Satunama.org – Penyandang disabilitas adalah salah satu kelompok di masyarakat, yang seringkali mengalami pelabelan atau stigma yang bermuatan negatif serta diskriminasi. Stigma tersebut, tanpa sadar terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari dan perencanaan kegiatan di masyarakat. Kurangnya pengetahuan dan wawasan dari seseorang terhadap isu disabilitas, makin memperkokoh ruang-ruang eksklusi sosial terhadap penyandang disabilitas.
Yayasan SATUNAMA Yogyakarta (SATUNAMA) bekerjasama dengan Pemerintah Desa Maron – Kecamatan Garung – Kabupaten Wonosobo mengembangkan Program Desa Inklusi Disabilitas dalam rangka meningkatkan kapasitas dari para pegiat pembangunan di lingkup pemerintahan paling kecil yaitu Desa dari unsur Pemerintah hingga masyarakatnya.
Pelatihan Kesadaran Disabilitas dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa, 28-29 November 2022 dimulai pukul 14.00 WIB dan difasilitasi oleh 2 (dua) staf Yayasan SATUNAMA Yogyakarta yaitu Karel Tuhehay dan Patrik Dyan.
Pelatihan di hari pertama dihadiri oleh 14 orang dari 15 orang yang diundang. Terdiri dari 3 orang perempuan dan 11 orang laki-laki. Terdapat 3 orang penyandang disabilitas yang hadir. Peserta yang datang berasal dari Perangkat Desa Maron, BPD, BUMDES, Karang Taruna, PKK, Kader, KSM (Kelompok Sosial Masyarakat), IDW (Ikatan Disabilitas Wonosobo), dan Penyandang Disabilitas. Peserta dari Perangkat Desa ada 5 orang. Mereka yang hadir diminta untuk mengisi pre test.
Fasilitator menyampaikan materi mengenai konsep disabilitas, dan hak-hak penyandang disabilitas. Materi disampaikan dengan metode presentasi dan tanya jawab. Peserta banyak yang bertanya. Tampak Kepala Desa, Ketua KSM Tali Kasih, Ketua BPD, Kader Lansia, dan Karang Taruna bergantian bertanya. Pada hari pertama ketua IDW diminta untuk memberikan testimoni. Ketua IDW sharing mengenai pengalaman kedisabilitasannya dan upaya apa yang bisa dilakukannya agar tetap bisa produktif dan bisa menginspirasi orang lain seperti yang dilakukannya selama ini.
Pada hari ke 2, peserta dari Perangkat Desa banyak yang tidak bisa hadir karena merancang dan membangun ramp di pintu masuk Balai Desa Maron. Saat hari pertama pelatihan, Kepala Desa tergerak untuk memperbaiki akses bagi penyandang disabilitas di Balai Desa Maron. Kepala Desa mengajak beberapa perangkat desa untuk membangun ramp secara mandiri tanpa membayar tukang. Namun sebelumnya, Kepala Desa mengajak diskusi dengan staf Yayasan SATUNAMA berkaitan dengan ramp yang sesuai standar pemerintah.
Pada sesi pertama sebelum masuk materi, peserta diajak untuk review dari materi di hari sebelumnya. Jawaban dari peserta cukup beragam. Ada yang menyampaikan mengenai bahwa disabilitas bukan sebuah kekurangan namun karena ada hambatan, kemudian tiap manusia mempunyai hak yang sama, sehingga penyandang disabilitas juga memiliki hak memperoleh pendidikan, kemudian berbicara tentang disabilitas itu juga berbicara mengurangi stigma. Setelah itu, fasilitator melanjutkan materi mengenai model dan paradigma penyandang disabilitas kemudian aksesibilitas & etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Materi yang disampaikan dengan presentasi, contoh roleplay, dan tanya jawab.
Dalam sesi tanya jawab, ada beberapa peserta yang bertanya tentang persoalan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas di Desa Maron pada khususnya. Seperti masih ada penyandang disabilitas yang kurang dipedulikan oleh keluarganya. Tidak lupa di akhir sesi, para peserta diminta mengerjakan post test.
Penulis:Patrik Dyan / Editor: Bima Sakti / Foto: RPKJ - MHDIS