PERPUSTAKAAN KELILING SATUNAMA

SATUNAMA Mobile Library

Because We Love Reading….
“Every Friday, my brother, my sister and I borrow books here. At home we barter our books. I read a lot of books, such as children books, folklore, and children’s encyclopedia,” said Dian, 11 years old. She’s glad she can borrow the books from the SATUNAMA library cause her parents seldom buy them books.

Books are a source of information. Children could learn many things outside their experience through reading. In 2001, SATUNAMA founded its mobile library to introduce universal values to children.
“Now, we have around 6000 books and 60 movies. They include fables, fairy tales, and children’s encyclopedia. We invite children to learn about pluralism, democracy, togetherness, gender, and love through books. These books contain a lot of color and pictures to hold children’s interest” said Andriany, mobile library coordinator. She also said that mobile library add new collection every six months.
Children in the community around the SATUNAMA office and some sites around Yogyakarta can lend Mobile library books.
“Children from this village can borrow the books every Friday. They only have to fill in the registration form to get membership. We also serve six other communities at the sites of SATUNAMA projects,” said Andriany.
The six communities have libraries based in a village cadre’s house. Every month, the Mobile Library officials come to rotate the books. The officers also provide training to the cadres about how to manage a library. This training also teaches children and teenagers in these communities how to be little librarians. The training contains introductory information about the library, how to make a catalogue, and designing rooms for a library. The Mobile Library has three volunteers to assist the community to ensure the sustainability of their library.
SATUNAMA also founded the children’s libraries to create regeneration for other SATUNAMA programs. These libraries are developed hand-in-hand with people empowerment programs aimed at their parents. Because these recent empowerment programs are related to agri-biodiversity, recent books in the library concern environmental issues.
Now, the Mobile Library is housed in a L 300 bus, modified with book shelves, that can accommodate around 600 books, as well as a television to play movies about fables, fairy tales, science, and children’s song.
The Mobile Library holds both routine and irregular activities to introduce humanist values to the children, ranging from story-telling, camping, out bond, art performance, painting contests, and discussion.
“There are many ways to teach children about issues such as pluralism. We could introduce them to these values through book discussion. Maybe we could ask a kid to tell a story from a book to their friend,” said Adriyani.
The Mobile Library also organizes serial discussions about children’s rights. These discussions invite elementary and junior high school students around Yogyakarta, covering several topics ranging from how to make schools friendlier for children to sex education. The participants include parents and school teachers so they understand children’s rights and can provide the children with guidance so that they too understand their rights.
The Mobile Library spreads information through quarterly bulletins. The bulletin named Tali is distributed at SATUNAMA project sites. The library officers also teach English for children in several schools. To support this work developing children’s English ability, the library prepares some books in English.
Lutfi

PERPUSTAKAAN KELILING SATUNAMA

Karena Membaca itu Menyenangkan…
“Tiap Jumat saya meminjam buku di sini. Kakak dan adik juga. Nanti di rumah tukar-tukaran buku. Yang dibaca macam-macam, kadang buku cerita anak, kadang buku pengetahuan. Saya kan suka membaca supaya tambah pengetahuan,” ujar Dian (11 tahun), siswi kelas 5 SD Kanisius Duwet. Ia mengaku senang bisa meminjam buku di perpustakaan karena orangtuanya jarang membelikan buku bacaan.

Buku merupakan jendela informasi. Dengan membaca seorang anak bisa mengetahui ada banyak hal di luar lingkungannya. Melalui buku pula seorang anak bisa mengenal nilai-nilai universal. Hal tersebut yang mendasari pendirian perpustakaan keliling SATUNAMA pada tahun 2001. “Saat ini kami memiliki sekitar 6000 eksemplar buku dan 60 film, Isinya kebanyakan dongeng, fabel, dan buku-buku pengetahuan umum. Kami ingin mengajak anak-anak untuk mengenal masalah pluralisme, demokrasi, kebersamaan, gender, dan kasih sayang melalui buku. Buku-buku yang ada di sini rata-rata banyak gambarnya supaya anak-anak tertarik,” tutur Andriany, yang biasa dipanggil mbak Andry, koordinator perpustakaan keliling SATUNAMA. Ia juga menambahkan jika perpustakaan ini memperbanyak koleksi bukunya setiap enam bulan sekali.
Saat ini perpustakaan keliling SATUNAMA melayani peminjaman untuk anak-anak di sekitar kantor SATUNAMA dan di beberapa daerah dampingan di seputar Yogyakarta. “Kalau untuk anak-anak di sekitar kampung ini, perpustakaan buka setiap hari Jumat. Caranya mudah, cukup mengisi formulir keanggotaan. Selain itu kami juga melayani peminjaman di enam komunitas di daerah dampingan, dengan menggunakan mobil keliling kami,” tutur Andriany.
Perpustakaan di desa dampingan biasanya menumpang di rumah seorang kader desa. Setiap bulannya petugas datang untuk menukar koleksi buku. Para petugasnya juga memberikan pelatihan kepada para kader masyarakat tentang bagaimana cara mengelola perpustakaan. Pelatihan ini memberi pengetahuan kepada anak-anak dan remaja di desa dampingan tentang cara menjadi pustakawan cilik. Isinya mengenai pengenalan kegunaan perpustakaan, cara membuat katalogisasi buku dan mendesain ruangan perpustakaan. Untuk menjaga keberlanjutan perpustakaan ini, ada tiga orang relawan yang melakukan pendampingan.
Pembuatan perpustakaan di desa dampingan ini bertujuan supaya muncul regenerasi. Program ini menjadi satu dengan program pemberdayaan yang diberikan kepada para orangtua. Karena perpustakaan ini berkaitan dengan program pemberdayaan masyarakat, buku-bukunya disesuaikan dengan program di masyarakat. Karena program SATUNAMA kali ini berhubungan dengan kenekaragaman hayati, maka buku-buku baru banyak yang bertema lingkungan hidup.
Saat ini perpustakaan keliling SATUNAMA menggunakan satu mobil L 300 yang sudah dimodifikasi, di bagian dalamnya berisi rak-rak buku yang bisa memuat sekitar 600 eksemplar buku. Mobil ini juga membawa TV untuk memutar film. Film tentang cerita rakyat, fabel, ilmu pengetahuan, dan lagu-lagu anak ini biasanya diputar sebagai selingan. Selain itu juga ada sebuah bus kecil yang dioperasikan.
Untuk mendukung penanaman nilai-nilai kepada anak-anak, perpustakaan keliling SATUNAMA juga melakukan serangkaian kegiatan, yang berupa berbagai kegiatan rutin dan kegiatan dadakan, mulai dari mendongeng, kemping, outbond, pentas seni, lomba lukis, hingga serangkaian diskusi. “Ada banyak cara untuk menanamkan suatu hal, katakanlah, pluralisme kepada anak-anak. Kita bisa memilih suatu buku untuk dibaca. Setelah itu ada seorang anak yang menceritakan buku yang sudah ia baca ke teman-temannya.” Perpustakaan keliling
SATUNAMA juga mengadakan serial diskusi mengenai pendidikan hak anak. Diskusi ini megundang guru-guru SD dan SMP di Yogyakarta dan sekitarnya dengan tema yang beragam, mulai dari soal sekolah ramah anak hingga pendidikan seks untuk anak. Peserta diskusi ini merupakan guru dan orangtua supaya mereka menyadari jika seorang anak juga memiliki hak. Karena anak belum dewasa, ia membutuhkan bimbingan orangtuanya untuk menyadari hak-haknya.
Untuk bertukar informasi, perpustakaan keliling SATUNAMA juga membuat buletin tiga bulanan. Majalah yang bernama Tali ini disebar di tempat-tempat dampingan. Isinya puisi, tulisan pendek, dan berita seputar kegiatan perpustakaan keliling. Para pengelola perpustakaan keliling ini juga mengajar Bahasa Inggris di beberapa sekolah. Untuk mendukung penguasaan Bahasa Inggris anak-anak, mereka juga menyediakan sejumlah koleksi buku dalam Bahasa Inggris.

Lutfi

Tinggalkan komentar