Radio Komunitas untuk Perubahan Sosial

“Radio komunitas bukan hanya menyebarkan informasi, tetapi sebagai media perubahan sosial,”

Satunama.org – Pernyataan itu mengemuka dari Laurente Soares Frietas (37) mengenai pengalamannya mengikuti Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Radio Komunitas Timur Leste (Rakom TL), di SATUNAMA Yogyakarta, 3-28 November 2014. Arran, sapaan akrab Laurente Soares Frietas, pengelola Radio Comunitas Ili-Wai Manatuto, Timor Leste, mengungkapkan pengalamannya mengikuti pelatihan ini yang memberikan bekal konsep, pengetahuan, dan teknis pengelolaan radio komunitas.

“Pendidikan di kelas selama dua puluh hari lebih ini memberikan banyak konsep dan pengetahuan. Ditambah lagi hal yang sangat mengesankan, ketika berkunjung ke tiga radio komunitas di Yogyakarta, dan Klaten. Di hari-hari akhir menjelang penutupan, SATUNAMA mengajak para peserta untuk berkunjung ke tiga radio komunitas di Yogya dan Klaten. Masing-masing sehari di Radio Komunitas Wijaya, Wedomartani, Sleman, dan Radio Komunitas Angkringan, Timbulharjo, Bantul. Terakhir peserta pelatihan diajak live in di Radio Komunitas Lintas Merapi di Kemalang, Klaten. Lebih lanjut, Arran mengungkapkan kunjungan lapangan ke radio komunitas memberikan wawasan nyata tentang kesadaran pengelola dan masyarakat mengenai pentingnya radio komunitas.

“Barangkali Radio Komunitas Lintas Merapi adalah radio komunitas paling unik di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Mereka menggerakan perubahan sosial di Masyarakatnya,” lanjut Arran yang radionya menjangkau pendengar di 4 distrik di sekeliling wilayahnya. Ia,menyatakan akan menerapkan hal yang sama di radionya, menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan. Baginya pemerintah adalah mitra kerja radio komunitas, tetapi masyarakat pendengarlah yang harus memperoleh manfaat yang lebih dari radio komunitas.

“Kami akan menggunakan radio komunitas untuk melakukan perubahan sosial, terutama di wilayah pendidikan, ekonomi. Bagaimana memberikan informasi dan lapangan kerja bagi pemuda-pemuda yang putus sekolah. Radio komunitas juga bisa berperan mempromosikan potensi wisata,” lanjutnya.

Semangat perubahan sosial, itu tampaknya ditangkap oleh penyelenggara pelatihan dan pengembangan SDM, Radio Komunitas. Kantri Sekar Wandansari (48), Ketua Fasilitator, mengatakan, secara umum peserta antusias. “Kami memang sejak awal mendesain agar sekolah ini membekali peserta mengenai fungsi media untuk mendorong komunitas terpenuhi hak-haknya,” kata Kantri.

Dengan desain itu, lanjut Kantri, peserta dibekali dengan materi mengenai komunikasi dan media, Hak Asasi Manusia, manajemen pengelolaan radio komunitas, studi lapangan, dan refleksi pembelajaran. Pelatihan ini didesain dalam level advance, sebab sebagian besar peserta telah berkecimpung di radio komunitas lebih dari 6 tahun.

Senada dengan Kantri, Valentina S. Wijayanti, Fasilitator pelatihan Radio Komunitas, menambahkan bahwa peserta juga mendiskusikan dan memetakan RUU Pers Timor Leste. “Peserta secara mandiri memetakan mana pasal-pasal yang perlu didukung dan mana yang perlu dikritisi. Mereka juga mendiskusikan konteks kebijakan Timor Leste,” tutur Wiji.

Pemerintah Timor Leste, melalui Sekretariat Negara untuk Informasi dan Komunikasi, memberangkatkan 9 perwakilan radio komunitas, dari 16 radio komunitas yang ada. Mereka berasal dari Radio Komunitas Lian Tatamailau- Ainaro District, Radio Komunitas Lian Matebian- District Baucau, Radio Komunitas Don Boaventura- District Same, Radio Komunitas Iliwai- District Manatuto, Radio Komunitas TokoDede- District Likisa, Radio Komunitas Districtvern Lospalos, , Radio Komunitas Distrcit Oe-Cusse, radio komunitas Sub-District Maubisse, Board radio komunitas District Ermera. (Ryan)

Tinggalkan komentar