CEFIL Basic

Terms of Reference

A. Latarbelakang

Hingga saat ini, demokrasi diyakini oleh banyak bangsa sebagai suatu sistem pemerintahan yang dapat menjamin warga masyarakat mencapai kehidupan yang sejahtera. Sejalan dengan keyakinan ini, pasca reformasi, Indonesia tengah melakukan transformasi dan transisi menuju masyarakat demokratis. Tanda-tanda umum masa transisi demokrasi adalah dinamika politik yang cepat, kompetisi dan konflik di kalangan elite. Jika dikelola dengan baik, dinamika politik akan menjadi penggerak bagi kuatnya demokrasi di Indonesia.

Dinamika politik untuk membangun masyarakat yang demokratis harus dibarengi dengan suatu upaya-upaya yang sistematis untuk membangun sistem sosial – politik dan nilai-nilai yang demokratis. Upaya membangun nilai demokrasi harus melewati tiga tahap. Pertama, pengembangan institusi yang demokratis. Kedua, menciptakan kondisi sosial dan individu-individu yang mendukung terwujudnya demokrasi. Ketiga, mewujudkan struktur sosial dan kultur politik yang demokratis.

Organisasi masyarakat sipil (civil society) merupakan salah satu institusi/lembaga yang memilki visi dan orientasi untuk membangun dan mempertegas tahapan nilai demokrasi Agar visi yang ditegaskan oleh institusi/lembaga dan nilai yang hendak dicapai sungguh menjadi orientasi utama dalam masyarakat sipil maka dibutuhkan kepemimpinan. Kepemimpinan tersebut adalah kempemimpinan demokratis yang mampu menggerakkan individu dan masyarakat sipil untuk berkomitmen pada nilai-nilai dan penegakkan demokrasi sehingga berpengaruh pada sistem sosial dan politik yang lebih adil. Di tingkat masing-masing individu juga dibutuhkan kepemimpinan diri yang visioner agar seluruh aktivitasnya digerakkan oleh motivasi pribadi yang kuat dan mendalam.

Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai salah satu instrument untuk membangun nilai-nilai demokrasi melalui pembinaan dan pengembangan kapasitas manusia melalui pembelajaran Civic Education for Future Indonesia Leaders (CEFIL), mulai tingkat basic, intermediate dan advance. CEFIL memiliki visi untuk membangun masyarakat sipil yang berorientasi dan mendorong transformasi sosial. Visi merupakan jawaban atas berbagai tantangan kepemimpinan di masa depan Indonesia, yaitu ; (1) bagaimana mengembangkan karakter kepemimpinan yang memiliki daya tahan, daya juang dan daya tawar untuk menginisiasi transformasi sosial, (2) bagaimana melahirkan pemimpin masyarakat sipil yang memiliki komitmen untuk melindungi hak-hak minoritas, (3) bagaimana mengembangkan kepemimpinan masyarakat sipil yang berorientasi pada citizen rights, (4) bagaimana membangun kesadaran pemimin untuk mampu belajar pada kearifan sejarah.

Sedangkan isu strategis yang dimunculkan dalam pelatihan adalah hak asasi manusia sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat, transitional justice, karakter dan kompetensi dasar kepemimpinan yang mampu memfasilitasi proses transformasi sosial, kompetensi pengorganisasian konflik (peace keeping, peace making, peace transformastions), kemampuan analisis sosial dan advokasi untuk pemberdayaan masyarakat.

Secara khusus CEFIL ditujukan bagi aktivis organisasi masyarakat sipil, dengan harapan supaya para partisipan nantinya mampu memberikan wahana yang subur bagi munculnya pemimpin yang mempunyai orientasi pada masyarakat sipil, memiliki kualitas yang handal, serta memiliki kemampuan pengorganisasian yang memadai untuk melakukan dan mengelola perubahan.

Pada pelatihan Basic CEFIL, partisipan akan bersama dengan fasilitator mengembangkan kapasitas dalam pemahaman dan ketrampilan materi di bawah ini :
• Nilai-nilai Universal
• Modus dan Instrumen-Instrumen Globalisasi
• Civil Society (masyarakat sipil)
• C – Leadership
• Partisipasi Warga Negara dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
• Manajemen Konflik Berperspektif Perdamaian
• Analisis Sosial
• Strategi Pengorganisasian Masyarakat Sipil

B. Tujuan

Tujuan dari pelatihan CEFIL adalah menciptakan pemimpin masyarakat sipil yang mampu mendorong transformasi sosial, dengan menggunakan paradigma penguatan kepemimpinan masyarakat sipil yang kontekstual dengan situasi dan kebutuhan perubahan.

C. Metode Pelatihan

Pelatihan dilaksanakan dengan metode pembelajaran orang dewasa dan bersifat partisipatoris. Metode yang digunakan meliputi dialog interaktif, curah pendapat, kerja kelompok, game, role play, studi kasus, dsb. Setiap partisipan diharapkan untuk menyumbangkan ide, gagasan, kritik, pendapat dan refleksinya atas pengalaman mereka. Input, refleksi, dan diskusi merupakan bagian integral dari seluruh proses pelatihan.

D. Fasilitator dan Narasumber

1. Fasilitator : Tim SATUNAMA
2. Narasumber :
• Ifdal Kasim
• Ichsan Malik
• Meth. Kusumahadi
• Muslim Abdurrahman
• Raymond Toruan
• Winfried Weck

F. Kriteria partisipan :
 Usia 24 – 35 tahun
 Pendidikan minimal SLTA / SMU atau yang sederajat.
 Pengalaman memimpin dalam sebuah organisasi selama minimal 2 tahun. (tidak harus seorang pimpinan lembaga atau ketua organisasi)
 Mendapat rekomendasi dari organisasinya
 Bila calon partisipan berasal dari organisasi non formal (misal : paguyuban, forum masyarakat, forum keagamaan, lembaga adat, kelompok tani, dll) maka yang bersangkutan harus mendapat rekomendasi dari 2 organisasi selain organisasinya.
 Tidak tersangkut dalam tindak pidana pelanggaran HAM
 Sehat jasmani dan rohani
 Mengisi lengkap seluruh formulir pendaftaran
 Membuat tulisan yang terdiri dari kurang lebih 500 kata dengan tema membangun kepemimpinan masyarakat sipil di Indonesia.
 Bersedia mengikuti seluruh proses.
 Perempuan didorong untuk mendaftarkan diri dalam pelatihan ini.
 Difabel didorong untuk mendaftarkan diri dalam pelatihan ini.

G. DESKRIPSI PELATIHAN CEFIL LEVEL BASIC

Nilai – Nilai Universal
Salah satu penghambat dari proses transformasi sosial di Indonesia adalah terjadinya paradoks universalitas dan lokalitas. Hal ini memunculkan ketidakjelasan posisi dan sikap kepemimpinan di Indonesia. Materi nilai – nilai universal di CEFIL level basic ini diberikan untuk membangun nilai – nilai kepemimpinan bagi masyarakat sipil yang mampu mendorong transformasi sosial. Pemahaman hak asasi manusia yang menghargai pluralitas dan melindungi hak – hak minoritas merupakan titik awal untuk memahami hak bermasyarakat dan bernegara yang demokratis (Citizen rights).

Dengan metode studi kasus, dialog interaktif, dan diskusi kelompok, partisipan belajar tentang (1) Pengertian dasar dan perkembangan HAM, (2) Diskriminasi dan keadilan, (3) Prinsip dasar dan sejarah Demokrasi.

Metode dan Instrumen – Instrumen Globalisasi
Globalisasi selaksa uang logam yang memiliki dua sisi : positif dan negatif. Dari sisi positif, globalisasi membawa peradaban manusia kepada kualitas hidup yang lebih baik. Di sisi yang lain globalisasi membuat peran negara dalam melindungi kepentingan politik dan kebutuhan dasar warga negara semakin menghilang.

Materi ini dimaksudkan agar partisipan mampu merumuskan strategi gerakan masyarakat sipil dalam merespon eksternalitas positif dan negatif dari globalisasi, sehingga pemimpin transformatif yang dihasilkan dari pelatihan CEFIL akan mampu mengenali modus, pola, dan instumentasi globalisasi dalam konteks lokal dan mampu mensiasatinya.

Civil Society
Masyarakat sipil Indonesia masih berada di titik lemah ketika berhadapan dengan kekuatan negara dan pasar. Keadaan ini terjadi karena transisi demokrasi di Indonesia masih di dominasi oleh negara dan pasar. Masyarakat sipil perlu mengkonsolidasikan diri untuk memanfaatkan peluang – peluang politik dalam transisi demokrasi yang terjadi saat ini.

Materi ini dimaksudkan agar partisipan mampu mengelola gerakan masyarakat sipil menuju konstelasi negara – pasar – masyarakat sipil yang baru. Masyarakat sipil mampu mendorong penguatan negara untuk melindungi, mempromosikan, dan memenuhi hak – hak warga negara.

Dengan metode permainan, dialog interaktif, dan berdiskusi, partisipan akan membahas tentang konsep dasar masyarakat sipil, peran masyarakat sipil dalam hubungannya dengan negara dan pasar, isu – isu strategis dalam rangka pengembangan masyarakat sipil, dan menilai lembaga / organisasi partisipan sesuai dengan ciri – ciri masyarakat sipil.

C – Leadership
C – leadership (Civil Society Leadership) adalah model kepemimpinan yang dirumuskan secara khusus untuk pelatihan CEFIL. Dalam materi ini kepemimpinan masyarakat sipil yang ingin diwujudkan adalah sebuah model kepemimpinan yang memfasilitasi lahirnya karakter pemimpin masyarakat sipil yang menjunjung nilai – nilai demokrasi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, dan peduli pada peningkatan mutu kehidupan. Pemimpin yang mampu membangun struktur partisipasi untuk mempengaruhi kebijakan publik, dan pemimpin yang memiliki daya pengaruh dalam mendorong akuntabilitas pemerintah serta memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan.

Setelah mengikuti sessi ini, partisipan diharapkan akan mampu mengidentifikasi isu strategis kepemimpinan di Indonesia, memahami latar belakang dan pengertian C – Leadership, Menginternalisasi prinsip, etika, dan sikap C – Leadership, serta mampu merumuskan visi, misi, dan strategi kepemimpinan berdasarkan C – Leadership.

Partisipasi Warga Negara dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Partisipasi warga negara berarti mendorong proses belajar bersama. Komunikasi yang seimbang dalam membahas persoalan publik, menjadikan kesepakatan warga sebagai sumber utama dalam pengambilan keputusan di tingkat politik formal, dan memberikan ruang yang cukup bagi masyarakat untuk mengontrol kebijakan publik agar dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Partisipasi yang harus diperjuangkan tidak sekedar partisipasi prosedural seperti saat ini, namun partisipasi yang harus diperjuangkan adalah partisipasi yang essensial yang menjamin hak – hak warga negara. Dengan sesi ini, partisipan diharapkan mampu mengidentifikasi peluang partisipasi warga di tingkat lokal dan mampu memanfaatkannya.

Manajemen Konflik berperspektif perdamaian
Relasi yang tercipta dari proses penyelesaian konflik di Indonesia belum menunjukkan relasi yang adil dan damai, pengabaian faktor budaya juga berpengaruh pada ketidaktuntasan penyelesaian konflik di Indonesia. Seorang pemimpin transformasi sosial membutuhkan kompetensi pengelolaan konflik.

Dengan metode permainan, role play, dan dialog interaktif, partisipan akan membahas tentang perspektif perdamaian dalam manajemen konflik, Gerakan anti kekerasan sebagai metode manajemen konflik, dan belajar melakukan analisa konflik, dan mampu memahami penerapan gerakan anti kekerasan di dalam konflik.

Analisis Sosial
Pemimpin perubahan sosial harus memiliki kemampuan dalam membaca dan menganalisis dinamika perubahan sosial yang berkembang dalam masyarakat dan lingkungannya. Materi Analisis Sosial ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan para calon pemimpin perubahan sosial berdasarkan prinsip – prinsip humanitarian, social justice, rule of law, dan non violence.

Dengan mengikuti sesi ini partisipan akan belajar tentang prinsip – prinsip analisis dinamika perubahan sosial masyarakat, ragam metode menganalisis relasi antar aktor dan kelembagaan, serta mengaplikasikan teknik analisis sosial.

Strategi Pengorganisasian Masyarakat Sipil
Secara umum, rapuhnya konsolidasi masyarakat sipil di Indonesia karena beragamnya orientasi, visi, persepsi, dan ideologi. Situasi ini memerlukan kompetensi pengorganisasian yang mampu menembus batas keragaman tersebut. Sesi ini dimaksudkan agar calon pemimpin yang dihasilkan dari pelatihan cefil akan mampu menciptakan kemungkinan, peluang, dan ruang pengorganisasian dalam perspektif nilai – nilai universal.

Dengan mengikuti sesi ini partisipan diharapkan akan mampu memahami prinsip dasar pengorganisasian, mengenali model – model dan tahapan pengorganisasian, serta mampu mengidentifikasi peluang, titik temu, dan agenda – agenda gerakan untuk perubahan yang berperspektif nilai universal (HAM dan demokrasi).

H. Administrasi
partisipan diharapkan berkontribusi sesuai kemampuan lembaga.
Biaya kesehatan dan biaya transportasi dari dan ke SATUNAMA ditanggung sendiri oleh partisipan.

I. Fasilitas yang disediakan :
1. Lokasi pelatihan yang nyaman dan aman
2. Ruang kelas yang nyaman dan peralatan yang lengkap
3. Penginapan dengan kamar ber–AC (2–4 orang / kamar)
4. Makan 3 x dan snack 2 x selama pelatihan
5. Training Kit
6. Sertifikat dari SATUNAMA dan Konrad Adenauer Stiftung
7. Alat rekreasi (pingpong, alat musik, filem/VCD)

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, silahkan menghubungi :

Divisi Capacity Building
SATUNAMA
Jl. Sambisari No. 99, Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55285
Telp : 0274 – 867 745, 867 746, 867 747, ext.200; Fax : 0274 – 869 044. ext. 108
email : to : training@satunama.org

Terms of Reference

A. Latarbelakang

Hingga saat ini, demokrasi diyakini oleh banyak bangsa sebagai suatu sistem pemerintahan yang dapat menjamin warga masyarakat mencapai kehidupan yang sejahtera. Sejalan dengan keyakinan ini, pasca reformasi, Indonesia tengah melakukan transformasi dan transisi menuju masyarakat demokratis. Tanda-tanda umum masa transisi demokrasi adalah dinamika politik yang cepat, kompetisi dan konflik di kalangan elite. Jika dikelola dengan baik, dinamika politik akan menjadi penggerak bagi kuatnya demokrasi di Indonesia.

Dinamika politik untuk membangun masyarakat yang demokratis harus dibarengi dengan suatu upaya-upaya yang sistematis untuk membangun sistem sosial – politik dan nilai-nilai yang demokratis. Upaya membangun nilai demokrasi harus melewati tiga tahap. Pertama, pengembangan institusi yang demokratis. Kedua, menciptakan kondisi sosial dan individu-individu yang mendukung terwujudnya demokrasi. Ketiga, mewujudkan struktur sosial dan kultur politik yang demokratis.

Organisasi masyarakat sipil (civil society) merupakan salah satu institusi/lembaga yang memilki visi dan orientasi untuk membangun dan mempertegas tahapan nilai demokrasi Agar visi yang ditegaskan oleh institusi/lembaga dan nilai yang hendak dicapai sungguh menjadi orientasi utama dalam masyarakat sipil maka dibutuhkan kepemimpinan. Kepemimpinan tersebut adalah kempemimpinan demokratis yang mampu menggerakkan individu dan masyarakat sipil untuk berkomitmen pada nilai-nilai dan penegakkan demokrasi sehingga berpengaruh pada sistem sosial dan politik yang lebih adil. Di tingkat masing-masing individu juga dibutuhkan kepemimpinan diri yang visioner agar seluruh aktivitasnya digerakkan oleh motivasi pribadi yang kuat dan mendalam.

Dalam konteks ini, pendidikan dianggap sebagai salah satu instrument untuk membangun nilai-nilai demokrasi melalui pembinaan dan pengembangan kapasitas manusia melalui pembelajaran Civic Education for Future Indonesia Leaders (CEFIL), mulai tingkat basic, intermediate dan advance. CEFIL memiliki visi untuk membangun masyarakat sipil yang berorientasi dan mendorong transformasi sosial. Visi merupakan jawaban atas berbagai tantangan kepemimpinan di masa depan Indonesia, yaitu ; (1) bagaimana mengembangkan karakter kepemimpinan yang memiliki daya tahan, daya juang dan daya tawar untuk menginisiasi transformasi sosial, (2) bagaimana melahirkan pemimpin masyarakat sipil yang memiliki komitmen untuk melindungi hak-hak minoritas, (3) bagaimana mengembangkan kepemimpinan masyarakat sipil yang berorientasi pada citizen rights, (4) bagaimana membangun kesadaran pemimin untuk mampu belajar pada kearifan sejarah.

Sedangkan isu strategis yang dimunculkan dalam pelatihan adalah hak asasi manusia sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat, transitional justice, karakter dan kompetensi dasar kepemimpinan yang mampu memfasilitasi proses transformasi sosial, kompetensi pengorganisasian konflik (peace keeping, peace making, peace transformastions), kemampuan analisis sosial dan advokasi untuk pemberdayaan masyarakat.

Secara khusus CEFIL ditujukan bagi aktivis organisasi masyarakat sipil, dengan harapan supaya para partisipan nantinya mampu memberikan wahana yang subur bagi munculnya pemimpin yang mempunyai orientasi pada masyarakat sipil, memiliki kualitas yang handal, serta memiliki kemampuan pengorganisasian yang memadai untuk melakukan dan mengelola perubahan.

Pada pelatihan Basic CEFIL, partisipan akan bersama dengan fasilitator mengembangkan kapasitas dalam pemahaman dan ketrampilan materi di bawah ini :
• Nilai-nilai Universal
• Modus dan Instrumen-Instrumen Globalisasi
• Civil Society (masyarakat sipil)
• C – Leadership
• Partisipasi Warga Negara dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
• Manajemen Konflik Berperspektif Perdamaian
• Analisis Sosial
• Strategi Pengorganisasian Masyarakat Sipil

B. Tujuan

Tujuan dari pelatihan CEFIL adalah menciptakan pemimpin masyarakat sipil yang mampu mendorong transformasi sosial, dengan menggunakan paradigma penguatan kepemimpinan masyarakat sipil yang kontekstual dengan situasi dan kebutuhan perubahan.

C. Metode Pelatihan

Pelatihan dilaksanakan dengan metode pembelajaran orang dewasa dan bersifat partisipatoris. Metode yang digunakan meliputi dialog interaktif, curah pendapat, kerja kelompok, game, role play, studi kasus, dsb. Setiap partisipan diharapkan untuk menyumbangkan ide, gagasan, kritik, pendapat dan refleksinya atas pengalaman mereka. Input, refleksi, dan diskusi merupakan bagian integral dari seluruh proses pelatihan.

D. Fasilitator dan Narasumber

1. Fasilitator : Tim SATUNAMA
2. Narasumber :
• Ifdal Kasim
• Ichsan Malik
• Meth. Kusumahadi
• Muslim Abdurrahman
• Raymond Toruan
• Winfried Weck

F. Kriteria partisipan :
 Usia 24 – 35 tahun
 Pendidikan minimal SLTA / SMU atau yang sederajat.
 Pengalaman memimpin dalam sebuah organisasi selama minimal 2 tahun. (tidak harus seorang pimpinan lembaga atau ketua organisasi)
 Mendapat rekomendasi dari organisasinya
 Bila calon partisipan berasal dari organisasi non formal (misal : paguyuban, forum masyarakat, forum keagamaan, lembaga adat, kelompok tani, dll) maka yang bersangkutan harus mendapat rekomendasi dari 2 organisasi selain organisasinya.
 Tidak tersangkut dalam tindak pidana pelanggaran HAM
 Sehat jasmani dan rohani
 Mengisi lengkap seluruh formulir pendaftaran
 Membuat tulisan yang terdiri dari kurang lebih 500 kata dengan tema membangun kepemimpinan masyarakat sipil di Indonesia.
 Bersedia mengikuti seluruh proses.
 Perempuan didorong untuk mendaftarkan diri dalam pelatihan ini.
 Difabel didorong untuk mendaftarkan diri dalam pelatihan ini.

G. DESKRIPSI PELATIHAN CEFIL LEVEL BASIC

Nilai – Nilai Universal
Salah satu penghambat dari proses transformasi sosial di Indonesia adalah terjadinya paradoks universalitas dan lokalitas. Hal ini memunculkan ketidakjelasan posisi dan sikap kepemimpinan di Indonesia. Materi nilai – nilai universal di CEFIL level basic ini diberikan untuk membangun nilai – nilai kepemimpinan bagi masyarakat sipil yang mampu mendorong transformasi sosial. Pemahaman hak asasi manusia yang menghargai pluralitas dan melindungi hak – hak minoritas merupakan titik awal untuk memahami hak bermasyarakat dan bernegara yang demokratis (Citizen rights).

Dengan metode studi kasus, dialog interaktif, dan diskusi kelompok, partisipan belajar tentang (1) Pengertian dasar dan perkembangan HAM, (2) Diskriminasi dan keadilan, (3) Prinsip dasar dan sejarah Demokrasi.

Metode dan Instrumen – Instrumen Globalisasi
Globalisasi selaksa uang logam yang memiliki dua sisi : positif dan negatif. Dari sisi positif, globalisasi membawa peradaban manusia kepada kualitas hidup yang lebih baik. Di sisi yang lain globalisasi membuat peran negara dalam melindungi kepentingan politik dan kebutuhan dasar warga negara semakin menghilang.

Materi ini dimaksudkan agar partisipan mampu merumuskan strategi gerakan masyarakat sipil dalam merespon eksternalitas positif dan negatif dari globalisasi, sehingga pemimpin transformatif yang dihasilkan dari pelatihan CEFIL akan mampu mengenali modus, pola, dan instumentasi globalisasi dalam konteks lokal dan mampu mensiasatinya.

Civil Society
Masyarakat sipil Indonesia masih berada di titik lemah ketika berhadapan dengan kekuatan negara dan pasar. Keadaan ini terjadi karena transisi demokrasi di Indonesia masih di dominasi oleh negara dan pasar. Masyarakat sipil perlu mengkonsolidasikan diri untuk memanfaatkan peluang – peluang politik dalam transisi demokrasi yang terjadi saat ini.

Materi ini dimaksudkan agar partisipan mampu mengelola gerakan masyarakat sipil menuju konstelasi negara – pasar – masyarakat sipil yang baru. Masyarakat sipil mampu mendorong penguatan negara untuk melindungi, mempromosikan, dan memenuhi hak – hak warga negara.

Dengan metode permainan, dialog interaktif, dan berdiskusi, partisipan akan membahas tentang konsep dasar masyarakat sipil, peran masyarakat sipil dalam hubungannya dengan negara dan pasar, isu – isu strategis dalam rangka pengembangan masyarakat sipil, dan menilai lembaga / organisasi partisipan sesuai dengan ciri – ciri masyarakat sipil.

C – Leadership
C – leadership (Civil Society Leadership) adalah model kepemimpinan yang dirumuskan secara khusus untuk pelatihan CEFIL. Dalam materi ini kepemimpinan masyarakat sipil yang ingin diwujudkan adalah sebuah model kepemimpinan yang memfasilitasi lahirnya karakter pemimpin masyarakat sipil yang menjunjung nilai – nilai demokrasi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, dan peduli pada peningkatan mutu kehidupan. Pemimpin yang mampu membangun struktur partisipasi untuk mempengaruhi kebijakan publik, dan pemimpin yang memiliki daya pengaruh dalam mendorong akuntabilitas pemerintah serta memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan.

Setelah mengikuti sessi ini, partisipan diharapkan akan mampu mengidentifikasi isu strategis kepemimpinan di Indonesia, memahami latar belakang dan pengertian C – Leadership, Menginternalisasi prinsip, etika, dan sikap C – Leadership, serta mampu merumuskan visi, misi, dan strategi kepemimpinan berdasarkan C – Leadership.

Partisipasi Warga Negara dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Partisipasi warga negara berarti mendorong proses belajar bersama. Komunikasi yang seimbang dalam membahas persoalan publik, menjadikan kesepakatan warga sebagai sumber utama dalam pengambilan keputusan di tingkat politik formal, dan memberikan ruang yang cukup bagi masyarakat untuk mengontrol kebijakan publik agar dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Partisipasi yang harus diperjuangkan tidak sekedar partisipasi prosedural seperti saat ini, namun partisipasi yang harus diperjuangkan adalah partisipasi yang essensial yang menjamin hak – hak warga negara. Dengan sesi ini, partisipan diharapkan mampu mengidentifikasi peluang partisipasi warga di tingkat lokal dan mampu memanfaatkannya.

Manajemen Konflik berperspektif perdamaian
Relasi yang tercipta dari proses penyelesaian konflik di Indonesia belum menunjukkan relasi yang adil dan damai, pengabaian faktor budaya juga berpengaruh pada ketidaktuntasan penyelesaian konflik di Indonesia. Seorang pemimpin transformasi sosial membutuhkan kompetensi pengelolaan konflik.

Dengan metode permainan, role play, dan dialog interaktif, partisipan akan membahas tentang perspektif perdamaian dalam manajemen konflik, Gerakan anti kekerasan sebagai metode manajemen konflik, dan belajar melakukan analisa konflik, dan mampu memahami penerapan gerakan anti kekerasan di dalam konflik.

Analisis Sosial
Pemimpin perubahan sosial harus memiliki kemampuan dalam membaca dan menganalisis dinamika perubahan sosial yang berkembang dalam masyarakat dan lingkungannya. Materi Analisis Sosial ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan para calon pemimpin perubahan sosial berdasarkan prinsip – prinsip humanitarian, social justice, rule of law, dan non violence.

Dengan mengikuti sesi ini partisipan akan belajar tentang prinsip – prinsip analisis dinamika perubahan sosial masyarakat, ragam metode menganalisis relasi antar aktor dan kelembagaan, serta mengaplikasikan teknik analisis sosial.

Strategi Pengorganisasian Masyarakat Sipil
Secara umum, rapuhnya konsolidasi masyarakat sipil di Indonesia karena beragamnya orientasi, visi, persepsi, dan ideologi. Situasi ini memerlukan kompetensi pengorganisasian yang mampu menembus batas keragaman tersebut. Sesi ini dimaksudkan agar calon pemimpin yang dihasilkan dari pelatihan cefil akan mampu menciptakan kemungkinan, peluang, dan ruang pengorganisasian dalam perspektif nilai – nilai universal.

Dengan mengikuti sesi ini partisipan diharapkan akan mampu memahami prinsip dasar pengorganisasian, mengenali model – model dan tahapan pengorganisasian, serta mampu mengidentifikasi peluang, titik temu, dan agenda – agenda gerakan untuk perubahan yang berperspektif nilai universal (HAM dan demokrasi).

H. Administrasi
partisipan diharapkan berkontribusi sesuai kemampuan lembaga.
Biaya kesehatan dan biaya transportasi dari dan ke SATUNAMA ditanggung sendiri oleh partisipan.

I. Fasilitas yang disediakan :
1. Lokasi pelatihan yang nyaman dan aman
2. Ruang kelas yang nyaman dan peralatan yang lengkap
3. Penginapan dengan kamar ber–AC (2–4 orang / kamar)
4. Makan 3 x dan snack 2 x selama pelatihan
5. Training Kit
6. Sertifikat dari SATUNAMA dan Konrad Adenauer Stiftung
7. Alat rekreasi (pingpong, alat musik, filem/VCD)

Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, silahkan menghubungi :

Divisi Capacity Building
SATUNAMA
Jl. Sambisari No. 99, Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta 55285
Telp : 0274 – 867 745, 867 746, 867 747, ext.200; Fax : 0274 – 869 044. ext. 108
email : to : training@satunama.org

Tinggalkan komentar