Skema Kemitraan dan Pengembangan Program Penanganan Harus Dikuatkan

Yayasan SATUNAMA bersama dengan Pemerintah Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman dan para pemangku kepentingan mengadakan seri kedua sarasehan kesehatan jiwa yang merupakan kelanjutan dari  seri pertama sarasehan kesehatan jiwa yang mengangkat tema “Kesehatan Jiwa Secara Umum” pada Mei lalu. Sarasehan kedua ini mengangkat tema “Skizofrenia Sebagai Gangguan Jiwa Berat dan Kronis di Indonesia Serta Upaya Penanggulangannya”.

Muncul dua rekomendasi utama dalam sarasehan ini yaitu, penguatan skema kemitraan para pemangku kepentingan dan pengembangan program penanganan yang komprehensif dan berkelanjutan. Bersama Inu Wicaksana, dokter kesehatan jiwa yang sudah panjang rekam jejaknya soal kesehatan jiwa di Jawa Tengah dan DIY, sarasehan kali ini mengupas khusus tentang skizofrenia sebagai gangguan kejiwaan berat dan kronis di Indonesia serta upaya penanggulangannya.

Menyimak bersama film pendek “Split Mind”.

Sarasehan dimulai dengan menyimak film Split Mind yang disutradarai oleh Nia Sari. Film ini bercerita tentang penderita skizofrenia bernama Lilik Suwardi. Berdurasi 30 menit, film ini menceritakan bagaimana Lilik mencoba bangkit dari penyakit yang mengungkungnya. Dalam film tersebut, kita bisa menyaksikan dan memetik pembelajaran bagaimana Lilik mencoba bunuh diri saat dirinya divonis menderita skizofrenia.

Lilik juga sempat menjalani aneka terapi alternatif, sampai akhirnya kembali ke medis. Masyarakat juga bisa melihat bagaimana peran keluarga dan tetangga sekitar pada pemulihan Lilik. Film juga berperan dalam menginformasikan penanganan penderita skizofrenia. Dalam beberapa kasus, tumbuhnya kesadaran tidak dibarengi pengetahuan. Kondisi ini berakhir dengan pemasungan, yang sebetulnya bermaksud supaya penderita tidak melukai diri atau orang di sekitarnya. Padahal pemasungan tidak memperbaiki kondisi penderita skizofrenia.

Dalam paparan pemantiknya, Dokter Inu Wicaksono menjelaskan tentang informasi dasar dan umum tentang diagnosa dini gejala dan faktor penyebab skizofrenia. Kapasitas yang idealnya dimiliki keluarga, tetangga, dan lingkungan untuk segala aspek tentang ODGJ jenis skizofrenia, peran dan fungsi masing-masing pemangku kepentingan, idealnya relasi para pemangku kepentingan, disparitas aksesibilitas dan kualitas unit-unit layanan kesehatan jiwa di DIY dan Jawa Tengah.

Dokter Inu Wicaksono, saat memaparkan pemantik diskusi tentang Skizofrenia seusai menyaksikan Film. Sarasehan Kesehatan Jiwa seri kedua “Mengenal Skizofrenia”,

Inu juga menjelaskan pengertian dasar Skizofrenia, gejala utama Skizofrenia, pencegahan dan deteksi dini, rehabilitasi dan terapi kerja, upaya penanggulangan dan kegagalannya, serta pentingnya bantuan masyarakat, organisasi sosial, organisasi perempuan, tokoh masyarakat, kader sehat desa, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk pendampingan Skizofrenia.

Dalam sesi diskusi curah pendapat. para partisipan secara mengalir bertanya, menambah informasi, berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta berdiskusi interaktif antar partisipan. Dengan kesadaran penuh, Hafidz bercerita tentang betapa beratnya usaha dia untuk belajar menerima bahwa ada anggota keluarganya yang menderita skizofrenia yang masuk kategori berat (psikotik).

Awalnya ia nyaris putus asa, namiun secara sadar dan terus-menerus ia belajar tentang skizofrenia dan cara mengatasinya dengan ikut berbagai diskusi, seminar, membaca buku, berkonsultasi dengan dokter, dan berjejaring dengan banyak orang dan lembaga yang konsentrasi tentang kesehatan jiwa.

Sampai akhirnya ia memiliki pemahaman yang utuh soal skizofrenia, cara mendeteksi gejala puncak kambuhnya, memahami berbagai macam penanggulangannya baik secara klinis (obat-obatan dan komposisinya) serta secara psikologis, dan sosial. Butuh waktu lama, tapi dengan kesungguhan, ia mengurangi kerentanan yang timbul bagi keluarga dan lingkungannya yang hadir akibat ketidakpahaman terhadap skizofrenia, menurut sepengetahuan Hafidz, belum ada LSM yang mau melakukan penanganan terhadap Orang Dengan Gangguan Kejiwaan.

Sementara Ria menyampaikan keperihatinannya tentang kondisi masyarakat yang masih belum memiliki pengetahuan dan keterampilan juga sikap yang dibutuhkan agar dapat menjawab persoalan gangguan kesehatan jiwa yang ada.

Ria menuturkan pentingnya memprioritaskan dua program, yaitu penguatan kapasitas kader siaga kesehatan jiwa yang ada di desa serta program edukasi ke masyarakat tentang kesehatan jiwa, agar penanggulangan masalah kejiwaan dilingkungan dapat cepat dilakukan.

Patimah Hariyati, staf Bidang Penanggulangan Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, saat menyampaikan kapasitas program, kegiatan, dan anggaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman tentang Penanggulangan Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODGJ), Sarasehan Kesehatan Jiwa seri kedua, “Mengenal Skizofrenia”,

Bu Pat, demikian sapaan akrabnya, mengutarakan bahwa salah satu prioritas Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman adalah pencegahan kasus pemasungan ODGJ/ODMK. Berdasarkan pengalaman Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, sebagaimana yang dituturkan oleh Bu Pat, saat ini (2017) ada 7 kasus pemasungan di Kabupaten Sleman berdasarkan pendataan dan pemantauan Dinas Kesehatan.

Pemasungan sendiri, atau secara umum ketiadaannya penanganan terhadap ODGJ/ODMK faktor penyebab utamanya adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap keluarga si ODGJ/ODMK yang sangat minim tentang bagaimana sebenarnya penanganan yang layak dan memanusiakan. Pemasungan di Sleman belum bisa mencapai 0 kasus penyebabnya sangat beragam, pertama, pihak keluarga belum mau melakukan evakuasi anggota keluarganya yang ODGJ/ODMK ke unit-unit layanan yang tersedia.

Kedua, pengalaman tahun 2014 Dinas Kesehatan sudah ada upaya menggandeng banyak pihak untuk penanganan kasus, namun kembali lagi, pihak keluarga tidak mau, banyak hal yang menyebabkan dan kesimpulan Dinas Kesehatan adalah keluarga tidak paham soal gangguan kejiwaan sehingga masih merasa malu, karena kalau dilakukan evakuasi maka lingkungan akan tau kalau ada ODGJ/ODMK dikeluarganya.

Ketiga, Pemerintah Kabupaten Sleman sudah ada program pembentukan Kader Siaga Kesehatan Jiwa ditingkat Desa, namun hal ini perlu digarap dengan lebih serius lagi agar kader-kader memiliki kapasitas (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) juga komitmen yang utuh terkait dengan kesehatan jiwa.

Bu Pat juga menginformasikan bahwa pada 2 Juni 2017 Kementerian Sosial sudah merilis program Rumah Antara dengan pendekatan piloting, di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri Rumah Antara dikhususkan untuk Disabilitas dengan Gangguan Kejiwaan, hal ini juga menjadi tambahan energi soal kesehatan Jiwa di DIY.

Wahid Hidayat, staf Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Sleman saat menyampaikan informasi tentang program pemberdayaan dan penanggulangan ODGJ yang ada di Dinas Sosial. Sarasehan Kesehatan Jiwa Seri Kedua, “Mengenal Skizofrenia”.

Wahid Hidayat menyampaikan bahwa Dinas Sosial sangat terbuka terhadap laporan-laporan yang masuk tentang kasus gangguan kejiwaan. Berdasarkan kapasitas ketugasan Dinas Sosial akan siap bersinergi dengan pihak manapun, khususnya untuk aspek rehabilitasi sosial.

Selama ini belum banyak yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sleman terkait dengan rehabilitasi sosial dan pemberdayaan ODGJ/ODMK. Menurut penuturan Wahid, Dinas Sosial juga masih harus banyak belajar agar dapat berinovasi dalam melahirkan program-program yang dapat menjawab kebutuhan

Handoko, yang mewakili Kapolsek Mlati menuturkan bahwa di Polsek Mlati terus beupaya agar berkontribusi dalam penanganan dan evakuasi ODGJ, sudah pernah membantu evakuasi ODGJ ke Rumah Sakit Grhasia. Handoko menegaskan, kedepan Polsek Mlati selalu siap membantu dalam hal bersinergi dengan para pemangku kepentingan untuk program kesehatan jiwa.

Berdasarkan penuturan Waryanti, yang sangat dibutuhkan bagi para kader adalah peningkatan kapasitas. Bagaimana caranya berkomunikasi dengan ODGJ/ODMK, bagaimana cara evakuasi yang benar, dan bagaimana melakukan edukasi kepada masyarakat dilingkungan agar memahami tentang Kesehatan Jiwa dan mau peduli terhadap ODGJ/ODMK dan keluarganya. [Berita dan Foto : P.A.S/SATUNAMA]

Rangkuman Sarasehan II Kesehatan Jiwa

 

Tinggalkan komentar