Isu kesehatan jiwa dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) bukanlah hal baru. Dalam hidup bermasyarakat ODGJ sering tidak diperhatikan secara serius. Mereka dianggap memiliki dunia sendiri yang berbeda dengan orang-orang sehat dan susah diatasi. Namun ini bukan berarti mereka pantas dilupakan dan diterlantarkan.
Penanganan isu kesehatan jiwa membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Harus ada kerja sama lintas sektor, profesi, maupun program yang bekerjasama dalam isu kesehatan jiwa. Mengatasi kesehatan jiwa juga dapat dilakukan melalui pemberdayaan keluarga dan komunitas. Artinya bahwa penguatan peran masyarakat atau komunitas mutlak dibutuhkan.

Penanganan kesehatan jiwa tidak lagi menjadi pekerjaan rumah bagi lembaga-lembaga sosial ataupun rumah sakit jiwa. Kepedulian dan peran aktif masyarakat maupun komunitas menjadi modal penting dalam mewujudkan masyarakat yang sehat jiwa.
Guna memenuhi kebutuhan tersebut Yayasan SATUNAMA Yogyakarta melalui Departemen Kesehatan Jiwa (Keswa) bekerja sama dengan RSJ Grhasia Yogyakarta mengadakan pelatihan bagi kader kesehatan jiwa. Para kader yang mengikuti pelatihan ini berasal dari Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berjumlah 30 orang.
Pelatihan kader kesehatan jiwa ini berlangsung selama 3 hari yaitu pada Rabu-Jumat, 25-27 September 2019 dan bertempat di gedung Hitschma Yayasan SATUNAMA Yogyakarta. Hadir sebagai pemateri adalah Dianingtiyas Agustin dan Aspi Kristiati dari RSJ Grhasia Yogyakarta.
“Jadi ini merupakan kegiatan kolaborasi antara SATUNAMA khususnya Departemen Keswa dengan RSJ Grhasia Yogyakarta sebagai narasumber pelatihan”, ungkap Eka Setyahadi dari Departemen Kesehatan Jiwa SATUNAMA.
Preventif dan Rehabilitatif.
Materi-materi yang disampaikan di dalam pelatihan antara lain: Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa, Deteksi Kesehatan Jiwa, Penggerakan Kelompok Sehat Jiwa dan Kelompok Masalah Psikososial, Penggerakan Kelompok Gangguan Jiwa, Materi Kunjungan Rumah/Supervisi Kader dan beberapa materi lainnya.
Para peserta antusias mengikuti pelatihan ini. Mengemas pelatihan dengan beragam metode membuat pelatihan ini pun semakin menarik. Ada pre test sebelum latihan, ceramah, diskusi, studi kasus, praktek lapangan, kuis, dan juga role play. Para peserta juga aktif menyampaikan temuan-temuan mereka di lingkungan masyarakat terkait kesehatan jiwa.

Tujuan pelatihan ini pada akhirnya diharapkan menambah pengetahuan dan keterampilan bagi para kader untuk memahami peran mereka yaitu melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa, menjadi penggerak individu, keluarga, dan kelompok sehat jiwa, menjadi penggerak individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko masalah psikososial, dan melakukan rujukan kepada tim kesehatan jiwa Puskesmas. Artinya, pendekatan preventif dan rehabilitatif sangat ditekankan dalam kerja-kerja isu kesehatan jiwa.
“Keberadaan kader-kader ini diharapkan menjadi salah satu penyokong dalam menyelesaikan masalah kesehatan jiwa. Jadi, indikator keberhasilan dari kesehatan jiwa di mana Orang Dengan Gangguan Jiwa harus tertangani, dan tidak boleh terlantar bisa tercapai”, ungkap Aspi Kristiati.
Pada sesi akhir kegiatan para peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan kesan dan pesan selama pelatihan berlangsung. Dengan pelatihan ini mereka pun akhirnya tahu bahwa OGDJ harus didampingi. Dengan begitu bukan tidak mungkin mereka bisa sembuh dan kembali sehat. [Berita : Oka Gualbertus/Editor : A.K. Perdana/Foto : Oka Gualbertus]