Perlawanan Konsisten Demi Menjaga Lingkungan

Salim kancil terampas nyawanya karena mempunyai tujuan mulia membela lingkungan  atau lahan pertaniannya, karena lahan pertanian Salim sebagai penopang kehidupan keluarganya demi kebutuhan hidup sehari-hari serta untuk membiayai anak-anaknya sekolah terancam dengan adanya pertambangan, sangatlah jelas penambangan yang dilakukan secara tidak benar itu merusak lingkungan; entah infrastruktur, entah lahan, entah ekosistem entah budaya dan sosial yang berdampak secara lansung dan tidak langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Salah satunya yang terdampak langsung yaitu lahan milik salim kancil. Maka sangat benar jika Salim menolak adanya pertambangan di daerahnya karena dalam sejarah tidak pernah ada penambangan yang ramah lingkungan justru pasti merubah struktur tanah serta menimbulkan kerugian. Walaupun terdapat uang melimpah di pertambangan tetapi sangatlah tidak sebanding dengan kerusakan yang didapat dan dirasakan masyarakat.

Tujuan Salim Kancil yang demi menjaga keberlanjutan hidup anak cucunya serta menjaga ciptaanNya agar tetap lestari justru mendapat penilaian negatif bagi kelompok pro tambang  seperti kades, aparat, preman dan pengusaha. Mereka juga merasa terganggu oleh ulah Salim Kancil. Langkah-langkah Salim dengan tekat besar tanpa ada rasa takut sedikitpun menolak penambangan dimulai dengan demontrasi untuk menghentikan truk-truk pengangkut material dari penambangan dan  ditempeli tulisan penolakannya, Salim Kancil memiliki pribadi yang berpihak kepada kepentingan bersama yang dibalut dengan kejujuran, ketulusan serta kegigihan dalam keberanian melawan raksasa yang serakah atau pertambangan yang kejam, tidak memikirkan generasi yang akan datang dan hanya berpikir sesaat untuk mendapatkan uang secara cepat.

Terusiknya para pro tambang ini oleh ulah Salim Kancil yang menolak tambang membuat para pelaku serta para pendukung tambang geram sehingga berusaha mengancam dengan menakut-nakuti pelopor penolak tambang seperti Salim Kancil dan Tosan, bahkan akhirnya sampai menganiyaya Tosan dan Salim Kancil hingga Salim terenggut nyawanya. Ini adalah kebiadaban manusia akibat mata telah tertutup uang, telinga tersumpal uang bahkan otak sudah terbungkus uang jadi sudah tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar dan berpikir lagi, menjadi tidak hidup hati nuraninya terbukti dengan tega melakukan penganiyaya di depan umum, melakukan pembunuhan dan membuang jenasahnya secara sembarangan.

Yang perlu diingat, pertambangan yang tidak beretika adalah VOC jilid kedua karena kalo dulu penjajah hanya mengambil hasil bumi seperti rempah-rempah, akan tetapi VOC zaman sekarang mengambil semuanya mulai dari batu, pasir, tanah dan air semua dibawa bahkan lebih serakah lebih keji karena mengambil  semuanya habis-habisan. Termasuk yang membuat sulit pejuang zamam sekarang karena para pemegang kekuasaan, penegak hukum dan pengusaha bersekutu  dan justru ini merepotkan pejuang lingkungan seperti Salim Kancil bersama kawan-kawannya. Penjajah zaman sekarang justru sangat serakah dan rakus dan sulit untuk memutus rantai penjajahan di negeri ini juga karena adanya persekongkolan para pemimpin, pengusaha dan melibatkan aparat. Sangat jelas bukti tidak keberpihakan pemerintah tehadap masyarakat kecil.

Dalam kasus Salim Kancil, peran pemerintah yang seharusnya mengayomi, melayani dan melindungi  tidak dijalankan. Peristiwa yang Salim Kancil ini bukan hanya terjadi sekali. Seperti kejadian di Kabupaten Magelang tepatnya di Jurang Jero kecamatan Srumbung pada tahun 1999 banyak nyawa melayang dalam perlawanan pertambangan pasir lereng merapi yang mengunakan alat berat (escavator). Terjadi amuk masa dengan membakar 9 unit escavator dan mendapat perlawanan dari backing alat berat atau preman, banyak warga yang mati oleh sabetan-sabetan pedang milik preman tersebut. Para korban kemudian hanya ditimbun menggunakan excavator. Peristiwa ini tak terekspos oleh  media karena media kurang berani dalam meliput dan pemerintah daerah tidak menuntaskan masalah ini. Jadi kebiadaban tidak hanya terjadi di Lumajang saja.

Pemerintah tidak peka

Kejadian Salim Kancil dan kejadian di Magelang merupakan bentuk ketidakpekaan dan ketidakpedulian pemerintah dalam melindungi warganya dan fungsi aparat tidak jalan dalam melindungi dan mengayomi masyarakatnya juga karena pembiaran pemerintah terhadap penambangan liar sehingga justru membuat oknum aparat bermain dan membuat para pelaku penambang liar seakan terlindungi (kebal hukum). Hal ini menambah kesemena-menaan para penambang terhadap para penolak tambang. Orang pejuang lingkungan sperti Salim Kancil seharusannya medapat naungan perlindungan yang tertera dalam UU Lingkungan hidup karena mereka jelas bertindak dan berbuat demi menjaga kelestarian lingkungan hidup. Tapi pemerintah tidak banyak berbuat untuk membela para pejuang lingkungan. Bahkan peduli saja nampaknya tidak.

Resiko yang diterima sebagai aktivis lingkungan maupun penolak pertambangan memang berat, antara lain; disuap dan diancam. Strategi penyuapan dilakukan oleh pihak penambang ataupun pro tambang  agar para aktivis lingkungan tidak menganggu kegiatan pertambangan mereka. Strategi ini untuk membungkam dan melemahkah atau juga bisa disebut pembiusan sehingga tidak berani dan tidak tegas untuk melawan. Jika strategi ini gagal maka pihak penambang akan melakukan itimidasi dengan cara mengancam serta menakut-nakuti bahkan pada satu titik, akan menimbulkan konflik.

Meninggalnya Salim Kancil merupakan gambaran bahwa pihak yang berkepentingan di penambang sudah kehabisan akal jadi ingin berusaha melenyapkan Salim dengan cara membunuhnya. Sementara motif melakukan penganiayaan dan pembunuhan di depan umum ini dimaksudkan untuk menakuti warga lain agar jangan ikut-ikutan melakukan penolakan seperti Salim. Bahkan sekalipun penambangan di Lumajang tersebut mempunyai legalitas resmi, bisa dipastikan Salim Kancil akan tetap melakukan perlawanan karena dia ingin menjaga lingkungan tetap lestari dan menjaga agar lahan pertaniannya tetap utuh.

Yehezkiel Sugiyono
Pengamat isu Anak-anak dan Lingkungan
Tinggal di Keningar, Magelang.

Tinggalkan komentar