Satunama.org – Berbagai aktivitas terus dikembangkan oleh organisasi masyarakat sipil sebagai upaya untuk mewujudkan komunitas yang berdaya dan perubahan sosial yang berkelanjutan. Salah satu pendekatan strategis yang dapat memperkuat komunitas adalah local fundraising atau penggalangan dana lokal. Local fundraising (LFR) bukan hanya soal menghimpun dana, tetapi juga memperkuat solidaritas, partisipasi publik, dan kemandirian komunitas dalam menjawab kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi.
Tujuan dari diselenggarakannya fundraising adalah menghimpun dukungan dari donor untuk mendorong berbagai kegiatan atau program dari NGO untuk komunitas. Dukungan yang diterima tidak hanya berupa materi, tetapi juga dukungan non materi, seperti fasilitas, tenaga, pemikiran, dan lain sebagainya. Seiring dengan perkembangan zaman, dukungan yang diberikan dalam fundraising semakin bervariatif. Tak hanya disalurkan secara langsung, tetapi juga melalui laman digital yang terkoneksi dengan NGO sebagai bentuk kemudahan dari perkembangan zaman. Dari situasi tersebut, perlu kemampuan strategis dalam fundraising untuk mengoptimalkan dukungan dari donor. Salah satunya yaitu kemampuan dalam menggalang dana lokal yang dapat memaksimalkan potensi lokal sebagai mitra kolaborasi.

Sebagai salah satu upaya untuk membagikan pengetahuan tersebut, Yayasan SATUNAMA Yogyakarta melalui program Change the Game Academy (CtGA) kembali menggelar pelatihan Local Fundraising yang terbuka bagi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia. Rangkaian pelatihan Local Fundraising Batch VII ini diselenggarakan selama 5 hari, pada 5 – 9 Mei 2025, bertempat di Yayasan SATUNAMA Yogyakarta dengan fasilitator Agustine Dwi Kurniawati dan Karel Tuhehay.
Pelatihan melibatkan tujuh OMS dari berbagai daerah sebagai peserta, yaitu Lombok Research Center (LRC), Yayasan Alfatih Saling Peduli, Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, Yayasan Arika Mahina, Kelompok Perjuangan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKP-ST), Yayasan Rumpun Perempuan Sultra, dan Yayasan Dego Dego Indonesia.
Menggali Potensi Lokal
Keberlanjutan komunitas menjadi tujuan utama dari pengembangan local fundraising. Dalam jangka pendek, LFR bertujuan untuk menghimpun dukungan nyata dari masyarakat sekitar guna menjawab kebutuhan komunitas, baik dalam bentuk proyek layanan sosial, kegiatan pendidikan, pembangunan, dan pengembangan infrastruktur komunitas, hingga advokasi hak komunitas. Dalam jangka panjang, LFR berperan menciptakan kemandirian komunitas dan memperkuat kemampuan untuk memimpin perubahan yang mereka butuhkan sendiri.
Lebih dari itu, perlu ditanamkan kesadaran pada organisasi bahwa donor tak hanya lahir dari individu, perusahaan atau lembaga besar, tetapi juga muncul dari potensi lokal sekitar yang terkadang tidak disadari oleh organisasi. Donor lokal dapat memberikan dukungan secara maksimal baik dalam bentuk material maupun non material kepada organisasi, apabila muncul kesadaran yang tinggi akan potensi tersebut.

Pentingnya pengetahuan akan potensi donor lokal menjadi salah satu alasan pendorong organisasi mengikuti pelatihan LFR. Dengan mengikuti pelatihan, peserta berharap dapat mengoptimalkan potensi lokal.
“Kami tertarik mengikuti kegiatan LFR Yayasan SATUNAMA karena kami ingin menggali dan memberdayakan potensi masyarakat sekitar atau lokal, agar mereka menjadi bagian dari solusi atas masalah sosial yang dihadapi bersama,” terang Muhammad Fauzan, peserta dari Yayasan Pusat Kajian Perlindungan Anak Medan.
Pemahaman peserta akan pentingnya LFR diperjelas oleh fasilitator pada pelaksanaan pelatihan. LFR dapat mendukung inisiatif lokal, hingga upaya untuk memperkuat hubungan komunitas. Relasi multi sektor dapat diperkuat melalui adanya aktivitas fundraising yang secara tidak langsung menciptakan aktivitas berkumpul, bekerjasama, sehingga dapat memperkuat hubungan satu sama lain.
“Selain itu, dengan melakukan aktivitas Local Fundraising kita juga dapat memperkuat hubungan organisasi dengan masyarakat lokal, khususnya dengan orang-orang yang peduli dengan isu yang kita bangun,” jelas Karel Tuhehay, fasilitator pelatihan. Hal ini mengungkapkan pentingnya LFR tak hanya perihal kuatnya potensi donor lokal, tetapi juga hubungan sosial budaya antara organisasi dengan masyarakat sekitar yang harus tetap dikembangkan.
Membangun Perubahan Sosial
Fundraising lekat dengan pentingnya membangun jejaring sosial yang kuat antar berbagai pemangku kepentingan. Dalam konteks perubahan sosial, jejaring ini bukan hanya alat untuk menghimpun sumber daya, tetapi juga wahana kolaborasi yang memperkuat nilai kebersamaan, dan partisipasi aktif dalam mendorong solusi atas isu-isu komunitas.

Membangun jejaring menjadi kunci penting dalam proses fundraising, baik dalam lingkup penggalangan dana lokal, tingkat nasional, maupun internasional. Dalam pelatihan LFR, pentingnya membangun jejaring menjadi pembahasan yang disampaikan kepada peserta. Di era digital, membangun jejaring dapat dilakukan dengan mendorong publikasi secara online maupun offline agar jangkauan informasi terkait organisasi dapat diakses oleh khalayak umum.
Menurut Raymundus Neno (2023) jaringan sosial yang dibentuk dapat menjadi modal sosial dan mendorong partisipasi masyarakat dalam membangun hubungan berdasarkan kepentingan bersama. Jaringan sosial yang dibangun oleh organisasi menjadi modal sosial yang mendorong hadirnya donor dalam proses fundraising.
Selain meningkatkan potensi donor, memperluas jaringan sosial menjadi penting karena juga dapat meningkatkan branding yang dimiliki oleh organisasi kepada masyarakat umum. Hal ini juga ditekankan selama pelatihan, yang mana jaringan sosial antara organisasi dengan pihak eksternal menjadi hal yang krusial dalam fundraising.
“Cukup logis jika pengelolaan jaringan itu penting di dalam konteks fundraising, sebelum nantinya masuk lebih dalam lagi tentang bagaimana fundraising dilakukan, yaitu dengan melibatkan jaringan-jaringan tersebut,” jelas Ariwan Perdana, koordinator program CtGA di Indonesia.
Jaringan sosial yang dimiliki oleh organisasi dari seluruh peserta harus dapat terus dirawat dan diperluas. Lebih dari sekedar menjalin relasi, jaringan yang dimiliki organisasi mampu mendorong pembangunan komunitas yang berkelanjutan.
Komunikasi dalam Fundraising
Salah satu hal menarik dalam local fundraising adalah bahwa menjalin jaringan sosial serta relasi dengan pihak eksternal tidak pernah terlepas dari adanya komunikasi yang terjalin. Dalam Local Fundraising, kemampuan komunikasi yang baik dan benar menjadi hal yang harus dipahami oleh fundraiser (penggalang dana) dalam berbagai aktivitas fundraising. Tak hanya kemampuan komunikasi secara langsung, di era perkembangan digital, komunikasi juga disampaikan melalui laman media digital yang dimiliki oleh organisasi.
Kegiatan pelatihan LFR turut memberikan kesempatan kepada seluruh peserta untuk mempertajam kemampuan dalam komunikasi. Strategi komunikasi dalam fundraising menjadi sangat penting untuk menarik perhatian donor, sehingga perlu memperhatikan alur penyampaian informasi/pesan yang mampu menyampaikan dampak sosial (Amin, dkk. 2024).
Komunikasi menjadi kunci untuk membangun kepercayaan dan rasa memiliki dari komunitas terhadap isu-isu yang diperjuangkan. Pesan-pesan yang disampaikan harus menekankan pada dampak sosial nyata dan nilai kolektif yang mendorong perubahan. Komunikasi dalam local fundraising dimaksudkan untuk menjembatani berbagai pihak untuk terlibat dan merasa memiliki proses perubahan sosial yang sedang dibangun bersama.

Dalam sesi praktik, peserta terlibat dalam penugasan yang mengharuskan mereka untuk memaparkan profil organisasi, rencana proyek yang telah disusun, hingga praktik presentasi untuk memaparkan tujuan secara optimal dengan waktu yang terbatas. Selain itu, peserta juga merancang poster secara menarik yang dapat dipublikasikan ke dalam media sosial maupun laman organisasi sebagai bagian dari implementasi praktik komunikasi digital. Adanya sesi praktik presentasi memberikan kesempatan kepada peserta untuk mendengarkan, berbicara, memberi saran dan tanggapan, serta mendapatkan masukan dari fasilitator maupun dari sesama peserta.
“Lembaga itu harus bisa menjelaskan organisasi ke donor untuk meyakinkan donor terkait apa yang dimiliki lembaga, khususnya dalam menjalin kerjasama dengan lembaga atau donor terkait,” jelas Husnawati, peserta pelatihan dari KPKP-ST.
Selaras dengan penjelasan tersebut, kemampuan komunikasi yang baik dan benar menjadi hal yang penting, khususnya dalam memperkenalkan organisasi dan fokus isu kepada calon donor. Husna juga menambahkan, dalam fundraising selain kemampuan komunikasi, organisasi juga harus memiliki kerja sama tim yang baik, transparan, paham spesifikasi isu, serta mengusahakan agar organisasi masyarakat sipil tidak hanya mampu menggalang dukungan, tetapi juga memperkuat peran komunitas dalam menciptakan perubahan sosial. Local fundraising menjadi jalan untuk membangun kemandirian warga, memperluas jaringan solidaritas, dan memastikan bahwa perubahan yang dihasilkan berasal dari, oleh, dan untuk komunitas itu sendiri.Rangkaian kegiatan pelatihan berlangsung dengan dinamis dan interaktif. Selama lima hari, peserta diajak untuk berlatih dan berdiskusi. Dengan latar belakang peserta yang beragam, pelatihan ini memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi para peserta. Di akhir sesi pelatihan, peserta membuat rencana LFR dan rencana aksi untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan dalam LFR. Rancangan itulah yang akan menjadi proyek organisasi peserta untuk direalisasikan selama enam bulan ke depan sebagai bagian dari trajectory pelatihan. Dari proses ini, organisasi peserta diharapkan dapat mempraktikkan langkah demi langkah penggalangan dana lokal dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya dan potensi lokal yang ada untuk mendapatkan kegiatan penggalangan dana yang berhasil.
[Penulis: Aisya Lu’luil Maknun | Editor: Agustine Dwi | Foto: Karenina Aryunda]