Jambore Dolanan Bocah

Jamboree on Children Games

[photo1]

On Sunday, 20 April 2008, SATUNAMA mobile library with its community from Karang Taruna Dusun Turus, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulon Progo, conducted a jamboree entitled “GIVE US A CHANCE TO PLAY” in Turus Subvillage, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulon Progo, attended by 56 kids (M:19, F:37). By conducting this jamboree, we can introduce traditional children games as well as local values. Besides that, it gives children the chance to play, since children’s world are playing. Nowadays most of the children’s time is spent in their schools that make them limited on playing.

In this globalisation era, traditional games are marginalized. As we can see that young generation do not recognize traditional games and prefer modern games. Actually if we study it deeply, in the traditional children games there are deeply philosophy that can be a life guidelines. For instance the games of Benteng-bentengan and Gobag Sodor that are amusing as well as helping children to think strategically, motivating them to helping others, having cooperation, being discipline and honest. There are three activities to preserve these traditional games:

* Out-bond In every post is introduced some traditional games as egrang, engklek, benthik, bakiak bathok, jamuran. Every kid is given a chance to play and then to be competed with kids from other groups.
* Workshop on traditional games Every group makes game medias, for instance making kuda-kudaan from pelepah pisang (banana trunk) and arranging jackfruit leafs as a costume or accessories. This workshop’s objection is to motivate children on creating game tools so that they do not have to spend some money to buy it. It also teaches children not to be consumptive.
* Art performance Every group performs traditional arts by using pelepah pisang and jackfruit leafs as a crown or hat. Lessons’ Learned

1. Children are introduced to traditional games that have good moral values
2. Nowadays, not all of the children know about traditional games
3. Children have high interest toward traditional arts
4. It gives a chance to children to create and express things
5. It motivates children not to be consumptive and to make their own games’ tools

Author: Andri Photo: Moblib Team

Jambore Dolanan Bocah

[foto1]

Pada hari Minggu, 20 April 2008, Perpustakaan Keliling SATUNAMA bersama teman-teman Karang Taruna Dusun Turus, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulon Progo menyelenggarakan Jambore Dolanan Bocah dengan tema “ BERI KESEMPATAN KAMI BERMAIN “ di Dusun Turus, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulon Progo, yang diikuti 56 anak ( L:19, P:37). Kami berharap bahwa melalui Jambore Dolanan Bocah yang bertemakan “Beri Kesempatan Kami Bermain” ini dapat mengenalkan dolanan bocah sebagai kearifan lokal, menumbuhkan motivasi anak untuk memiliki rasa handarbeni terhadap kesenian lokal, supaya tidak semakin banyak kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh negara lain, dan untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal. Selain itu juga untuk memberi kesempatan bermain pada anak, karena pada dasarnya dunia anak-anak adalah bermain, di mana anak-anak di zaman sekarang sebagian waktunya dihabiskan di sekolah, sehingga kesempatan untuk bermain dan bersosialisasi semakin terbatas.

Di era globalisasi seperti sekarang, permainan tradisional seperti dolanan bocah sudah mulai terpinggirkan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya generasi muda yang tidak mengenal tentang berbagai permainan tradisional dan lebih menyukai permainan yang bernuansa moderen. Padahal jika dikaji secara mendalam, di dalam dolanan bocah tidak hanya terdapat unsur hiburan tapi juga mengandung filosofi yang cukup mendalam, yang bisa dijadikan sebagai pedoman hidup. Di antaranya ada permainan Benteng-bentengan dan Gobak Sodor. Selain memiliki nilai keceriaan yang tinggi, permainan ini juga membantu anak untuk berpikir strategis, menolong sesama teman atau setiakawan, membutuhkan kejasama atau kekompakan, kedisiplinan, dan kejujuran.

Media untuk melestarikan dolanan bocah ini ada 3 macam kegiatan yaitu:

* Out bond: di setiap pos dikenalkan berbagai macam permainan tradisional misalnya: egrang, engklek, benthik, bakiak bathok, jamuran. Setiap anak diberi kesempatan untuk bermain dengan media dolanan bocah yang kemudian dikompetisikan antar kelompok.
* Workshop permainan tradisional: setiap kelompok membuat media permainan, misalnya kuda-kudaan dari pelepah pisang dan merangkai daun nangka sebagai kostum dan asesoris. Melalui workshop ini diharapkan dapat memberikan movivasi kepada anak untuk dapat membuat kreativitas alat permainan sendiri tanpa harus membeli, selain itu juga untuk mengajarkan anak untuk tidak konsumtif.
* Pentas seni: setiap kelompok mementaskan kesenian tradisional dengan menggunakan asesoris dari pelepah pisang dan rangkaian daun nangka menjadi mahkota atau topi. Pelajaran yang bisa diambil:

1. Anak-anak dapat mengenal permaianan tradisional yang mempunyai nilai-nilai moral yang baik.
2. Di zaman sekarang, tidak semua anak mengenal permainan tradisional, baik namanya maupun cara bermainnya.
3. Anak-anak mempunyai potensi dan minat yang besar terhadap kesenian tradisional.
4. Memberi kesempatan anak untuk berkreasi dan berekspresi.
5. Memberi motivasi anak untuk tidak konsumtif dan bisa membuat alat permainan sendiri

Penulis: Andri Foto: Tim MOBLIB

Tinggalkan komentar