Jack of All Trades, but Master of None: Kata Siapa? 

Satunama.org.-Halo, saya Yulia Esti, alumni magangers di SATUNAMA. Saya telah menyelesaikan magang selama dua bulan di unit media. Selama menjalani magang, saya terlibat dalam mengelola dan mengembangkan media SATUNAMA. Didampingi para mentor, saya diberi tugas untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan di sana. Merekam, memotret dan mengedit konten-konten untuk kebutuhan publikasi di media sosial dan website. Jadinya saya makin akrab dengan dunia fotografi, videografi, jurnalistik sampai produksi podcast. Lalu, seberapa penting sih media bagi NGO seperti SATUNAMA? 

Bagi NGO media menjadi jembatan dalam menjalin kerja-kerja kolaboratif. Bahkan, media menjadi kekuatan jangka panjang atau investasi bagi organisasi. Artinya keterampilan mengelola media secara kreatif menjadi kebutuhan penting. Media dibutuhkan karena perannya sebagai sarana interaksi dan komunikasi. Ini menjadi salah satu alasan yang mendorong saya memilih SATUNAMA sebagai tempat untuk magang. Tetapi kan, saya anak HI, nyasar di media. Jadinya gimana coba? 

Seperti pepatah “sekali mendayung, dua pulau terlampaui”. Selain ketertarikan untuk mengenal NGO, mengembangkan skill mengelola media menjadi pengalaman berharga selama di SATUNAMA. Selama menjadi mahasiswa HI, isu global memang menjadi topik utama di perkuliahan. Sering anak HI dianggap tidak mengenal isu-isu lokal dalam masyarakat. Bahkan, mendapatkan label sebagai “jack of all trades, but master of none”. Artinya seseorang yang mempelajari banyak hal tetapi tidak memiliki keahlian khusus di bidang tertentu. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Selama di HI isu-isu low politics seperti perdamaian, kemanusiaan, pendidikan, pembangunan, dan isu-isu lain yang dekat dengan masyarakat menjadi materi diskusi di ruang kelas.

Dalam pandangan saya, NGO merupakan salah satu entitas penting dalam pemberdayaan masyarakat. Selama belajar di perkuliahan, saya selalu mengagumi kerja-kerja NGO yang terlibat langsung dalam isu-isu sosial masyarakat. Tidak jarang, NGO juga memberikan posisi kritis dan pengawasan terhadap kerja-kerja pemerintah. Ketertarikan ini membawa saya ke SATUNAMA, sekaligus mencoba merasakan dinamika dunia kerja yang sesungguhnya. 

Merawat Pertemanan

Meskipun bekerja di bawah payung media, pengalaman ini memberikan banyak sekali pelajaran. Tidak hanya berinteraksi dan belajar bersama staf SATUNAMA, saya pun bertemu dengan peserta pelatihan dari berbagai latar belakang. Di samping itu, tidak jarang juga, materi-materi yang disampaikan selama pelatihan related dengan pelajaran-pelajaran di HI. Misalnya, dalam pelatihan local fundraising dari program Change the Game Academy, materi-materi yang diberikan mengingatkan saya pada pelajaran seperti bina damai, aksi humaniter, hingga transnasionalisme. Ini memberikan saya gambaran mengenai kerja-kerja NGO secara langsung dalam pemberdayaan masyarakat. Kesempatan yang mungkin tidak saya dapatkan di dalam kelas. 

Sebagai mahasiswa HI, tentunya relasi dengan komunitas dan masyarakat menjadi ketertarikan saya. Meskipun bekerja di bidang media, kegiatan magang di SATUNAMA telah memberikan saya kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman dari Indonesia maupun negara lain, salah satunya Timor Leste. Selama magang, saya mendapatkan beberapa kesempatan untuk mengenal NGO-NGO di Indonesia, hingga pemerintahan dan NGO di Timor Leste. Tidak jarang, di waktu luang atau istirahat, saya berdiskusi santai terkait isu-isu sosial, budaya, hingga politik. Kesempatan ini menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi saya.

Keluar dari Zona Nyaman

Sebagai pengalaman magang pertama tentu sangat menantang. Bergabung dalam unit media memberikan saya kesempatan untuk belajar mengelola media secara kreatif. Bagi saya, pengalaman ini juga menjadi salah satu proses untuk keluar dari zona nyaman. Proses adaptasi dalam brainstorming konten, penulisan artikel, hingga belajar skill-skill fotografi. Semuanya menantang namun penuh makna. 

Selama kuliah, saya menulis berbagai macam esai akademis, opini, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. Kebiasaan ini sangat berdampak besar dalam menyelesaikan tulisan selama magang. Misalnya, saya pernah menulis mengenai upaya perwujudan demokrasi di Timor Leste dalam pelatihan ToC dan MEL yang diikuti oleh CNE dan SASCAS Timor Leste. Menariknya adalah saya didorong untuk menulis dengan gaya khas SATUNAMA. Menulis berbasis isu tetapi menyertakan informasi tentang kegiatan di SATUNAMA. Proses semacam ini mendorong saya untuk berpikir kritis dan menggunakan berbagai perspektif untuk melihat sesuatu. 

Didampingi mentor yang suportif dengan saran-saran yang membangun, proses ini menjadi kesempatan bagi saya untuk terus mengembangkan kemampuan kritis. Tidak hanya itu, saya juga diberikan kebebasan untuk mengembangkan ide-ide, sehingga mendorong proses berpikir kreatif. Tentunya, proses adaptasi ini tidak berlangsung secara instan, tetapi segala sesuatu menjadi menyenangkan dan berarti. [Penulis: Yulia Esti Utami – Volunteer SATUNAMA / Penyunting: Okka Gualbertus]

Tinggalkan komentar