Praktek Ketahanan Pangan dari Kampung Nuse

Satunama.org – Selepas menjalani kewajiban melayani warga sebagai ketua RT 03/RW 02 di Kampung Nuse, Distrik Babo, Kabupaten Teluk Bintuni. Muharam Puara (46) bersama Istrinya Jamila Mustafa (48) kembali dalam rutinitas harian merawat kebun. Kangkung, Gedi, Katuk, Cabai, Terong, Singkong, Nanas, Kencur, Serai, Jeruk nipis, Jambu biji, Pisang, Sukun dan beberapa tanaman hias adalah isi kebun milik keluarga mereka.

Tidak jarang Pemerintah Desa Nuse melibatkannya dalam kegiatan dan mengharuskannya pergi keluar daerah. Namun sekembali dari urusan tugas Beliau tidak pernah absen ke Kebun. Apabila masih memiliki waktu senggang beliau akan pergi melaut untuk menjala ikan, mencari kepiting, maupun bia-semacam kerang. Masyarakat yang mendiami Distrik Babo, termasuk Kampung Nuse pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, petani, serta usaha kecil seperti kios atau menjadi pedagang kecil di pasar rakyat setempat.

Keluarga Puara akrab dengan pertanian sejak tahun 2007, keluarga ini bersama dengan putranya Muhammad Ramlan (16) memulai kegiatan tani dengan berkebun campur (polikultur). Berbagai jenis tanaman dibudidayakan di kebun maupun di pekarangan rumah. Seiring perkembangan waktu, keluarga Puara bergabung dengan kelompok tani Gaya Muar, Sebuah kelompok tani yang ada di RT.003 Kampung Nuse.

Kegiatan pertanian kelompok Gaya Muar difokuskan pada lahan masing-masing anggota. Kelompok ini beruntung karena Petugas Pendamping Lapang dari Dinas Pertanian yaitu Ibu Jamalia Rafideso rutin memberikan pendampingan dan turut berperan aktif dalam proses kegiatan pertanian kelompok.

Hari ke hari Keluarga Puara menunjukkan semangat yang luar biasa dalam cara bertani. Melalui pendampingan dari tim pertanian Dinas pertanian, Tim Tangguh Indigenous Development Program (TIEDP) dan tim SATUNAMA, kini beliau secara mandiri telah mampu membuat pupuk cair sederhana dan pupuk kompos di halaman rumah.

Ketrampilan lain yang diperoleh selama berinteraksi dengan para pendamping dan PPL adalah cara budidaya tanaman mulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan. Kini Bapak Puara telah mahir dalam mengoperasikan mesin pertanian hand traktor untuk pengolahan tanah dan pembuatan bedengan.

Beragam hasil pertanian milik keluarga Puara terjual habis di pasar ataupun dibeli oleh masyarakat. Akhir tahun 2019 yang lalu Tim pendamping membantu pembukaan lahan seluas 600 m2. Lahan itu dipergunakan untuk budidaya, Cabai, Tomat, Terong, Kacang panjang dan Sawi. Sebuah tempat semai di dekat lahan dipergunakan untuk menyemaikan 300 benih cabai, 300 benih Tomat, 300 benih Terong, serta Sawi.

Semangat belajar dan usaha keras adalah kunci sukses yang dimiliki oleh Puara. Upaya mereka dapat menjadi contoh bagi masyarakat sekitar agar termotivasi dan pantang menyerah dalam bertani. “Hasil pertanian merupakan kebutuhan seluruh masyarakat dan hasil ini akan selalu diperlukan” tegasnya. Ia juga menegaskan “Sayur, buah, rempah-rempah lain di Babo dapat terpenuhi apabila masyarakat mulai menanam”. Apa yang disampaikan keluarga Puara agar kelak tidak diperlukan pembelian dan pengangkutan bahan pangan yang semestinya bisa di produksi oleh masyarakat Babo merupakan pernyataan yang mengarah pada upaya ketahanan pangan di tingkat lokal.

Kelembagaan lokal yang dalam hal ini diwakili oleh keberadaan Kelompok Tani Gaya Muar, Peranan pemerintah dalam hal ini diwakili oleh PPL dan peran masyarakat yang diwakili oleh Keluarga Puara, merupakan prasyarat pendekatan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Menjamin ketersediaan pangan di tingkat lokal adalah sama pentingnya dengan menjamin ketersediaan pangan di tingkat nasional mapun global. [Penulis: Claudia N. Risamasu / Editor : Edy Purwaka]

Tinggalkan komentar