Bercermin Diri Lewat Humor dan Anekdot

Judul buku      : Komunikasi Media dan Masyarakat (Membedah Absurditas Budaya Masyarakat)
Penulis             : Deddy Mulyana, dkk
Penerbit           : Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Tahun terbit     : 2015
Ukuran buku   : 15,5 x 24 cm
Jumlah hal.      : xi + 265  hlm.
Koleksi            : Perpustakaan  Yayasan  SATUNAMA Yogyakarta .,

Bercermin Diri Lewat Humor dan Anekdot

Buku setebal 265 halaman ini menyoroti aneka keanehan, keunikan, kelucuan maupun keganjilan , bahkan hal yang ironis dan kadang tak masuk akal, yang terjadi di negeri Indonesia baik dalam dunia politik, budaya, ekonomi maupun pendidikan . Masyarakat Indonesia yang konon terkenal taat beragama dan berpendidikan dalam kenyataannya masih saja begitu mudah berpikir dan berbuat hal-hal yang terkadang tidak masuk akal ( absurd ), dan bahkan melanggar norma dan moral akal sehat.

Hal ini dipengaruhi antara lain oleh pola pikir masyarakat itu sendiri. Meskipun masyarakat kita sebagian besar sudah cukup berpendidikan, namun pada kenyataannya masih mudah dipengaruhi , mudah dibujuk namun sekaligus mudah melupakan kejadian yang buruk. Berita tentang ratusan orang yang tertipu investasi bodong, penggandaan uang, yang dengan mudahnya terpengaruh dan terlena oleh janji-janji palsu menjadi santapan kabar yang umum akhir-akhir ini.

Pada akhirnya kita menganggap hal itu biasa-biasa saja, sesuatu yang lazim terjadi, yang sudahlaahh…kita terima saja. Cara pikir, cara pandang dan sikap yang anomali ( fenomenal dan tak masuk akal ) ini tentu akan dapat berdampak negative jika dibiarkan berlarut-larut. Oleh karena itu diperlukan pemahaman, pengamatan dan analisa untuk kemudian mencari solusinya secara bersama-sama .

Dalam konteks inilah buku karangan Deddy Mulyana , dkk hadir. Ada tiga penulis dalam buku ini, yakni Deddy Mulyana, Guru Besar dan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad  ( 26 tulisan, dari hlm.3-98 ), Islaminur Pempasa, Pemred.Harian Umum Pikiran Rakyat ( 25 tulisan, hlm.101-182 ) dan Rahim Asyik, anggota redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat ( 24 tulisan, hlm.185-259 ).  Sebanyak 75 ( tujuh puluh lima ) tulisan yang ada di buku ini mengajak  kita sebagai pembaca merenung, memaknai dan berefleksi atas kejadian yang kita dengar, kita  lihat dan bahkan mungkin kita alami dalam kehidupan kita. Seluruh tulisan dalam buku ini telah dimuat dalam Surat Kabar Harian Pikiran Rakyat, dalam rubric  Takrif, sejak Februari 2014 hingga Agustus 2015.

Deddy Mulyana, dalam 26 tulisannya antara lain menyoroti soal budaya, tingkah laku dan sikap arogan para pejabat baru dan para wakil rakyat di DPR / DPRD ( dalam “Sindrom OBB” dan “  Ketika Koruptor Berlebaran “ ). Juga tentang pentingnya berefleksi tentang hidup, Tuhan dan keimanan manusia ( dalam “ Pulang Kampung “ , “ Ramadhan : Waktu Sakral “ dan “ Senja di Kuta “ ).

Sementara itu, Islaminur Pempasa antara lain membahas tentang usaha para kandidat wakil rakyat mengumbar janji dan berkampanye lewat berbagai media demi menjaring popularitas dan mencari dukungan publik ( dalam Kampanye “Badut“ ). Dibahas juga tentang pentingnya menjadi konsumen yang bijak dalam menanggapi serbuan berita yang ada di berbagi media social ( dalam “Era (Kegaduhan) Informasi” ) serta dampak social yang terjadi akibat belum adanya panduan etik yang diterima umum ketika menulis status dalam media social ( dalam “ Update” Status ).

Sebagai penyaji ketiga, Rahim Asyik dalam tulisannya antara lain menyinggung tentang sikap para tokoh parpol yang mengumbar janji ( dalam “ Perlawanan Murtini” ), tentang indeks kebahagiaan suatu bangsa ( dalam “ Es Krim Kebahagiaan “ ), dan juga tentang begitu mudahnya sebagian besar masyarakat kita mempercayai informasi yang belum pasti kebenarannya atau hoax ( dalam “ Mendadak Bulat “ ). Rahim Asyik dalam tulisannya juga membahas soal pentingnya membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga kelestarian alam (dalam “Citarum” ).

Secara fisik, buku ini memuat jumlah halaman cukup banyak dan memakai jenis kertas yang cukup tebal namun karena ukuran buku ini dibuat  panjang dan ramping serta dicetak dengan jenis dan ukuran huruf yang familiar menjadikan buku ini tetap nyaman untuk dibaca. Semua tulisan disajikan dengan bahasa yang santai dan ringan, sehingga kita seperti sedang membaca sebuah cerita pendek.

Beberapa gambar yang disertakan dalam beberapa tulisan mampu mengurangi kebosanan saat membaca buku ini. Mungkin hal ini pula yang membuat buku ini terbilang cukup laris di pasaran karena selama tahun 2015 telah dicetak sebanyak dua kali.Jadi mari kita berefleksi diri melalui aneka humor dan anekdot dalam buku ini.

Peresensi
Tatik Sulistyaningsih
Pustakawan SATUNAMA

Tinggalkan komentar