Kekuatan Bhinneka Tunggal Ika Hadapi Tantangan Masa Depan Generasi Muda Indonesia

Satunama.org- Apa pentingnya Bhinneka Tungga Ika bagi anak muda? Pertanyaan ini tentu bisa dijawab dengan berbagai perspektif secara lisan. Namun Bhinneka Tunggal Ika sejatinya sebuah konsep yang bukan hanya sekadar harus dipahami, namun juga harus diterapkan atau dijunjung oleh seluruh kalangan warga negara Indonesia, tak terkecuali generasi muda.

Kesadaran untuk memahami dan menerapkan filosofi Bhinneka Tunggal Ika perlu ditumbuhkan dalam diri setiap individu masyarakat Indonesia, mengingat Bhinneka Tunggal Ika dipandang sebagai semboyan negara yang proses kelahirannya dimulai dari kesadaran akan keberagaman dan toleransi.

Bagi kalangan muda, Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi sumbu pikir untuk membangun relasi antar anak muda khususnya. Dengan harapan relasi yang terbangun adalah relasi yang saling mendukung dan bekerjasama.

Hal tersebut mengemuka dalam sesi Sinau Bhinneka Tunggal Ika yang diselenggarakan oleh Yayasan SATUNAMA bekerjasama dengan Kebangpol Daerah Istimewa Yogyakarta pada 12 – 16 Juli 2022 di Kabupaten Bantul. Para peserta adalah pelajar setingkat SMA sederajat di Kabupaten Bantul. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk menanamkan pengetahuan kepada para remaja tentang Bhinneka Tunggal Ika.

Tantangan Masa Depan Kebhinnekaan.

Salah satu kata kunci utama terkait kebhinnekaan adalah keberagaman. Ini merupakan suatu fakta tak terelakkan yang ada dalam hidup manusia. Keberagaman senantiasa akan selalu ada.

“Untuk itu, dalam pergaulan remaja misalnya, kita perlu merangkul teman yang berbeda agama, ras dan suku agar tidak terjadi perpecahan.” Demikian kata Edy Purwaka, Deputi Direktur Yayasan SATUNAMA yang menjadi salah satu narasumber dalam Sinau Bhinneka Tunggal Ika.

Menurut Edy, ada beberapa hal yang berhubungan dengan kelestarian nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika “Toleransi, gotong royong, keunikan dan keadilan. Ini menjadi pokok-pokok yang sebisa mungkin harus dijalani oleh masyarakat Indonesia, termasuk generasi mudanya.” Ujar Edy

Karenanya, Edy juga mengingatkan adanya potensi tantangan masa depan yang bisa muncul untuk menjaga Bhinneka Tunggal Ika. “Akan banyak perubahan yang terjadi yang membutuhkan pegangan yang relevan dan lentur. Misalnya dalam hal beragama, nilai yang dipilih seharusnya adalah nilai toleransi. Menghormati agama satu dengan agama lainnya. Tidak boleh merasa superior jika agamanya adalah agama mayoritas.” Tegas Edy.

Dinamika perubahan yang muncul sebaiknya menjadi perhatian bahwa dinamika berbangsa dan bernegara itu tidak statis. Dalam hal ini Edy menyodorkan akronim VUCA yang merupakan kependekan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity.

Volatility, yaitu gejolak. Dalam mengambil keputusan, seseorang cenderung mengalami gejolak terkait dengan pilihannya apakah benar atau salah. “Karenanya komitmen menjadi penting dalam pengambilan sebuah keputusan. Hal lainnya adalah komunikasi. Dalam situasi bergejolak, perlu keterampilan komunikasi untuk menyelesaikan permasalahannya.” Demikian Edy.

Uncertainty yaitu ketidakpastian. Peristiwa satu dengan lainnya tidak dapat diprediksi. “Karenanya orang cenderung mengambil keputusan dengan melihat keputusan yang dibuat sebelumnya. Biasanya yang lebih minim resiko.”

Kemudian complexity atau kompleksitas. Hal ini berhubungan dengan elemen-elemen yang dapat mempengaruhi perubahan keputusan. “Misalnya sulitnya manajemen waktu. Solusinya ya meninggalkan kegiatan yang kurang penting.” Kata Edy.

Terakhir adalah ambiguity atau ambigu. Kesulitan membedakan realita. Fakta dan realitas sulit untuk dibedakan karena keterbatasan dalam bertindak. “Perlu keterampilan inovasi dan akuntabilitas dalam hal ini.” Tambah Edy.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa dalam volatility harus memiliki visi, dalam uncertainty atau ketidakpastian harus memiliki pemahaman. Dalam complexity harus ada kejelasan dan ambiguity perlu berpikir yang berbeda. Semuanya perlu komunikasi, kolaborasi, inovasi dan akuntabilitas.

Dalam paparan lebih lanjut, Edy menjelaskan bahwa gotong royong adalah konsep yang dapat dilakukan untuk membangun dan menjaga kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal lainnya adalah musyawarah. Gotong royong dan musyawarah dipandang sebagai tindakan yang relevan untuk menghadapi tantangan yang muncul.

“Bhinneka Tunggal Ika memliki elemen gotong royong dan musyawarah di dalamnya. Ia menjadi basis berkehidupan bagi masyarakat Indonesia karena misalnya, dalam melaksanakan musyawarah, kita diajari untuk menghormati pendapat orang lain. Itu poin penting dalam menjalani hidup di negara yang penuh keberagaman seperti Indonesia.” Tutup Edy. [Kontributor : Fani Suci Kurniawati (Pemagang dari IAIN Kudus)/Penyunting : A.K. Perdana/Foto : Bima Sakti] 

Tinggalkan komentar