Membangun Kanal Media Online Bagi Politisi Muda

Dewasa ini penggunaan media online sangat marak di kalangan politisi. Media sosial online sangat efektif sebagai sarana pertukaran ide, lontaran pendapat, hingga isi kampanye. Tidak hanya karena jumlah penggunanya yang cukup banyak, tetapi juga karena karakteristiknya sendiri yang bisa digunakan oleh setiap orang untuk saling mempengaruhi. Proses ini harus dimanfaatkan sebagai sarana membangun keadaban politik melalui para politisi muda yang seyogyanya dapat menginisiasi perubahan yang lebih baik dalam dinamika politik negeri ini.

Topik itu mengemuka dalam kegiatan Diskusi Kelompok Terfokus yang diadakan oleh SATUNAMA pada Minggu (22/1). Sejumlah pegiat media sosial, pakar pengembangan laman, praktisi media, akademisi hingga aktivis berkumpul untuk berembug bersama tentang bagaimana memanfaatkan dan mengembangkan media sosial online sebagai sarana komunikasi interpersonal di antara para politisi muda alumni Program Sekolah Politisi Muda yang digagas oleh SATUNAMA. Diskusi melibatkan 15 orang peserta dan dipandu oleh Ryan Sugiarto sebagai fasilitator.

Khairul Anshar, salah satu pengembang aplikasi Turn Back Hoax yang menjadi narasumber dalam pertemuan ini menyebutkan bahwa mengembangkan kanal media online tidak bisa dilepaskan dari platform yang akan digunakan. “Kita harus tahu platform apa yang tersedia, fitur-fiturnya apa saja. Karena antara platform satu dengan yang lain ada kelebihan dan kekurangannya. Lalu dipikirkan juga soal bagaimana sistem yang kita pilih itu dapat mengajak partisipasi publik.” Ujar Khairul.

Platform media online yang digunakan nantinya harus dapat mengakomodir kebutuhan-kebutuhan interaksi antara politisi muda, konstituen dan masyarakat. Artinya, harus dapat digunakan untuk mengelola jaringan antar politisi muda, menjadi ruang publikasi bagi para politisi yang melibatkan partisipasi publik serta untuk memantau gerak dan kiprah para politisi tersebut. Hal ini menjadi penting sebagai bahan rujukan bagi masyarakat sekaligus politisi pemula untuk lebih memiliki pemahaman soal politik sekaligus sebagai sarana edukasi.

“Kalau kita lihat sekarang, kelompok pemilih pemula itu tidak punya referensi soal politik. Jejaring alumni ini bisa diaktifasi untuk melakukan update-update yang bisa memberikan pemahaman kepada banyak orang yang tingkat pendidikannya minim sekalipun. Ini juga bisa jadi panduan bagi calon politisi muda. Pendidikan yang nampaknya remeh temeh seperti itu menurut saya malah harus dilakukan.” Lontar Purwaka, peserta diskusi pemilik akun @blontankpoer.

Diskusi berlangsung sejak pagi hingga sore hari, diawali dengan presentasi oleh narasumber yang dilanjutkan dengan curah pendapat dan merangkai ulang berbagai pendapat yang terlontar selama diskusi.

Berbagai usulan dan ide lain dari para peserta bermunculan. Elanto Wijoyono dari Combine Resource Institution menyebutkan bahwa perlu juga dipikirkan soal bagaimana para politisi ini bisa memberikan keyakinan bagi publik atas kapabilitas mereka. “Ketika publik punya pertanyaan seperti apa politisi yang dimiliki Indonesia, konkritnya ada. Brand para politisi muda ini bisa dimanfaatkan bareng-bareng. Jaringan masyarakat sipil di Indonesia bisa memanfaatkan itu.” ujarnya.

Gagasan soal konten yang akan digunakan dalam platform juga muncul mengingat platform yang akan digunakan juga harus dapat mewadahi kebutuhan konten. “Content creator ini penting agar terjadi ajang pertukaran informasi. Kalau tidak ada ide segar, platformnya akan seperti rumah kosong. Kalau perlu ada tim riset, sistem analisis data. Alumnus harus dianalisis geososialnya, agar ide besarnya tepat sasaran.” Usul Gilang Prayoga.

Sementara Sholahudin dari Bentang Pustaka lebih menyoroti soal platform yang menarik untuk dikunjungi. “Media online itu saingannya banyak. Maka selain untuk memberikan pendidikan, ia juga harus bisa menghibur agar menarik untuk dikunjungi oleh orang muda.” Saran Sholahudin.

Platform yang digunakan juga harus dapat mewadahi komunikasi internal dan eksternal sebagai bagian dari mengelola jaringan politisi muda sekaligus menjadi ruang interaksi dengan publik. “Bisa digunakan untuk mempertemukan para alumni dan juga untuk memberitahukan ke publik soal para alumni ini. Bikin saja tim khusus yang bekerja sebagai tim komunikasi untuk ini. Menjamin agar keluar dan ke dalamnya terjangkau semua.” Kata Eko Nuryono dari Paguyuban Admin Jogja.

Melalui sistem jaringan dan publisitas politisi muda lintas partai diharapkan akan lahir sebuah kanal media komunikasi sosial yang dapat saling mempertemukan gagasan politik dan aktivitas politik para politisi muda. Lebih dari itu, publik dapat memantau kerja-kerja politik para alumni Sekolah Politisi Muda dan dapat saling berkomunikasi melalui media sosial.

Pengembangan kanal media online sebagai sarana komunikasi para politisi muda alumni Sekolah Politisi Muda dengan publik dan konstituen ini merupakan bagian dari pelaksanaan program Sekolah Politisi Muda. Sistem jaringan dan publisitas Alumni Politisi Muda yang akan didesain ini harapannya akan hadir untuk menyediakan positive political campaign di tengah keriuhan dan kampanye negatif. Tersedianya sebuah kanal media bersama bagi para Politisi Muda akan semakin memacu masing-masing mereka untuk menunjukkan bahwa agenda dan misi mereka sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.

Lebih jauh, dalam design sistem pengelolaan jaringan dan publisitas alumni politisi muda lintas partai ini akan hadir sebuah mekanisme kerja-kerja berbasis media sosial yang bergerak secara bertahap untuk membincangkan visi, misi, gagasan, ideologi, dan rencana aksi serta kebijakan.

“Initinya media ini disamping untuk merekatkan alumni juga diharapkan mampu menggelindingkan banyak hal tentang dunia politik yang beradab. Bayangannya sih ada sebuah wadah komunikasi dan informasi sekaligus lokus pertemuan berbagai pihak yang intensif dipelihara.” Harap Afifudin Toha, salah satu pengelola Sekolah Politisi Muda Yayasan SATUNAMA.[]

Penulis : Ariwan K. Perdana
Foto-foto : Valerie B. Jehanu

Tinggalkan komentar