PERINGATAN HARI BUMI

PERINGATAN HARI BUMI ; Workshop Pertanian Hingga Jalan Kaki
http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=197033&actmenu=36
23/04/2009 08:58:19 SLEMAN (KR) – Hari Bumi yang jatuh setiap 22 April diperingati beberapa pemerhati lingkungan, mulai dari workshop hingga turun ke jalan. Sahabat lingkungan Walhi memilih dengan berjalan sambil membawa replika bumi. Sementara Yayasan Kesatuan Pelayanan Kerja sama (Satunama) mengadakan workshop, orasi budaya dan pameran pertanian organik. Fredy salah satu dari sahabat yang berjalan sambil membawa replika bumi mengatakan, peringatan kali ini memang dibuat beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya melakukan teatrikal di kantor pos besar, kali ini memilih mendekat dengan masyarakat yang bertujuan agar masyarakat ingat kondisi bumi yang sekarang ini termarginalkan. “Ini untuk mengingatkan kembali tentang keadaan lingkungan terutama keadaan bumi hari ini dan akan datang. Seperti kita ketahui, sekarang ini ancaman pemanasan global terus menghantui dunia dari tahun ke tahun,” ujar Fredy yang berjalan sendirian mulai pertigaan UIN menuju Ambarukmo Plaza, Jembatan Janji, Babarsari dan berakhir di Seturan. Selama berjalan, Fredy melakukan interaksi dengan para pengguna jalan yang kebanyakan ibu-ibu dan tukang parkir. Ketika ditanya mengapa dia hanya sendirian, dengan pasti Fredy menjawab kalau dia ditemani bumi yang dia gendong. Sementara Satunama memperingati bumi dengan tema ‘Memetri Bumi, Petani Mukti’ bertempat di Kompleks Satunama Duwet Sendangadi Mlati Sleman. Untuk workshop menghadirkan Sutjipto SH selaku Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) Dinas Pertanian Propinsi DIY, Prof Dr Ir Mochammad Maksum MSc selaku Guru Besar Fakultas Pertanian UGM dan Rahmanto selaku staf senior Divisi Pep Satunama. Ketua panitia F Dwi Indah Asmiarsi mengatakan, bumi yang semakin rusak mengakibatkan kondisi alam menjadi tidak ramah. Disisi lain maraknya isu ketahanan pangan di Indonesia telah menggugah sebagian besar masyarakat dari berbagai lapisan untuk mengupayakan keberlanjutan produk pangan bagi masyarakat. “Untuk itu kami menyelenggarakan kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap kondisi bumi sekarang,” ungkapnya.(*-9)-n

PERINGATAN HARI BUMI ; Workshop Pertanian Hingga Jalan Kaki
http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=197033&actmenu=36
23/04/2009 08:58:19 SLEMAN (KR) – Hari Bumi yang jatuh setiap 22 April diperingati beberapa pemerhati lingkungan, mulai dari workshop hingga turun ke jalan. Sahabat lingkungan Walhi memilih dengan berjalan sambil membawa replika bumi. Sementara Yayasan Kesatuan Pelayanan Kerja sama (Satunama) mengadakan workshop, orasi budaya dan pameran pertanian organik. Fredy salah satu dari sahabat yang berjalan sambil membawa replika bumi mengatakan, peringatan kali ini memang dibuat beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya melakukan teatrikal di kantor pos besar, kali ini memilih mendekat dengan masyarakat yang bertujuan agar masyarakat ingat kondisi bumi yang sekarang ini termarginalkan. “Ini untuk mengingatkan kembali tentang keadaan lingkungan terutama keadaan bumi hari ini dan akan datang. Seperti kita ketahui, sekarang ini ancaman pemanasan global terus menghantui dunia dari tahun ke tahun,” ujar Fredy yang berjalan sendirian mulai pertigaan UIN menuju Ambarukmo Plaza, Jembatan Janji, Babarsari dan berakhir di Seturan. Selama berjalan, Fredy melakukan interaksi dengan para pengguna jalan yang kebanyakan ibu-ibu dan tukang parkir. Ketika ditanya mengapa dia hanya sendirian, dengan pasti Fredy menjawab kalau dia ditemani bumi yang dia gendong. Sementara Satunama memperingati bumi dengan tema ‘Memetri Bumi, Petani Mukti’ bertempat di Kompleks Satunama Duwet Sendangadi Mlati Sleman. Untuk workshop menghadirkan Sutjipto SH selaku Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) Dinas Pertanian Propinsi DIY, Prof Dr Ir Mochammad Maksum MSc selaku Guru Besar Fakultas Pertanian UGM dan Rahmanto selaku staf senior Divisi Pep Satunama. Ketua panitia F Dwi Indah Asmiarsi mengatakan, bumi yang semakin rusak mengakibatkan kondisi alam menjadi tidak ramah. Disisi lain maraknya isu ketahanan pangan di Indonesia telah menggugah sebagian besar masyarakat dari berbagai lapisan untuk mengupayakan keberlanjutan produk pangan bagi masyarakat. “Untuk itu kami menyelenggarakan kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian kami terhadap kondisi bumi sekarang,” ungkapnya.(*-9)-n

Tinggalkan komentar