Satunama.org – Kelas hari kedua Sekolah Politisi Muda (SPM), Jumat (5/8/2022) diisi dengan materi “Tantangan Demokrasi dan Praktik Anti Korupsi”. Budiman Sudjatmiko, pendiri Gerakan Inovator 4.0 dan Bukit Alogaritma hadir sebagai pemateri SPM yang bertempat di balai pelatihan SATUNAMA.
Menurut Budiman, tantangan utama dari demokrasi bukan sekadar korupsi melainkan peradaban. Menurut beliau menjadi manusia politik adalah pilihan yang tepat bagi para politisi.
“Jadilah manusia politik bukan politisi. Ada syarat untuk menjadi manusia politik yaitu cinta pada ide, cinta pada rakyat, berorganisasi, dan cinta pada kemanusiaan” papar Budiman.
Beliau pun mempertegas bahwa manusia politik harus punya cita-cita. Indonesia butuh pemimpin yang memiliki imajinasi dan cita-cita ke mana bangsa ini akan dibawa.
“Jadi tantangan di era yang akan datang adalah kekuatan imajinasi. Kemampuan manusia untuk mengalogaritmakan imajinasi adalah kunci keberhasilan di masa depan” tegas beliau kepada para politisi muda.
Hal penting lain yang turut disampaikan Budiman dalam kelas SPM adalah prediksi eksistensi Indonesia di tahun 2045. Ada tiga hal yang ditegas beliau.
Pertama, Indonesia pada usia 100 tahun akan tetap relevan dan berpengaruh jika selalu memperkuat basis sejarah dan budayanya.
Kedua, Indonesia 100 tahun akan menjadi negara Melting Pot terakhir, sehingga keanekaragaman budaya menjadi Hegemonic Driver.
Ketiga, Soft Power Indonesia akan semakin dibutuhkan dunia untuk menjaga harmoni dalam tatanan masyarakat dunia yang semakin singular.
Politisi Muda, Meningkatkan Syarat Kualitatif
Sebagai negara demokrasi, bagi para politisi ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu syarat kuntitatif dan syarat kualitatif. Syarat kuantitatif berkaitan dengan jumlah sedangkan kualitatif berkaitan dengan kualitas. Bagi para politisi muda, meningkatkan kualitas diri merupakan kiat penting.
Kiat sebagai politisi muda tersebut adalah jawaban dari Budiman atas pertanyaan salah seorang siswa SPM terkait apa yang perlu mereka tingkatkan dalam berkarir sebagai politisi muda.
Pada paparannya Budiman menjelaskan bahwa ada tiga aspek terkait tipe manusia dan relevansinya. Orang yang berhasil atau paripurna adalah yang memiliki cinta, cita dan cipta. Politisi muda perlu memiliki tiga aspek tersebut.
Ia mencontohkan seorang pemalas yang hanya memiliki cinta dan cita namun tidak memiliki cipta. Sementara teroris adalah mereka yang memiliki cita dan cipta namun tidak memiliki cinta.
Data-data riset dan pengetahuan narasumber disajikan dalam slide yang padat dan berisi. Di sela-sela kelas, ada berserta yang bertanya siapa tokoh politik idola dari seorang Budiman Sudjatmiko. Beliau menjawab Bung Karno.
“Yang terpenting bukan ide-ide atau pemikirannya melainkan cara berpikirnya. Karena ide ataupun gagasan bisa usang”, tegas beliau.
Menutup kelas beliau mengutarakan bahwa jika politik Indonesia ingin maju, cukup 25 persen anggota DPR di pusat maupun daerah berdiri sebagai manusia politik dan memegang posisi-posisi penting.
Penulis: Yosef Weking / Editor & Foto: Bima Sakti