Mengurai Peluang dan Tantangan Masa Depan

Selama 5 hari sejak Senin, (20/6) hingga Jumat (25/6) SATUNAMA mengadakan Perencanaan Strategis lembaga untuk 20 tahun ke depan.

Melalui Development Cooperation, sebuah riset kecil di negara-negara utara yang mengidentifikasi hal-hal yang akan mempengaruhi peta dunia, ditemukan fakta-fakta yang dapat menjadi dasar perencanaan dan pengembangan kerja sebuah organisasi seperti SATUNAMA. Hal ini diungkapkan oleh Dirk Van Esbroeck dari South Research Belgia, yang bertindak sebagai fasilitator. Analisis peluang dan tantangan lembaga kemudian dilaku[kan dalam mengembangkan perencanaan strategis di masa depan

P1910434_ (Small)
Dirk Van Esbroeck memandu seluruh proses Perencanaan Strategis. [Foto: Prasena N Santi]
Kekuatan dunia yang cenderung multipolar saat ini, di mana Indonesia kemungkinan akan menjadi salah satu negara kuat di masa depan, harus disikapi dengan arif, karena tidak ada negara yang benar-benar memiliki kekuatan tanpa kelemahan. Dominasi kekuatan lama seperti Amerika Serikat kini sudah mulai pudar. Negara-negara seperti China dan Brazil mulai menampakkan disi sebagai kekuatan baru “Meski demikian, mereka bukan tidak punya kelemahan. Brazil menghadapai masalah ekonomi dan program sosialnya ambruk.” Ujar Dirk.

Hal lain yang juga tak kalah penting dalam mempengaruhi kondisi di masa depan adalah peubahan iklim. Isu ini sudah mengemuka sejak dekade 70-an dan semakin menguat dalam 10-15 tahun terakhir. “Dampak perubahan iklim bagi Negara-negara yang dekat dengan garis khatulistiwa sangatlah besar” kata Dirk mengingatkan.

Sementara kalau bicara soal kemiskinan, Indonesia saat ini sudah dikategorikan sebagai negara berpenghasilan menengah. Artinya, Indonesia sudah tidak lagi dianggap sebagai negara miskin. Ini akan berdampak pada usaha melawan kemiskinan. Tidak akan banyak bantuan datang ke Indonesia di masa mendatang.

Berkaitan dengan keuangan, krisis ekonomi yang menimpa Negara-negara barat pada 2008 masih menyimpan dampak hingga kini. Lebih banyak bantuan diarahkan untuk berusaha menyelamatkan perekonomian ketimbang untuk solidaritas internasional. “Ada kemungkinan dukungan finansial dari Eropa akan semakin sulit.” Ungkap Dirk.

P1910377
Diskusi peluang dan ancaman masa depan berlangsung menarik. [Foto: Prasena N Santi]
Dalam sesi diskusi soal peluang dan ancaman yang muncul ke depan, diketahui bahwa Indonesia punya peluang di tengah-tengah kondisi seperti itu misalnya melalui bidang sumber daya alam dan teknologi informasi komunikasi. Soal SDA ini dianggap penting karena saat ini perhatian dunia internasional sangatlah besar terhadap isu ini. Sementara peluang di teknologi komunikasi dan Informasi bisa dimasuki karena TIK merupakan tool atau alat yang cukup efektif dalam penguatan strategi gerakan.

Peluang lain adalah dengan menjadi bagian dalam penguatan ekonomi kreatif. Bermodalkan kedekatan dengan masyarakat, penguatan ekonomi kreatif bisa menjadi peluang besar di masa depan. Terlebih saat ini ada Masyarakat Ekonomi Asean yang bisa menjadi peluang bagi pemasaran produk lokal.

Sementara di level lokal, saat ini terdapat kebijakan dan kewenangan lokal yang memungkinkan pengelolaan sumber daya lebih terfokus. Di ranah politik nasional, SATUNAMA yang sudah menginisiasi dan menjalankan pendidikan politik yang menyasar kepada generasi muda dapat memanfaatkan munculnya regulasi yang mendukung pengembangan generasi muda atau politikus muda. Hal ini juga didukung dengan akan munculnya peluang demografi yang akan semakin membesar di masa mendatang. Indonesia akan mengalami bonus demografi yang besar di masa mendatang. Ini harus bisa dimanfaatkan sebagai peluang.

“Bonus demografi ini akan muncul sekitar tahun 2020-2030. Saat itu, angkatan kerja produktif akan mencapai 70%. Yang 70% inilah yang diharapkan akan menguatkan ekonomi kita serta menopang 30% yang tidak atau belum produktif.” Ujar Dirk.

Meski demikian, Dirk juga mengingatkan bahwa beberapa peluang juga bisa berubah menjadi ancaman jika tidak mengetahui cara mengelolanya. “Bonus demografi misalnya. Bisa saja juga menjadi ancaman jika tidak dikelola dengan baik. Di Afrika, usia non produktif jumlahnya lebih banyak dan ini menjadi beban.” Katanya.

Ancaman lain yang sudah dan akan akan muncul adalah keberadaan dinasti atau oligarki politik di tingkat nasional maupun lokal, mengguritanya korupsi, menguatnya radikalisme, tata kelola bisnis yang tidak ramah lingkungan, rendahnya kesadaran sebagai warga negara serta semakin meningkatnya kriminalitas dunia maya.[]

Penulis : Ariwan K Perdana

Tinggalkan komentar