Dari Warung Makan Hingga Tanaman Terpadu, Cerita Pemberdayaan SATUNAMA di Tanah Papua Barat.

Satunama.org.- Sejak tahun 2018, Yayasan SATUNAMA melalui program Livelihood yang bekerjasama dengan BP Tangguh telah melakukan sejumlah kegiatan pendampingan dan pemberdayaan kepada masyarakat di Kabupaten Fakfak dan Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Tidak sedikit cerita yang muncul dalam perjalanan dinamika program yang dilakoni SATUNAMA di tanah Papua Barat tersebut.

Pengurus dan anggota Koperasi Memem Uraq Kokah, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat mendapatkan penguatan manajemen keuangan dan mekanisme pengelolaan dana hibah melalui skema simpan pinjam anggota koperasi melalui program livelihood SATUNAMA.

Salah satunya adalah kegiatan penguatan kapasitas pengurus koperasi Memem Uraq Kokah (MUK) di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak yang meliputi penguatan manajemen keuangan dan mekanisme pengelolaan dana hibah melalui skema simpan pinjam anggota koperasi. SATUNAMA juga terlibat penuh dalam pembangunan warung makan milik koperasi MUK yang telah dibuka sejak April 2019.

Meskipun bisnis rumah makan mengalami banyak kendala terutama dari anggotanya sendiri yang lebih memilih berjualan di depan rumah masing-masing, namun Hajah Nurani Baraweri atau yang akrab disapa dengan Mama Ani, selaku ketua koperasi tetap optimis bahwa suatu saat bisnis warung makan ini akan berkembang.

Apalagi ada wacana bahwa Kokas akan dijadikan sebagai salah satu sentra pariwisata di Provinsi Papua Barat karena memiliki banyak peninggalan sejarah Perang Dunia II dan wisata bahari yang tidak kalah indahnya dari kepulauan Raja Ampat. Meskipun menurut Mama Ani, butuh waktu untuk bisa menumbuhkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki dalam diri setiap anggota.

“Anggota ini sudah saya ajak dan panggil untuk kita bersama-sama jualan di warung, tetapi mereka tidak muncul. Akhirnya saya sendiri dengan anak menantu ini yang jualan di warung. Sebenarnya tidak enak juga jualan sendiri, karena  warung ini kita sama-sama punya. Tapi saya tetap optimis.” ungkap Mama Ani.

Hampir semua anggota koperasi adalah perempuan yang memiliki beban domestik yang cukup berat sehingga memberatkan langkah mereka untuk datang berkumpul dan bersosialisasi. Ibu-ibu anggota lebih nyaman berjualan di depan rumah karena mereka bisa menyambi pekerjaan rumah tangga lainnya seperti mencuci, memasak, dan mengurus anak.

Kendala lain muncul dari situasi pandemi. Sejak pandemi Covid-19 terjadi, warung makan MUK tidak beroperasi karena sepi pengunjung. Bulan April 2021 ini, kontrak lahan warung makan juga akan berakhir. Meski begitu, pengurus koperasi didampingi tim program SATUNAMA akan melakukan perpanjangan kontrak dengan pemilik lahan agar usaha warung makan ini dapat terus dijalankan.

Inisiasi Peternakan Ayam Petelur di Bintuni.

Cerita pemberdayaan lain muncul dari Teluk Bintuni. Sejak bulan Juni 2019, tim ekonomi LNG Tangguh (TIEDP) bersama Yayasan SATUNAMA telah memulai kegiatan peternakan ayam petelur yang dikelola langsung oleh Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Keuskupan Manokwari Sorong wilayah Kabupaten Teluk Bintuni.

Pembangunan kandang ayam petelur sempat terhambat akibat pandemi Covid-19 namun kemudian berlanjut hingga pemasangan instalasi pipa air minum, pembuatan rumah jaga, dan gudang penampung pakan ayam.

YPPK merupakan yayasan pendidikan milik gereja Katolik yang berfokus pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya SDM putra putri asli daerah di Kabupaten Teluk Bintuni. Melalui program peternakan ayam petelur ini, selain keuntungan bisnis yang nantinya dapat digunakan untuk mendukung tenaga guru dan staf yayasan, diharapkan kegiatan ini juga dapat melatih siswa-siswi asli Papua untuk berwirausaha di bidang peternakan ayam petelur.

Pembangunan kandang ayam petelur sempat terhambat akibat pandemi Covid-19 dan baru bisa dikerjakan lagi di akhir tahun 2020. Proses pengerjaan kandang kemudian berlanjut meliputi instalasi pipa air minum, pembuatan rumah jaga, dan gudang penampung pakan ayam.

Sementara itu, sebanyak 800 ekor pullet ayam petelur juga sudah dipesan melalui To Be Farm (peternak ayam lokal Bintuni) dan diperkirakan akan siap untuk naik kandang pada pertengahan bulan Agustus 2021. Artinya pada tahun 2021 ini proyek peternakan ayam ini akan dapat beroperasional.

Kuatkan Ekonomi Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu.

Tahun 2020 lalu, bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Fakfak, SATUNAMA juga telah menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang bertempat di Distrik Arguni, Kabupaten Fakfak.

Pelatihan tersebut dihadiri masing-masing 10 orang perwakilan kelompok tani dari Kampung Furir, Kokas, Taver dan Arguni. Sekolah lapang difasilitasi oleh team ekonomi BP, Yayasan SATUNAMA dan tenaga PPL Dinas Pertanian Kabupaten Fakfak. Materi yang diajarkan adalah teknik budidaya kacang tanah dan cabai rawit.

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) mulai membuahkan hasil melalui panen kacang tanah di Kampung Taver.

Pengelolaan Tanaman Terpadu kemudian berjalan setelah diadakan pelatihan. Bulan Maret 2021, Kepala Kampung Taver, yang merupakan salah satu peserta SLPTT telah berhasil memanen kacang tanah jenis lurik. Sementara di Kampung Arguni, beberapa petani masih dalam proses panen kacang tanah. Kabar panen juga muncul dari Kokas. Mereka sudah selesai panen cabai. Hasil panen cabai dijual ke kota Fakfak dengan harga Rp 70.000/kg. Petani cabai di Kokas juga melanjutkan budidaya dengan semaian benih untuk proses penanaman selanjutnya.  

Usaha warung makan, peternakan ayam petelur dan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu adalah beberapa upaya SATUNAMA bersama komunitas masyarakat di Teluk Bintuni dan Fakfak dalam mengoptimalkan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang potensial.

Meski masih membutuhkan waktu untuk dapat terus berkembang, namun kekuatan pergerakan kolektif telah muncul di dua kabupaten Papua Barat. Hal ini tidak lepas dari kesadaran dan  semangat untuk terus mengelola tantangan menjadi potensi dan memberikan kemanfaatan pemberdayaan yang merata pada seluruh elemen masyarakat berbasiskan kemampuan yang dimiliki. [Penulis : Veronika T. Kanem/ Editor : A.K. Perdana/ Foto : Dokumentasi Program BP Tangguh SATUNAMA]

Tinggalkan komentar