SATUNAMA Inisiasi Mental Health and Disability Institute

Satunama.org – Yayasan SATUNAMA Yogyakarta tengah berencana membangun dukungan menyeluruh bagi terwujudnya kesehatan mental dan pengananan disabilitas melalui Mental Health and Disability Institute SATUNAMA (MHDIS). Melalui berbagai helatan webinar yang telah dilakukan beberapa waktu lalu, SATUNAMA melalui MHDIS akan mencoba berkontribusi lebih dalam mengangkat isu kesehatan jiwa dan disabilitas menjadi lebih dipahami dan mendapat respon inklusif dari berbagai pihak.

Keberadaan MHDIS tidak bisa dilepaskan dari situasi di mana isu kesehatan mental dan disabilitas hingga saat ini masih belum mendapat perhatian secara mendalam. Padahal, menurut Survey Global Health Data Exchange tahun 2017, terdapat sekitar 27,3 juta orang yang mengalami gangguan kejiwaan atau mental di Indonesia.

Sementara untuk disabilitas, data Susenas tahun 2018 menyebutkan bahwa penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 30,4 juta orang. Jumlah ini naik dibandingkan Susenas 2015 karena berbagai sebab seperti bencana alam, kecelakaan dan penyakit katastropik.

Dalam konteks itulah MHDIS kemudian didirikan, di mana salah satu strategi utamanya adalah menyalurkan pengetahuan tentang isu kesehatan mental dan disabilitas. “Kami mencoba menjembatani saluran informasi tentang kesehatan mental dan disabilitas melalui MHDIS. MHDIS hadir untuk memberikan berbagai pengetahuan kepada publik tentang kesehatan mental.” Papar Karel dalam salah satu webinar yang diselenggarakan oleh SATUNAMA.

Pengetahuan tentang kesehatan mental menjadi kunci pertama yang wajib dipahami agar dapat membangun resiliensi dan kesehatan mental yang baik. Oleh karenanya, MHDIS SATUNAMA juga mengagendakan berbagai pelatihan dan konsultansi terkait kesehatan mental dan disabilitas untuk menjawab kebutuhan ini.

“Pelatihan dan konsultansi yang akan kita rilis ini dapat diakses oleh siapa saja. Bisa pemerintah, CSO, atau private sector yang memiliki tanggung jawab sosial dalam program-program kesehatan mental atau disabilitas.” Ujar Karel.

Karel juga menyebutkan bahwa pengelolaan pengetahuan menjadi salah satu aspek yang akan dilaksanakan dalam perjalanan MHDIS. Dokumentasi berbagai kepingan isu di seputar kesehatan mental dan disabilitas akan coba disusun menjadi sebuah pengetahuan yang dapat diakses dan digunakan oleh berbagai kalangan untuk membangun keberpihakan terhadap penanganan gangguan kesehatan mental dan disabilitas.

“Kami akan mendokumentasikan pengetahuan-pengetahuan yang ada, misalnya tentang kesehatan mental dan  bencana, tentang disabilitas dan livelihood dan sebagainya, yang akan kami dokumentasikan dalam bentuk berbagai media pengetahuan dalam bentuk audio visual seperti video atau tulisan misalnya dalam bentuk buku.” Kata Karel.

Tidak hanya itu, MHDIS juga akan melakukan berbagai penelitian yang dimaksudkan untuk semakin memperkaya pengetahuan dan data yang akan digunakan untuk membangun keutuhan informasi yang dapat diakses oleh publik. MHDIS juga membuka kesempatan belajar tentang isu kesehatan  mental dan disabilitas melalui skema kerja magang khususnya bagi mahasiswa dan juga lembaga-lembaga.

Secara umum, Karel menyebutkan bahwa MHDIS memiliki tujuan untuk mengelola dan mengembangkan pengetahuan tentang kesehatan mental dan disabilitas yang dapat diakses dan digunakan berbagai pihak, agar terbangun masyarakat yang inklusif.

“Kami berharap berbagai strategi ini dapat memberikan kontribusi bagi terbangunnya kesehatan mental yang semakin baik ke depan. Termasuk dalam menghadapi kondisi kontemporer seperti pandemi, agar kita bisa melalui tantangan pandemi ini dengan kesehatan mental yang baik.” Ujar Karel. [Penulis : A.K. Perdana / Penyunting : Bima Sakti / Gambar : Eka Baene)

Tinggalkan komentar