Selama 5 hari sejak Senin, (20/6) hingga Jumat (25/6) SATUNAMA mengadakan Perencanaan Strategis lembaga untuk 20 tahun ke depan.
Melalui Development Cooperation, sebuah riset kecil di negara-negara utara yang mengidentifikasi hal-hal yang akan mempengaruhi peta dunia, ditemukan fakta-fakta yang dapat menjadi dasar perencanaan dan pengembangan kerja sebuah organisasi seperti SATUNAMA. Hal ini diungkapkan oleh Dirk Van Esbroeck dari South Research Belgia, yang bertindak sebagai fasilitator. Analisis peluang dan tantangan lembaga kemudian dilaku[kan dalam mengembangkan perencanaan strategis di masa depan
Hal lain yang juga tak kalah penting dalam mempengaruhi kondisi di masa depan adalah peubahan iklim. Isu ini sudah mengemuka sejak dekade 70-an dan semakin menguat dalam 10-15 tahun terakhir. “Dampak perubahan iklim bagi Negara-negara yang dekat dengan garis khatulistiwa sangatlah besar” kata Dirk mengingatkan.
Sementara kalau bicara soal kemiskinan, Indonesia saat ini sudah dikategorikan sebagai negara berpenghasilan menengah. Artinya, Indonesia sudah tidak lagi dianggap sebagai negara miskin. Ini akan berdampak pada usaha melawan kemiskinan. Tidak akan banyak bantuan datang ke Indonesia di masa mendatang.
Berkaitan dengan keuangan, krisis ekonomi yang menimpa Negara-negara barat pada 2008 masih menyimpan dampak hingga kini. Lebih banyak bantuan diarahkan untuk berusaha menyelamatkan perekonomian ketimbang untuk solidaritas internasional. “Ada kemungkinan dukungan finansial dari Eropa akan semakin sulit.” Ungkap Dirk.
Peluang lain adalah dengan menjadi bagian dalam penguatan ekonomi kreatif. Bermodalkan kedekatan dengan masyarakat, penguatan ekonomi kreatif bisa menjadi peluang besar di masa depan. Terlebih saat ini ada Masyarakat Ekonomi Asean yang bisa menjadi peluang bagi pemasaran produk lokal.
Sementara di level lokal, saat ini terdapat kebijakan dan kewenangan lokal yang memungkinkan pengelolaan sumber daya lebih terfokus. Di ranah politik nasional, SATUNAMA yang sudah menginisiasi dan menjalankan pendidikan politik yang menyasar kepada generasi muda dapat memanfaatkan munculnya regulasi yang mendukung pengembangan generasi muda atau politikus muda. Hal ini juga didukung dengan akan munculnya peluang demografi yang akan semakin membesar di masa mendatang. Indonesia akan mengalami bonus demografi yang besar di masa mendatang. Ini harus bisa dimanfaatkan sebagai peluang.
“Bonus demografi ini akan muncul sekitar tahun 2020-2030. Saat itu, angkatan kerja produktif akan mencapai 70%. Yang 70% inilah yang diharapkan akan menguatkan ekonomi kita serta menopang 30% yang tidak atau belum produktif.” Ujar Dirk.
Meski demikian, Dirk juga mengingatkan bahwa beberapa peluang juga bisa berubah menjadi ancaman jika tidak mengetahui cara mengelolanya. “Bonus demografi misalnya. Bisa saja juga menjadi ancaman jika tidak dikelola dengan baik. Di Afrika, usia non produktif jumlahnya lebih banyak dan ini menjadi beban.” Katanya.
Ancaman lain yang sudah dan akan akan muncul adalah keberadaan dinasti atau oligarki politik di tingkat nasional maupun lokal, mengguritanya korupsi, menguatnya radikalisme, tata kelola bisnis yang tidak ramah lingkungan, rendahnya kesadaran sebagai warga negara serta semakin meningkatnya kriminalitas dunia maya.[]
Penulis : Ariwan K Perdana