Peran SATUNAMA dalam Kurikulum Pengembangan Masyarakat dan Kerjasama Internasional

Potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat adalah dua hal yang sangat penting yang perlu dipelajari dalam pengembangan masyarakat. Hal ini menjadi pijakan berlangsungnya Workshop Pengembangan Kurikulum Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat yang berlangsung pada Senin-Selasa, 6-7 April 2015 di Ruang Audio Visual Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta.

Workshop Pengembangan Kurikulum Pengembangan Masyarakat1
SATUNAMA digandeng untuk terlibat dalam workshop ini karena dipandang memiliki kredibilitas dalam hal pengembangan masyarakat. [Foto : istimewa]

Tim alternative pengembangan kerjasama internasional UII mengadakan workshop ini dengan mengajak SATUNAMA serta didukung oleh SungKongHoe University dan Korean International Cooperation Agency (KOICA). Tujuan dari penyusunan kurikulum ini adalah agar para mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan mereka dari perspektif global dan lokal untuk memberdayakan masyarakat dalam masyarakat sipil Indonesia. Kepentingan untuk memposisikan masyarakat sebagai subjek dari perubahan sosial dan menguatkan posisi tawar masyarakat di tingkat internasional menjadi poin penting dalam workhop ini.

Irawan Jati, S.IP, M.Hum, MSS, selaku Kepala Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII) menegaskan pentingnya pengembangan kurikulum mata kuliah ini karena pihaknya tengah mengembangkan penggabuungan kerjasama internasional dengan dinamika akar rumput. “Saat ini program studi Hubungan International sedang menggabungkan kerjasama international dengan aspek akar rumput dalam penyusunan kurikulum pengembangan masyarakat.” Ungkapnya.

Workshop Pengembangan Kurikulum Pengembangan Masyarakat2
Workshop Pengembangan Kurikulum Pengembangan Masyarakat. [Foto: istimewa]
SATUNAMA digandeng untuk terlibat dalam workshop ini karena dipandang memiliki kredibilitas dalam hal pengembangan masyarakat “Komunitas sebagai subjek harus aktif melakukan perubahan dan SATUNAMA memiliki pengalaman itu” ungkap Prof. Francis Daehoon Lee dalam workshop. Sementara FX. Bima Adimoelya selaku Direktur Yayasan SATUNAMA mengatakan bahwa pengalaman SATUNAMA dalam metode pengembangan masyarakat dapat dikolaborasi dengan kurikulum pengembangan masyarakat dan jaringan internasional yang ada di universitas.

Keberadaan kurikulum ini diharapkan dapat membuat para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah pengembangan masyarakat memiliki pengetahuan yang luas dalam bidang tersebut. Selain itu mereka juga akan memiliki kemampuan dalam analisis sosial dan  mampu memberikan kontribusi yang nyata saat bekerja dengan masyarakat. Mata kuliah ini merupakan pengabungan dari pengembangan masyarakat dan kerjasama internasional, dan merupakan sebuah pendekatan baru dengan keunikannya. Mahasiswa akan mendapatkan teori kelas yang juga dikombinasikan dengan metode workshop sebanyak 50% dan praktek lapangan sebanyak 50%.

Kepala Departemen Penguatan Masyarakat SATUNAMA, Maria Sucianingsih menegaskan bahwa para mahasiswa perlu melakukan pengembangan masyarakat agar mereka dapat melakukan sesuatu untuk masyarakat. Sifat dan semangat pengembangan masyarakat yang meliputi martabat manusia, partisipasi masyarakat, pemberdayaan dan keadilan sosial akan dipelajari oleh mahasiswa saat mereka mengambil kuliah pengembangan masyarakat dan kerjasama international. “Mahasiswa yang mengambil kuliah pengembangan masyarakat dan kerjasama internasional nantinya akan memiliki bukan hanya sekedar refleksi tetapi juga aksi yang mampu mengembangkan masyarakat.” Ujar Maria.

Penulis : Ema Vidiastuti Utami
Editor : Ariwan K Perdana

Tinggalkan komentar