Kebersamaan Anak-anak Untuk Keberlanjutan Hidup dan Alam Semesta

Kegiatan anjangsana anak-anak  yang diselenggarakan oleh SATUNAMA di Desa Kadilajo, Kecamatan Karangnongko, Klaten pada 26 Juli 2015 lalu diikuti oleh 12 komunitas  anak dari berbagai wilayah yaitu Klaten,  Bantul, Gunung Kidul, Magelang, Sleman dan Kulon Progo.

Kegiatan anjangsana ini berlatar belakang Kovensi  Hak Anak yang memuat panduan tentang pemahaman dan pelaksanaan hak-hak anak yang telah disetujui PBB pada tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh lebih dari 159 negara termasuk Indonesia. “Kegiatan ini merupakan pembelajaran atau edukasi kepada anak mengenai pemenuhan hak anak” ungkap Maria Sucianingsih dari Departemen Penguatan Masyarakat SATUNAMA

Anjangsana guyub bocah ini mengangkat tema alam semesta. Komunitas anak mulai berdatangan sejak pukul 08.00 WIB dan disambut dengan alunan musik hadroh dari komunitas anak KOPER Kadilajo yang bertindak sebagai tuan rumah. Mereka berdatangan dengan bangganya  membawa hasta karya yang dibuat oleh masing-masing komunitas anak. Mereka juga membawa makanan untuk dilombakan. Makanan yang mereka buat berbahan dasar lokal ketela, jagung, pisang yang diambil dari ladang tempat mereka tinggal dan dibungkus dengan bahan yang ramah lingkungan yaitu daun pisang.

Anak-anak juga diwajibkan menyerahkan  rincian proses pembuatan makanannya mulai dari mengambil  bahan pokok dari ladang, cara memasak, nama masakan, kandungan gizinya, serta maanfaat makanan untuk anak-anak untuk tumbuh kembang  dalam bentuk foto maupun video. Hasta karya mereka tidak boleh dibawa  pulang  tetapi bisa ditukar dengan tanaman buah atau tanaman sayuran untuk ditanam dirawat dan dijaganya sebagai pembelajaran pengenalan pada tumbuhan, juga agar lebih mencintai lingkungan.

Kegiatan dilakukan dengan pembagian kelompok terlebih dahulu menurut daun yang  telah diberikan pada saat anak-anak mengisi daftar hadir di pintu pertama masuk lapangan yang telah dpersiapan oleh panitia, dilanjutkan dengan perlombaan permainan tradisional antar kelompok di masing-masing pos yang tediri 5 pos dan saling bergantian. Selesai permainan anak-anak kembali berkumpul menjadi satu dengan untuk saling bernyanyi di atas panggung.

Chandra, anak usia 4 tahun asal Solo tampil dengan gagahnya bernyanyi lagu Pelangi di atas panggung. Dia kemudian menjadi juara sebagai peserta terkecil atau termuda, disusul tuan rumah, dengan diwakili oleh Aisah, membacakan puisi karya Wiji Thukul. Suasana semakin seru ketika Kelompok Merah Bercerita yang dipunggawai oleh Fajar Merah,  putra dari Wiji Thukul yang berasal dari Solo, naik pentas. Dia melakukan pembacaan puisi dengan diiringi gitar.

Menu makan siang muncul dalam wujud nasi tumpeng dengan lauk urap dan krupuk nasi [karak]. Pembagian hadiah serta pemaparan cara pembutan hasta karya dari para pemenang kemudian menyusul setelah acara makan siang. Setelah itu, acara ditutup dengan pembahasan tentang rencana Anjangsana berikutnya yang akan dilaksanakan di Desa Sendangadi, Sleman.

Penulis: Sugiyono [Keningar]
Editor: Ariwan K. Perdana

Tinggalkan komentar