Mahasiswa Sebagai Fasilitator Pembangunan Masyarakat Desa

SATUNAMA mengadakan Community Development Workshop dengan tema “Students Exposure and Interactive Learning” selama tiga hari, Jumat-Minggu (6-8 November 2015). Acara yang dilaksanakan di Kelas Besar Yayasan SATUNAMA, Jalan Sambisari No. 99 Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman Yogyakarta ini dihadiri 25 peserta dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, serta perwakilan dari Desa Banjaroyo, Kulonprogo dan Desa Karang Talun, Imogiri.

Ema Vidiastuti Utami, Staf Departemen Penguatan Masyarakat SATUNAMA mengatakan bahwa Community Development Workshop merupakan kerja sama Yayasan SATUNAMA dengan Sung Kong Hoe University, Universitas Islam Indonesia, dan Korean International Coorporation Agency. “Workshop ini bertujuan memberikan pemahaman tentang Community Development kepada mahasiswa yang nantinya mahasiswa ini akan menjadi fasilitator di desa.” Ujar Ema.

Menurut Ema acara yang berlangsung selama tiga hari didesain menjadi dua metode, yaitu di kelas dan di luar kelas. “Untuk di dalam kelas peserta menerima materi tentang PRA (Partisipatif Rural Apraisal) yang disampaikan oleh teman-teman dari Departemen Penguatan Masyarakat Yayasan SATUNAMA. Sementara untuk di luar kelas,  peserta diajak terjun langsung ke lapangan untuk menjadi fasilitator di Kampung Ngawen, Gunung Kidul, Desa Banjaroyo, Kulonprogo dan Desa Karang Talun, Imogiri”. Jelasnya.

Direktur Yayasan SATUNAMA F.X. Bimo Adimoelya selaku salah satu pemateri mengatakan bahwa masalah pembangunan tidak lepas dari cara kita memahami tentang apa yang akan terjadi dan apa yang akan kita lakukan. “Sejak Perang Dunia II sampai sekarang, Indonesia masih mencari titik adil dari pembangunan. Karena pembangunan harus dirasakan oleh masyarakat kecil. Kebutuhan yang dilihat pemerintah tidak sama apa yang dibutuhkan masyarakat.” Kata Bimo.

Bimo juga mengungkapkan empat tujuan negara didirikan, yaitu mensejahterakan masyarakat, mencerdaskan, tertib damai dan keadilan sosial. “Konyol jika kita berpikir kalau pembangunan masyarakat hanya sebatas membuat gorong-gorong dan lain sebagainya. Itu hanya akan menambah beban masyarakat yang kecil, lemah, miskin, tertindas dan difabel.” Ujarnya

Fikran Najib Palakil mahasiswa Program Study Hubungan Internasional (HI) Universitas Islam Indonesia mengatakan dengan mengikuti workshop ini dia bisa menemukan hal-hal baru. Bukan sekadar kuliah saja, mahasiswa juga harus mampu berbaur dengan masyarakat. “Di sini kita belajar dari masyarakat, bukan kita yang mengajari masyarakat.” Kata dia.

Fikran juga berharap melalui workshop ini dia bisa menambah wawasan tentang pembangunan masyarakat dan bisa bermanfaat bagi masyarakat nantinya.

Penulis : Rusdiyanto (Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Editor : Ariwan K. Perdana

Tinggalkan komentar