Sekolah Politisi Muda III Dihelat, Ciptakan Kultur Politik Demokratis

Program Civilizing Politics for Indonesian Democracy (CPID) SATUNAMA merupakan buah atas pandangan dan pemikiran bahwa politisi memiliki posisi strategis dan peran signifikan dalam mengembangkan budaya politik demokratis.

Hingga tahun 2017 program CPID telah melatih 74 politisi muda lintas partai (NasDem, Gerindra, Golkar, PKB, PPP, PAN, Partai Demokrat dan PDI-Perjuangan) yang berasal dari Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Sebagaimana dirancang dalam kurikulumnya, setiap angkatan akan mengikuti 3 seri Sekolah Politisi Muda/SPM (in class training). Pada Angkatan III Tahun 2017 ada 29 peserta yang mengikuti Sekolah Politisi Muda I (tanggal 26 April-2 Mei 2017).

Selanjutnya, SPM II yang diselenggarakan pada 22-26 Agustus 2017 diikuti oleh 24 peserta. Ada pengurangan jumlah peserta karena 5 orang peserta dinyatakan gugur. “Sekolah memang menggunakan sistem gugur bagi politisi yang tidak memenuhi tugas-tugas dan persyaratan lanjutan untuk mengikuti sekolah berikutnya.” Tegas Valerianus B Jehanu, Tim Pengelola Program CPID SATUNAMA.

Sebagai seri terakhir, sebanyak 24 Politisi Muda lintas partai Angkatan III yang telah mengikuti SPM I dan II tersebut akan kembali mengikuti SPM III pada tanggal 1-5 Desember 2017 di Bandung, Jawa Barat.

Menguatkan Jaringan

Dalam sesi pembukaan pada Jumat malam (1/12), Kepala Sekolah Politisi Muda SATUNAMA, Insan Kamil menjelaskan bahwa dia dan tim SPM selalu berupaya agar segala proses yang direncanakan dalam peta jalan program ini sejak awal bisa terwujud. Termasuk dengan membuka kemungkinan-kemungkinan networking.

Insan Kamil (berdiri, tengah) dalam sesi pembukaan Sekolah Politisi Muda III Angkatan III, Dago Highland Resort, Bandung, Jumat, (1/12). (Foto : Izzul Albab_SATUNAMA)

“Tidak hanya sekolahnya, kami juga memetakan network, baik itu ke partai atau dengan konstituen atau dengan media. Kemampuan dalam membangun network demi kepentingan-kepentingan politik yang hendak ditransformasikan sangatlah penting.” Ujar Kamil.

Atas kebutuhan berjejaring pula, para peserta Sekolah Politisi Muda diajak untuk membentuk Kaukus Politisi Muda. Gagasan membentuk sebuah Kaukus Politisi Muda menjadi penting untuk Indonesia hari ini. Para politisi dengan latar belakang politik yang berbeda dipertemukan untuk saling mengisi Indonesia.

Tujuan besar Kaukus Politisi Muda yang harapannya bergerak secara organik dari para alumni ini adalah terbentuknya blok politisi muda lintas partai di tingkat regional maupun nasional,  tersedianya blok politisi muda yang memiliki komitmen dan agenda bersama dalam pengembangan kultur politik yang demokratis dan anti korupsi.

Persiapan untuk mencapai tujuan besar tersebut telah dilakukan beberapa waktu lalu. Beberapa perwakilan alumni Sekolah Politisi Muda lintas angkatan bertemu pada acara Pre-Workshop Merancang Kaukus Politisi Muda pada Selasa, (14/11) di SATUNAMA Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal persiapan Deklarasi Kaukus Politisi Muda. Agenda deklarasi pembentukan Kaukus Politisi Muda ini direncanakan akan dilaksanakan pada akhir penyelenggaraan Sekolah Politisi Muda Angkatan ke-III.

Dilandasi nilai demokrasi

Para peserta Sekolah Politisi Muda III Angkatan III, Dago Highland Resort, Bandung,  Sabtu (2/12). (Foto: Izzul Albab_SATUNAMA)

Sekolah Politisi Muda III Angkatan III berlangung pada Jumat-Selasa (1-5 Desember 2017) di Dago Highland Resort Jl. Bukit Pakar IV no. 88 Bandung-Jawa Barat. Sejumlah narasumber ikut ambil bagian dalam helatan SPM III Angkatan III ini, yaitu David Sepriwasa (Fungsional Dikyanmas KPK RI), Ikram Masloman dan Sunarto (Lingkaran Survey Indonesia), Prof. Purwo Santoso (UGM), Dandhy Dwi Laksono (Watchdog Documentary) dan Taka Gani (Living Values).

Pemilihan narasumber ini bukanlah tanpa dasar. Sikap yang dilandasi nilai-nilai demokrasi dan anti-korupsi menjadi fokus nilai utama dalam SPM III. Oleh karenanya, materi yang diberikan adalah Demokrasi dan Anti-Korupsi, Pemetaan dan Konstituensi Politik, Public Policy Making (Deepening), Public Speaking; dan Values Building.

Sementara metode utama yang digunakan untuk memastikan lima hal tersebut adalah Intensive Coaching. Metode ini bertujuan memberikan pengalaman individual kepada masing-masing peserta untuk memastikan penguasaannya atas kapasitas tertentu yang diberikan dalam sekolah ini.

Valeri menjelaskan bahwa Sekolah Politisi Muda secara spesifik ingin menghasilkan sebuah kondisi di mana alam politik Indonesia diisi oleh politisi-politisi muda yang memiliki visi dan komitmen yang kuat pada pengembangan kultur politik yang demokratis (democratic and civilized political life).

Nilai-nilai, integritas, demokrasi dan anti korupsi menjadi wajib untuk diinfiltrasikan kepada para peserta. Hal lain yang juga tak kalah penting adalah memperkuat komitmen politisi muda terhadap kesejahteraan dan keadilan sosial masyarakat warga, memperkuat kapasitas politisi muda dalam memetakan medan politik, mengenali sumberdaya, menentukan strategi dan mentransformasi serta memobilisasi sumberdaya menjadi kekuatan politik yang sah.

“Kapasitas para politisi muda dalam melakukan analisis dan pembuatan kebijakan publik berdasarkan isu-isu spesifik terpilih juga diperkuat. Penyampaian gagasan di hadapan publik juga menjadi fokus perhatian, karena itu diharapkan dapat menghidupkan nilai-nilai positif dalam diri politisi muda.” Jelas Valeri.

Para peserta SPM III Angkatan III akan diwisuda pada Kamis, (7/12) di Millenium Hotel Sirih, Jakarta berbarengan dengan agenda Diskusi Publik dan Deklarasi Kaukus Politisi Muda : Politisi Muda, Partai Politik dan Demokrasi di Indonesia Pasca 2019. Perhelatan ini akan dihadiri oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Periode 2003-2008 Jimly Asshiddiqie sebagai keynote speaker. Akan hadir juga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar, Peneliti CSIS J. Kristiadi dan Pemred Kompas.com, Wisnu Nugroho.

Rangkaian agenda kegiatan tersebut tidak lepas dari pemikiran bahwa Sekolah Politisi Muda III ini memang difokuskan untuk menguatkan kecakapan peserta dalam berfikir dan merumuskan tindakan politik strategis, menyusun kebijakan publik, menyampaikan gagasan di depan publik dan memantapkan komitmen pada nilai-nilai yang diakui penting sebagai spirit dasar karakter seorang politisi berdasar cita-cita keadaban politik. (A.K. Perdana/Foto : Izzul Albab_SATUNAMA)

Tinggalkan komentar