Satunama.org – Fundraising merupakan keterampilan yang bersifat universal dan relevan untuk dipelajari oleh siapa saja. Tidak hanya bagi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), kemampuan ini juga dapat dimanfaatkan oleh akademisi, komunitas lokal, hingga individu yang bergerak dalam isu sosial. Secara sederhana, fundraising berasal dari kata fund (dana) dan raising (penggalangan), yang berarti upaya menghimpun dana untuk mencapai suatu tujuan bersama. Praktik fundraising kerap dijumpai dalam berbagai kegiatan sosial, seperti penggalangan dana bencana, riset, maupun program pemberdayaan masyarakat.
Bagi SATUNAMA, fundraising bukan sekadar upaya mencari dana, tetapi juga sarana untuk membangun dan memperkuat relasi dengan komunitas. Pengalaman dalam mempraktikkan dan mengembangkan fundraising melalui berbagai pelatihan mendorong SATUNAMA untuk membagikan pengetahuan tersebut kepada peserta dalam International Conference on Indigenous Religions (ICIR) ke-7. Mini workshop fundraising ini dilaksanakan pada 24 Oktober 2025 di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM).

ICIR sendiri merupakan ruang perjumpaan bagi komunitas-komunitas lokal yang selama ini kerap terpinggirkan, untuk saling berbagi pengalaman dan gagasan. Mengusung tema “Ecocracy: Power to the People, Justice for All Planetary Community”, ICIR ke-7 mengangkat pentingnya keadilan ekologis bagi seluruh makhluk hidup sebagai fondasi pelestarian lingkungan. Konferensi ini berlangsung selama tiga hari dan diikuti oleh beragam peserta, mulai dari masyarakat adat, penghayat kepercayaan, OMS, relawan, hingga wirausahawan.
Dalam mini workshop ini, Ariwan Perdana, Kepala Unit Fundraising dan Jaringan SATUNAMA, hadir sebagai fasilitator. Ia menyampaikan berbagai materi dasar terkait fundraising, mulai dari pengertian dan tujuan fundraising, pengelompokan donor, hingga strategi menentukan prioritas melalui case for support atau prospektus donasi.
Materi-materi tersebut menjadi bekal penting, terutama bagi peserta yang baru mengenal konsep fundraising. Meski terlihat sederhana, pemahaman dasar tetap dibutuhkan agar kegiatan penggalangan dana dapat berjalan efektif. Salah satu materi yang menarik perhatian peserta adalah case for support, yang menekankan bahwa keberhasilan fundraising sangat ditentukan oleh kuatnya ikatan atau bonding antar pihak yang terlibat. Mini workshop ini juga memberikan landasan bagi komunitas lokal dan para penghayat untuk menjadikan isu-isu yang mereka perjuangkan sebagai dasar utama dalam merancang kegiatan fundraising. Selain menghimpun dana, mereka juga dapat melakukan friendraising, yaitu membangun jejaring dan hubungan baru dengan kelompok lain yang memiliki tujuan serupa.
Dalam sesi diskusi, muncul pertanyaan kritis dari salah satu peserta terkait fenomena lembaga yang lebih memprioritaskan kondisi keuangan dibandingkan komunitas dampingan. Menanggapi hal tersebut, SATUNAMA mengajak peserta untuk merefleksikan kembali kebutuhan paling mendasar dari masing-masing lembaga. Di satu sisi, lembaga tidak dapat mengabaikan komunitas yang didampingi. Di sisi lain, keberlanjutan pendanaan juga penting agar kegiatan tidak terhambat. Keduanya saling berkaitan dan perlu dipertimbangkan secara seimbang. Inilah yang menjadi seni dalam fundraising—sebuah proses strategis yang menumbuhkan kemampuan analitis dalam merancang kampanye yang berdampak.

Fundraising juga berperan penting dalam mengasah keterampilan membangun relasi yang dilandaskan pada kepercayaan dan komunikasi yang jujur. Kesamaan nilai dan visi akan memperkuat ikatan serta menyatukan cara pandang terhadap isu yang diperjuangkan. Karena itu, fundraising dapat dipandang sebagai bagian penting dari visi-misi lembaga, yang membuka ruang dialog dan kolaborasi lintas pihak.
Mini workshop ini berlangsung secara aktif dan partisipatif. Para peserta tampak antusias mengikuti sesi dan terlibat dalam diskusi bersama fasilitator. Penyampaian materi yang interaktif menciptakan suasana yang hidup dan dinamis. SATUNAMA berharap, kegiatan ini dapat menjadi bekal awal bagi para peserta untuk dapat mengembangkan kegiatan fundraising sekaligus memperkuat hubungan dengan komunitas lokal yang mereka dampingi.
(Penulis: Nico Setya / Editor: Agustine Dwi / Foto: Nico Satya)