dari diskusi kelompok hingga simulasi peran. Salah satu momen puncak adalah ketika mereka merancang inisiasi kolaborasi mobilisasi dukungan untuk isu-isu yang menjadi fokus mereka masing-masing,” kata Iin.
Kolaborasi akan memungkinkan peserta dari berbagai wilayah Indonesia untuk saling mendukung dan berbagi ide, menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka. Hubungan ini akan menjadi sumber daya berharga dalam upaya mencapai perubahan positif di masyarakat.
Kolaborasi dan mobilisasi dukungan adalah dua konsep yang saling terkait. Kolaborasi dapat menjadi fondasi untuk mobilisasi dukungan yang sukses. Ketika berbagai pihak bekerja bersama dalam sebuah proyek atau inisiatif, mereka dapat lebih mudah meyakinkan orang lain untuk bergabung atau mendukung upaya tersebut. Sebaliknya, mobilisasi dukungan yang kuat juga dapat menghasilkan kolaborasi yang lebih efektif, karena ada dukungan dan kepercayaan yang dibangun di antara para pemangku kepentingan.
Pelatihan Mobilisasi Dukungan – Change the Game Academy sangat menekankan pentingnya kolaborasi dan mobilisasi dukungan sebagai alat penting dalam membangun masyarakat yang kuat dan berdaya dengan menggabungkan sumber daya dan energi dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Karenanya, penting bagi individu, organisasi, dan komunitas untuk memahami pentingnya kedua konsep ini dan menggunakannya sebagai fondasi untuk perubahan positif dalam masyarakat. [Berita : A.K. Perdana/Foto : Marselus Sarong & Andri Setya]