Manajemen keuangan yang baik akan menghasilkan laporan keuangan yang baik. Laporan keuangan yang standar, benar dan terpercaya akan menumbuhkan kepercayaan di pihak donor, masyarakat dan stakeholders. Kepercayaan pihak luar merupakan salah satu modal utama bagi keberlanjutan organisasi.
Beberapa organisasi membuat laporan keuangannya hanya untuk kepentingan donor dan pihak luar (seperti pemerintah untuk kepentingan pembayaran pajak). Inilah penyebab beberapa organisasi membuat laporan keuangan dengan beberapa versi/jenis. Agar laporan keuangan disajikan secara benar dan untuk mendukung proses transparansi dan akuntabilitas, SATUNAMA bekerjasama dengan Lutheran World Relief (LWR) melakukan pendampingan manajemen keuangan untuk 8 koperasi di Bener Meriah dan Aceh Tengah yang disupport / didukung oleh Fair trade USA. Kegiatan ini berlangsung selama 7 bulan dari bulan Mei-November 2012. Ada 3 orang konsultan yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu Kantri Sekar Wandansari, Eni Dwi Susliyanti dan Fatiana Ratnawulan.
Pendampingan manajemen keuangan dilakukan dalam tiga tahap: Pertama, konsultan mereview laporan keuangan koperasi dan memberikan masukan untuk perbaikan. Kedua, konsultan menawarkan software keuangan untuk koperasi, dan memberikan pelatihan keuangan menggunakan software ProBAS (Program based Accounting System). Ketiga, konsultan mereview laporan keuangan yang sudah menggunakan software dan persiapan audit untuk koperasi.
Pada awal pendampingan laporan keuangan pada beberapa koperasi tidak lengkap supporting, dokumen tidak lengkap, laporan keuangan belum konsolidasi (gabungan dari beberapa unit usaha), bahkan ada yang memiliki laporan keuangan berbagai bentuk (tergantung untuk kepentingan siapa untuk pembayaran pajak atau donor).
Hambatan yang dialami selama proses pendampingan yaitu turn over staf yang tinggi baik staf keuangan maupun staf program, ada sekitar 10 orang staf resign dan berpindah ke koperasi lain. Setelah mendapatkan training dan pendampingan di bidang keuangan, beberapa staf keuangan resign sehingga ketika pendampingan selanjutnya konsultan harus mengulang apa yang sudah diberikan. Tumpang tindihnya wewenang dan tanggungjawab antara pengurus dan staf bahkan ada yang rangkap jabatan. Leadership yang kurang kuat pada beberapa koperasi dan perlu ada keseimbangan “power” antara leadership internal dan eksternal.
Saat ini 8 koperasi yang ada di Bener Meriah dan Aceh Tengah sudah memproduksi laporan keuangan sesuai standar. Untuk melihat dan mengecek hasil laporan keuangannya perlu dilakukan pemeriksaan /audit. 8 koperasi tersebut siap diaudit untuk periode 1 tahun terakhir bahkan ada satu koperasi yang sudah menyiapkan laporan keuangan beserta dokumen-dokumen pendukung secara lengkap untuk 3 tahun terakhir. Manajemen keuangan yang baik akan menghasilkan laporan keuangan yang baik. Laporan keuangan yang standar, benar dan terpercaya akan menumbuhkan kepercayaan di pihak donor, masyarakat dan stakeholders. Kepercayaan pihak luar merupakan salah satu modal utama bagi keberlanjutan organisasi.
Beberapa organisasi membuat laporan keuangannya hanya untuk kepentingan donor dan pihak luar (seperti pemerintah untuk kepentingan pembayaran pajak). Inilah penyebab beberapa organisasi membuat laporan keuangan dengan beberapa versi/jenis. Agar laporan keuangan disajikan secara benar dan untuk mendukung proses transparansi dan akuntabilitas, SATUNAMA bekerjasama dengan Lutheran World Relief (LWR) melakukan pendampingan manajemen keuangan untuk 8 koperasi di Bener Meriah dan Aceh Tengah yang disupport / didukung oleh Fair trade USA. Kegiatan ini berlangsung selama 7 bulan dari bulan Mei-November 2012. Ada 3 orang konsultan yang terlibat dalam kegiatan ini yaitu Kantri Sekar Wandansari, Eni Dwi Susliyanti dan Fatiana Ratnawulan.
Pendampingan manajemen keuangan dilakukan dalam tiga tahap: Pertama, konsultan mereview laporan keuangan koperasi dan memberikan masukan untuk perbaikan. Kedua, konsultan menawarkan software keuangan untuk koperasi, dan memberikan pelatihan keuangan menggunakan software ProBAS (Program based Accounting System). Ketiga, konsultan mereview laporan keuangan yang sudah menggunakan software dan persiapan audit untuk koperasi.
Pada awal pendampingan laporan keuangan pada beberapa koperasi tidak lengkap supporting, dokumen tidak lengkap, laporan keuangan belum konsolidasi (gabungan dari beberapa unit usaha), bahkan ada yang memiliki laporan keuangan berbagai bentuk (tergantung untuk kepentingan siapa untuk pembayaran pajak atau donor).
Hambatan yang dialami selama proses pendampingan yaitu turn over staf yang tinggi baik staf keuangan maupun staf program, ada sekitar 10 orang staf resign dan berpindah ke koperasi lain. Setelah mendapatkan training dan pendampingan di bidang keuangan, beberapa staf keuangan resign sehingga ketika pendampingan selanjutnya konsultan harus mengulang apa yang sudah diberikan. Tumpang tindihnya wewenang dan tanggungjawab antara pengurus dan staf bahkan ada yang rangkap jabatan. Leadership yang kurang kuat pada beberapa koperasi dan perlu ada keseimbangan “power” antara leadership internal dan eksternal.
Saat ini 8 koperasi yang ada di Bener Meriah dan Aceh Tengah sudah memproduksi laporan keuangan sesuai standar. Untuk melihat dan mengecek hasil laporan keuangannya perlu dilakukan pemeriksaan /audit. 8 koperasi tersebut siap diaudit untuk periode 1 tahun terakhir bahkan ada satu koperasi yang sudah menyiapkan laporan keuangan beserta dokumen-dokumen pendukung secara lengkap untuk 3 tahun terakhir. [Enidwi]
semoga dengan adanya Financial Management dapat menghasilkan laporan keuangan yang baik