Pelatihan Civic Education for Future Indonesian Leaders (CEFIL) di NTT

Selama enam hari penuh, 24 orang aktivis dan penggerak sosial – masyarakat yang terdiri dari mahasiswa, utusan komunitas basis gereja, koperasi kredit (CU), organisasi tani, LSM dan pemerintah desa di seluruh kabupaten Flores dan Lembata berkumpul untuk mendiskusikan dan merumuskan kepemimpinan masa depan untuk Indonesia, khususnya di NTT. Mereka mengasah kemampuan diri sebagai calon pemimpin dalam diskusi tentang demokrasi, hak asasi manusia, globalisasi. Tidak hanya itu, para aktivis dan penggerak sosial – masyarakat ini juga melatih keterampilan mereka dalam melakukan analisis sosial, pengorganisasian masyarakat yang berperspektif perdamaian dan pemanfaatan media massa demi keberhasilan gerakan sosial.

“Saya sangat terkesan dengan pelatihan ini. Mengapa baru sekarang dilakukan pelatihan seperti ini?,” ungkap Eka Rihi aktivis muda dari LSM Bangwita, Maumere yang mengkuti pelatihan CEFIL ini.

Pelatihan ini terlaksana berkat kerja keras jaringan alumni Civic Education for Future Indonesian Leaders (CEFIL) se-NTT yang dimotori oleh Paulus Nong Susar dan kawan-kawan bekerjasama dengan Yayasan Kesatuan Pelayanan Kerjasama (SATUNAMA) Yogyakarta didukung Konrad Adenauer Stifftung (KAS) Jerman. CEFIL NTT dilaksanakan di Maumere (Flores) dari tanggal 27 September hingga 2 Oktober 2010 dihadiri 24 orang (5 orang perempuan dan 19 laki-laki) aktivis dan penggerak sosial – masyarakat.

Pelatihan CEFIL bertujuan untuk mendukung tumbuhnya pemimpin-pemimpin di tingkat komunitas-komunitas di kabupaten-kabupaten yang demokratis. Ada 3 tahapan yang perlu ditempuh untuk memperkuat nilai demokratis yaitu (1) mengembangkan dan memperkuat institusi/lembaga yang demokratis; (2) memperkuat kondisi social yang demokratis dalam individu-individu yang mendukung terwujudnya demokrasi; (3) memperkuat demokrasi social dalam kultur politik yang demokratis.

CEFIL sebagai pendidikan rasional – kritis bagi warga Negara ini telah dilakukan oleh SATUNAMA, Yogyakarta sejak tahun 1988. Namun sejak tahun 2008, CEFIL disebarluaskan dengan kekuatan para alumni di daerah mereka masing-masing; mulai dari Kabupaten Aceh Barat (Propinsi Nangroe Aceh Darussalam) hingga Kabupaten Wamena (Propinsi Papua). ***

Selama enam hari penuh, 24 orang aktivis dan penggerak sosial – masyarakat yang terdiri dari mahasiswa, utusan komunitas basis gereja, koperasi kredit (CU), organisasi tani, LSM dan pemerintah desa di seluruh kabupaten Flores dan Lembata berkumpul untuk mendiskusikan dan merumuskan kepemimpinan masa depan untuk Indonesia, khususnya di NTT. Mereka mengasah kemampuan diri sebagai calon pemimpin dalam diskusi tentang demokrasi, hak asasi manusia, globalisasi. Tidak hanya itu, para aktivis dan penggerak sosial – masyarakat ini juga melatih keterampilan mereka dalam melakukan analisis sosial, pengorganisasian masyarakat yang berperspektif perdamaian dan pemanfaatan media massa demi keberhasilan gerakan sosial.

“Saya sangat terkesan dengan pelatihan ini. Mengapa baru sekarang dilakukan pelatihan seperti ini?,” ungkap Eka Rihi aktivis muda dari LSM Bangwita, Maumere yang mengkuti pelatihan CEFIL ini.

Pelatihan ini terlaksana berkat kerja keras jaringan alumni Civic Education for Future Indonesian Leaders (CEFIL) se-NTT yang dimotori oleh Paulus Nong Susar dan kawan-kawan bekerjasama dengan Yayasan Kesatuan Pelayanan Kerjasama (SATUNAMA) Yogyakarta didukung Konrad Adenauer Stifftung (KAS) Jerman. CEFIL NTT dilaksanakan di Maumere (Flores) dari tanggal 27 September hingga 2 Oktober 2010 dihadiri 24 orang (5 orang perempuan dan 19 laki-laki) aktivis dan penggerak sosial – masyarakat.

Pelatihan CEFIL bertujuan untuk mendukung tumbuhnya pemimpin-pemimpin di tingkat komunitas-komunitas di kabupaten-kabupaten yang demokratis. Ada 3 tahapan yang perlu ditempuh untuk memperkuat nilai demokratis yaitu (1) mengembangkan dan memperkuat institusi/lembaga yang demokratis; (2) memperkuat kondisi social yang demokratis dalam individu-individu yang mendukung terwujudnya demokrasi; (3) memperkuat demokrasi social dalam kultur politik yang demokratis.

CEFIL sebagai pendidikan rasional – kritis bagi warga Negara ini telah dilakukan oleh SATUNAMA, Yogyakarta sejak tahun 1988. Namun sejak tahun 2008, CEFIL disebarluaskan dengan kekuatan para alumni di daerah mereka masing-masing; mulai dari Kabupaten Aceh Barat (Propinsi Nangroe Aceh Darussalam) hingga Kabupaten Wamena (Propinsi Papua). ***

Tinggalkan komentar