Peserta Pelatihan Mobilization Support (MS) Batch I kembali ke Yayasan SATUNAMA. Kembalinya peserta bukan tanpa alasan. Mereka menghadiri kegiatan “Mobilization Support Game Changer: Graduation” pada tanggal 5-6 Desember 2023. “Game Changer” – sebutan bagi peserta pelatihan Change the Game Academy CtGA – memiliki potensi besar untuk membawa perubahan yang positif bagi lembaga mereka.
Layaknya wisuda, kegiatan graduation ini menjadi momen penting yang menandai akhir dari suatu periode belajar dan awal dari fase baru dalam menggalang dukungan. Para “Game Changer” yang telah menyelesaikan seluruh proses pelatihan dan coaching bersama para fasilitatorCtGA menjalani proses wisuda sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan atas usaha dan dedikasi mereka. Graduation juga memberikan kesempatan untuk merayakan prestasi bersama sekaligus sebagai momen berbagi cerita kesuksesannya.
Ada sepuluh “Game Changer” yang berasal dari 5 lembaga berbeda yaitu GASIRA (Maluku), YASAP (NTT), Lombok Research Center (NTB), Lombok Care (NTB), dan ISCO Foundation (Jakarta). Mereka saling berbagi kisah inspiratif tentang perjalanan kesuksesan mereka. Dengan bertukar cerita, para Game Changer dapat merasakan energi dan koneksi dengan Game Changer lainnya. Kegiatan ini juga membuka peluang dan memperkaya perspektif untuk memahami berbagai strategi dan taktik yang digunakan dalam mencapai kesuksesan. Cerita tersebut dijabarkan melalui sebuah proyek berbasiskan ilmu/ skill Mobilization Support.
Belajar dari cerita pengalaman dan kesuksesan orang lain memiliki beberapa manfaat penting. Pertama, cerita pengalaman orang lain dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi. Kedua, belajar dari pengalaman orang lain membuka peluang untuk memahami berbagai strategi dan taktik yang digunakan dalam mencapai kesuksesan. Ketiga, cerita pengalaman dapat berfungsi sebagai model peran yang memandu individu dalam menetapkan tujuan mereka sendiri dan merencanakan langkah-langkah untuk mencapainya. Terakhir, belajar dari orang lain juga memperkaya perspektif dan pemahaman kita terhadap kehidupan, membantu kita tumbuh secara pribadi dan profesional.
Para peserta yang berasal dari latar belakang berbeda memberikan cerita dan evaluasinya. Bagaimana metode-metode yang dipelajari selama pelatihan diterapkan. Apakah berhasil/ tidak atau membawa hasil seperti apa. Mengingat faktor keberhasilan sangat beragam, peserta saling memberikan saran dan evaluasi. Ini menjadi salah satu bagian menarik dalam proses graduation dan mempertegas metode pembelajaran orang dewasa. Proses pembelajaran yang lebih aktif dan partisipatif.
Pelatihan MS menekankan pentingnya kolaborasi dan mobilisasi dukungan sebagai alat penting dalam membangun masyarakat yang kuat dan berdaya. Agar mencapai tujuan tersebut maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya: (1) membangun relasi yang kuat dengan pemangku kepentingan; (2) merancang kampanye yang memikat; (3) serta memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menyampaikan pesan secara luas. Lombok Research Center, salah satu lembaga peserta, berhasil menunjukkan peningkatan kualitas proyek pasca pelatihan MS terutama dalam pemanfaatan media sosial. Maharani dan Herman, Game Changer yang mengikuti pelatihan, berhasil menerapkan ilmu pelatihan tersebut ke tempat asal mereka. Wujudnya adalah adanya kolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Yayasan Lombok Care melalui program Pemberdayaan Disabilitas.
Proses Wisuda dan Mimipi Keberlanjutan
Tidak berhenti di situ, selama dua hari berdinamika bersama, para Game Changer diajak untuk mengevaluasi dan mengapresiasi diri mereka. Pada hari pertama misalnya, bersama Iin Mendah sebagai fasilitator, mereka menuliskan evaluasi program melalui enam poin antara lain: tantangan yang dihadapi, cara penanganan, keefektifan, hasil pencapaian, pembelajaran yang didapat, dan apresiasi untuk diri mereka. Sementara di hari kedua, mereka membagikan impresi terhadap Game Changer lainnya. Setelah itu para Game Changer memulai prosesi graduation-nya.
Cara unik berhasil dibawakan oleh Yayasan SATUNAMA untuk memeriahkan proses graduation. Para Game Changer dibagi menjadi tiga kelompok kecil dan berpencar ke lingkungan Yayasan SATUNAMA untuk menemui beberapa figur Manajemen SATUNAMA. Dalam sesi ini para Game Changer meningkatkan kolaborasi dan me-recharge tenaga lewat permainan semacam “petak umpet” untuk mendapatkan sertifikatnya. Keseruan dan kesenangan terpancar dari ekspresi para peserta setelah berhasil menerima sertifikat.
Elizabeth atau yang akrab di sapa Ibu Lis, Game Changer dari GASIRA Maluku, menyampaikan terima kasih yang tinggi terhadap Change the Game Academy dan Yayasan SATUNAMA atas pengadaan pelatihan MS yang sangat membantu perkembangan lembaganya. Ia juga senang terlibat kembali dalam acara graduation dan mendapatkan berbagai pengalaman atau cerita kesuksesan dari para Game Changer lainnya. Elizabeth berharap agar Yayasan SATUNAMA menjadi inisiator dalam menghubungkan berbagai NGO di Indonesia. Menjadi penggerak dalam upaya kolaborasi yang melibatkan berbagai organisasi masyarakat sipil dari latar belakang yang berbeda.
Harapannya dalam pelatihan batch selanjutnya CtGA berhasil menjangkau peserta dari Sabang hingga Merauke. Terakhir, Elizabeth juga menekankan pentingnya prinsip Sharing is Caring. Dengan berbagi ilmu dan pengalaman, kita akan menjadi manusia yang bermanfaat dalam kehidupan sosial, sejatinya sebagai manusia yang ditempatkan di Bumi yang indah ini.
“Ya kita berharap Yayasan SATUNAMA sebagai lembaga yang sudah lama berdiri atau senior untuk mempertemukan banyak NGO. Dengan pengalaman yang panjang tentu Yayasan SATUNAMA mampu menginisiasi kerja sama atau kolaborasi di antara lembaga-lembaga dengan latar belakang berbeda dari Sabang sampai Merauke”, jelas Ibu Lis
Harapan serupa pun disampaikan oleh Ariwan Perdana selaku Program Manager CtGA Indonesia. Beliau berharap bahwa CtGA dapat berperan sebagai salah satu kawah bagi perkembangan kapasitas CSO di Indonesia, dan terus memberi manfaat dalam konteks Mobilization Support dan Local Fundraising. Kedepannya, bersama Yayasan SATUNAMA, CtGA masih akan mengadakan pelatihan LFR Batch 3 dan Mobilization Support Batch 2. Terakhir, Ariwan juga menyebutkan adanya kemungkinan inisiasi Yayasan SATUNAMA untuk merawat jaringan, serta membantu teman-teman yang sudah bergabung di pelatihan CtGA agar dapat berjejaring secara lebih intens.
“Jadi harapannya lebih kepada target ataupun rancangan pelatihan MS maupun LFR ke depannya. Mengingat masih ada gelombang tiga di tahun depan, pelatihan ini diharapkan menjangkau lebih banyak pihak lagi. Satu hal yang paling tidak sudah kelihatan adalah adanya jaringan baru yang sudah dibentuk oleh teman-teman yang terlibat di dalam pelatihan.”, papar Ariwan Perdana. [Berita: Karenina Aryunda – Volunteer/Penyunting: A.K.P/Foto: Andri Setya/Okka Gualbertus]