Mengembangkan Program dan Menggalang Dana Partai Politik

Bagi rakyat Timor Leste, sebuah negara yang relatif masih sangat muda, tentulah cita-cita kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya masih sangat kental dan segar di dalam semangat partai-partai politik yang ada di sana, mengingat perjuangan untuk mencapai kemerdekaan telah dijalankan dengan banyak pengorbanan yang dialami dan direlakan oleh seluruh lapisan masyarakatnya.

Oleh karena itu sudah sewajarnya kalau partai-partai politik di Timor Leste mencoba mendalami demokrasi dan mengupayakan segala sesuatu yang mendukung dan mempertajam pemahaman dan pelaksanaan demokrasi yang tidak menyeleweng dari kepentingan untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh dan setiap bagian dari rakyat dan masyarakatnya.

Hal inilah yang diupayakan di dalam Pelatihan Developing Healthy Democracy in Tomor Leste Through Political Party Empowerment yang dihelat oleh SATUNAMA pada November 2017. Perkembangan demokrasi harus benar-benar mendapatkan wujud nyatanya secara optimal dan maksimal dalam kebijakan dan praktek partai-partai politik yang ada di Timor Leste menjadi perhatian utama dalam perhelatan pelatihan ini.

Setelah pada hari pertama mengangkat tema politik, demokrasi dan pengejawantahannya dalam kesejahteraan, maka tema yang diangkat pada hari kedua pelatihan adalah pengelolaan dan pengembangan program dan penggalangan dana partai politik.

Liputan ini merupakan bagian kedua dari tiga bagian yang memaparkan kegiatan pelatihan Developing Healthy Democracy in Tomor Leste Through Political Party Empowerment.

Yogyakarta, 14 Desember 2017. Dua tema yaitu Mengembangkan Program dan Menggalang Dana Partai Politik menjadi tema besar materi di hari kedua pelatihan bagi politisi partai politik Timor Leste di SATUNAMA. Sebagai pengantar sesi ini narasumber Methodius Kusumahadi yang akrab dipanggil Pak Meth menyampaikan bahwa  terkait  dengan perencanaan program ada 3 hal besar (filosofi) yang harus diperhatikan yaitu : Result Oriented Programming. Yaitu program yang berbasis pada result (hasil), Problem Based  vs Idea Based. Problem based : berorientasi negatif. Sementara Positive based atau Idea based lebih berpikir yang positif, dan Participatory Programming, yaitu pelibatan berbagai pihak dalam program.

Methodius Kusumahadi menerangkan tentang perencanaan, pengelolaan dan pengembangan program partai politik kepada para peserta Developing Healthy Democracy in Timor Leste Through Political Party Empowerment, Kamis, (15/11) di Yayasan SATUNAMA Yogyakarta. (Foto: Banu Badrika)

Ada cara yang paling sederhana dalam pembuatan program yaitu dengan lima langkah yaitu Analisa fakta, Menentukan Isu Strategis, Menentukan Arah ( Visi-Misi, dst ), Programming dan Operating Plan. Dalam presentasinya Pak Meth juga menjelaskan  tentang  lima tahapan dalam Mixing Apresiative Inquiry  dan LFA (Logical Frame Analysis). Kelima tahapan itu adalah Discovery, Dream, Design, Destiny dan Delivery. Model AI lebih banyak melihat hal yang positif daripada yang negatif.

Penjelasan Pak Meth ternyata menjadi pemantik diskusi  menarik. Salah seorang peserta, Joachim mengatakan  bahwa metode gabungan ini merupakan metode yang baru dan menjadi tantangan bagi partai di Timor Leste untuk menerapkannya. Joachim kemudian menanyakan bagaimana metode ini jika dikaitkan dengan kemiskinan yang terjadi di Timor Leste.

Narasumber menjelaskan bahwa harus dilihat terlebih dahulu kemiskinan itu terjadi sebagai akibat dari apa, karena dimensi kemiskinan itu banyak sekali. “Apakah karena tidak punya uang, kurangnya pendidikan atau karena wabah penyakit? Pada model AI ini kita akan lebih banyak melihat hal yang positif daripada hal yang negatif. Mengapa demikian? Karena kekuatan berpikir positif itu adalah kita memberikan ekspektasi masa depan yang baik. Gabungan model AI dan LFA ini sekaligus untuk melihat filosofi perencanaan itu sendiri.” Ujar Methodius.

Berbicara soal program partai maka perlu melihat lima fungsi  partai politik “Oleh karena itu partai politik perlu bekerjasama dengan banyak pihak, misalnya menyiapkan tokoh-tokoh yang nantinya akan berfungsi sebagai ekspert organization.” ungkap Pak Meth.

Pemimpin masa depan sesuai Undang-undang

Joachim, selaku pendamping peserta dari Timor Leste mengatakan fakta di Timor Leste bahwa partai yang berkuasa adalah partai politik yang menang dalam pemilu tidak selalu benar. Sejak tahun 2015 hampir tak ada batas antara pemimpin civil society dan pemimpin partai politik.

“Ibaratnya siang berperan sebagai pemimpin civil society tapi ketika malam ya bergabung dengan partai politik. Jadi ya hanya bertopeng saja,” ungkap Joachim. Menanggapi  pernyataan terkait dengan “wajah bertopeng“ tersebut, Pak Meth mengatakan bahwa untuk itulah penting bagi partai politik mendidik pemimpin masa depan sesuai dengan undang-undang yang ada. Hal ini sesuai dengan fungsi partai politik menurut Undang-undang, yaitu fungsi pendidikan politik, fungsi legislasi / kebijakan publik, fungsi pengawasan anggaran dan fungsi representasi.

Program harus berdasar fakta

Terkait perencanaan program, Pak Meth menjelaskan tentang berbagai alat analisis yang dapat digunakan.  Partai seharusnya juga punya program sendiri, baik  jangka pendek , menengah  maupun jangka panjang.

“Agar perencanaan program berjalan baik maka perlu diketahui elemen-elemen penting dalam perencanaan yang dikenal dengan istilah Cross Cutting Issues for Programming, yang meliputi : PRB, Perubahan Iklim SDA , Air, Energi, Gender dan Children Protection Policy (CPP).“ ungkap Pak Meth.

Supaya semakin mahir dan meningkat kapasitasnya para peserta diberi kesempatan berlatih membuat program dengan alat Analisis Kecenderungan, Analisis Discovey dan Force-Field Analysis . Hasil kerja kelompok lalu dipresentasikan dan dikritisi bersama-sama.

Pak Meth juga mengingatkan bahwa setiap program harus dikembangkan dari fakta yang ada, bukan dari asumsi, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh penerima program. “Program harus dapat menjawab kebutuhan dan benar-benar bermanfaat. Penerima manfaat program partai bisa saja konstituen, stakeholders dan calon anggota partai.“ kata Pak Meth.

Fundraising dan Friendraising

Selain memberikan materi programming, Pak Meth juga memberikan materi tentang Fundraising atau penggalangan dana. Materi ini dipandang penting karena berkaitan dengan keberlanjutan program dan pendanaan dalam partai politik.

Tujuan menggalang dana antara lain untuk menghimpun dana dan sumber daya, meningkatkan citra lembaga, meningkatkan jiwa sosial masyarakat, memperkuat organisasi dan juga memperbanyak pendukung. “Fundraising adalah juga friendraising, artinya menggalang dana adalah juga menggalang pertemanan.“ papar Pak Meth.

Dalam fundraising dikenal lima tingkatan donor meliputi calon donor, donor pertama, donor berulang, donor utama dan donor setia (tingkatan paling atas). Tingkatan kategori ini digunakan untuk membantu kegiatan karena setiap level kebutuhannya berbeda, termasuk dalam cara kita berkomunikasi dengan masing-masing tingkat itu.

Meski demikian, Pak Meth juga mengingatkan bahwa fundraising dan friendraising harus dilandasi prinsip kebersamaan. “Jadi bantuan yang ada bukan bantuan yang transaksional, tetapi perkawanan yang kemanusiaan,” ungkap Pak Meth di akhir materi fundraising yang menjadi materi penutup pelatihan di hari kedua. (Tatik Sulistyaningsih/Foto: Banu Badrika_SATUNAMA)

Tinggalkan komentar