SATUNAMA Dorong Perempuan Bersuara dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Sumba Barat Daya

Satunama.org – Jika dibandingkan dengan setidaknya satu dekade lalu, perempuan Indonesia saat ini jelas telah mengalami kemajuan yang signifikan. Semakin banyak perempuan Indonesia yang lebih terbuka untuk bersuara, berekspresi dan memiliki andil besar dalam berbagai lini kehidupan, mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, kenegaraan hingga bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM).

Tetapi pada saat bersamaan, masih banyak juga persoalan yang dihadapi perempuan. Mulai dari kekerasan seksual, diskriminasi gender dan berbagai isu spesifik lainnya. Begitu juga dengan stigma bahwa perempuan hanya berurusan dengan dapur, kebun dan urus anak. Sebuah fenomena yang sampai saat ini masih sangat melekat pada sebagian perempuan di Sumba.

Perempuan di Sumba jarang terlibat dalam urusan perencanaan dan pembangunan desa. Jikalau dilibatkan pun hanya sebatas memenuhi daftar hadir tanpa diberikan ruang yang maksimal untuk mereka bersuara. Biasanya sering keluar statement dari laki-laki “Kau perempuan yang sudah dibelis (dibeli). Ini urusan laki-laki perempuan tidak usah ikut campur”. Ini merupakan sebuah pernyataan yang menyudutkan martabat perempuan.

Mendorong Pelibatan Perempuan.

Berangkat dari pengalaman tersebut, Program Peningkatan Kapasitas Tata kelola Pemerintahan Desa Berbasiskan SDG’s Desa yang merupakan kerjasama SATUNAMA dan William Lily Foundation (WLF) pun dihelat. Salah satu dorongan besar dalam program ini adalah pelibatan perempuan dalam pembangunan desa di wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya.

Keterwakilan perempuan dari masing-masing dusun yang berasal dari desa dampingan program berkumpul di satu titik menyampaikan aspirasi mereka yang berkontribusi pada dokumen perencanan desa atau sering dikenal dengan RPJMDesa.

Salah satu desa dampingan SATUNAMA dalam program ini yaitu Desa Pada Eweta. Desa ini menyelenggarakan Musdes Tematik Perempuan pada Selasa (26/4/2022) bertempat di kantor desa. Kehadiran perempuan sekitar 40 orang yang merupakan keterwakilan dari masing-masing dusun yang terdiri atas kader Posyandu, tutor PAUD, Anggota kelompok tenun,  Anggota Kelompok Wanita tani, Lansia, Anggota PKK, aktivis gereja dan yang lainnya.

Proses diskusi yang mudah dimengerti dan dipahami membuat semua perempuan terlibat dalam diskusi masing-masing kelompok dengan menyampaikan ide mereka masing-masing yang dituangkan dalam kertas plano yang dibagikan oleh fasilitator. Ini merupakan kegiatan yang membuat para peserta merasa mendapat manfaat.

“Kebersamaan seperti ini sangat penting karena  ada masalah di desa dan kami duduk sama-sama untuk buat usulan kegiatan dan berharap ditanggapi positif oleh Pemerintah Desa.” Demikian diungkap Ester Bera Bulu, salah satu peserta.

Peserta lain, Kartini Puuwa pun memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini “Saya secara pribadi sangat bangga karena belum pernah ada kegiatan seperti ini, harapan kami semoga apa yang kami usulkan dapat terealisasi dengan baik dan pertemuan ke depan tetap undang perempuan untuk hadir juga”.

Hasilnya, dalam kegiatan Musyawarah Desa ini pun lahir beberapa usulan sesuai dengan isu stratergis yang dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok 1 membahas isu Kesehatan dan Pendidikan, Kelompok II membahas Hak Sipil dan Perlindungan dan kelompok III membahas Ekonomi dan Partisipasi.

Meski perjalanan masih panjang, namun setidaknya gerak yang dilakukan oleh para perempuan di Desa Pada Eweta ini dapat menjadi pondasi bagi terbangunnya pembangunan desa yang semakin adil dan berkelanjutan. [Penulis : Kristin Udju Penyunting : A.K. Perdana/Foto : Kristin Udju]

Tinggalkan komentar