SATUNAMA Adakan TOT Program CPID – Sekolah Politisi Muda

Satunama.org – Partai politik memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam mengembangkan kehidupan politik yang lebih demokratis, sehingga SATUNAMA menggagas program “Civilizing Politic for Indonesia Democracy” (CPID)/Sekolah Politisi Muda (SPM). Dimana Program ini memiliki tujuan umum yaitu melahirkan kader-kader politisi muda yang memiliki visi dan komitmen yang kuat pada pengembangan kultur politik yang demokratis (democratic and civilized political life) dan memiliki kapasitas politik untuk mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan-kepentingan spesifik dan hak-hak rakyat. Guna menunjang berkembangnya program tersebut, pengelola CPID/SPM SATUNAMA melakukan improvisasi konsep dan metode fasilitasi periode 2020-2025 dengan mengadakan Training of Trainer Sekolah Politisi Muda dan Sekolah Legislator.

Pelatihan ini diikuti oleh 14 peserta yakni para pengelola CPID dan pekarya SATUNAMA yang belum pernah mengikuti Training of Trainer atau Pelatihan Fasilitasi.

Genie Fitriady Fendy selaku pekarya SATUNAMA ditunjuk untuk memandu pelatihan ini selaku fasilitator, juga menghadirkan fasilitator utama yaitu Toto Rahardjo. Acara ini dilakukan selama lima hari, 3-7 Agustus 2020, dilaksanakan di ruang Pelatihan Kelas Besar, Balai Pelatihan Satunama, Yogyakarta.

Sebagai pengantar, Muhammad Zuhdan Kelapa Sekolah SPM memberikan sambutan dan disambung oleh pembicara Toto Raharjo untuk memulai pemberian materi dan pelatihan awal terkait Filsafat pendidikan yang membebaskan, mengenal paradigma pendidikan serta metodologi “Daur Belajar”.

Dipandu oleh Genie hari berikutnya, Fasilitator dibagi menjadi beberapa kelompok guna Memahami kurikulum & silabus yang telah disusun sehingga diharapkan fasilitator dapat memperlajari silabus, menyiapkan media dan menyusun langkah-langkah yang akan digunakan untuk pelatihan Sekolah SPM tahun berikutnya.

Pelatihan yang dilaksanakan menggunakan Konsep pendidikan untuk orang dewasa yang partisipatif, seperti diskusi kelompok, sharing pengalaman, brainstorming, re-framing, games, ice-breaking, role-play, drama, presentasi dan diskusi pleno.

Pada sesi diskusi pleno dihari ke dua pelaksanaan pelatihan, kelompok pertama mempresentasikan terkait pokok bahasan (Partai Politik, Membangun perspektif politik yang berkeadilan/berkeadaban, Kebijakan Publik dan Anggaran). Kemudian Toto Raharjo memberikan catatan terkait dengan bahasan yang telah dipresentsikan, menurutnya “Media belajar yang kita maksudkan itu sebenarnya adalah media yang tidak mendikte melainkan membantu orang untuk belajar. Permainan/Games juga bukan panduan seperti panduan memasak. Panduannya itu sebenarnya panduan untuk berpikir. Sehingga pertanyaannya juga mesti pertanyaan yang menggerakkan pikiran. Apalagi analisis untuk mengolah ketidakadilan, pertanyaannya harus lebih tajam dan merangsang orang untuk berpikir. Jadi panduan kita bukan tutorial teknis, melainkan tutorial untuk berpikir dan menemukan dirinya”.

Dihari ketiga, Genie memandu untuk membuka acara dan meriview pembelajaran kemarin. Kemudian presentasi dilanjutkan oleh kelompok berikutnya mengenai latihan fasilitasi materi Manajemen Organisasi Partai Politik. Zuhdan sebagai fasilitator memaparkan materi, menurut kelompoknya “materi ini sangat penting untuk membangun kultur partai politik dalam kepemimpinan, komunikasi sampai ke level anggaran partai politik”.

Dari pemaparan materi yang disampaikan, kemudian Toto Raharjo memberikan catatan untuk perbaikan, menurutnya “kita baru sampai pada data analisis. Harusnya sampai pada simpulan. Berarti dari jawaban analisis itupun harus dipetakan lagi sehingga urusannya fasilitator selanjutnya adalah tidak lagi membuat klaster melainkan membicarakan kepartaian secara lebih utuh. Mungkin yang harus dicari kerangkanya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana pengaruh lingkungan yang bisa berupa kultur. Bisa juga nanti bicara soal regulasi atau kebijakan. Nah bisa jadi itu akan menjadi simpulan besar dari pokok bahasan ini” .

Dihari terakhir, disambung oleh kelompok selanjutnya yakni tentang Analisis sosial, peserta pelatihan mengikuti games yang telah dibuat yakni permainan Perang Bintang atau Star Wars. Debora sebagai fasilitator kelompok tersebut, menjelaskan sistem dan peraturan permainan. Sebagai penutup Toto Raharjo memberikan catatan menurutnya “Data ini sebenarnya bagus sekali. Supaya dramatik fasilitatornya sebaiknya menggali pengalaman dan perasaan kelas bawah terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kelompok. Lalu kelas kaya diminta memberi komentar juga. Nah, ini merupakan pembahasan tentang permainan. Sehingga ketika diskusi kelompok itu sudah tidak membicarakan permainan lagi, melainkan membuat refleksi dan analisis lebih jauh. Jadi sebelum masuk ke dalam kelompok, harus membahas permainan terlebih dahulu. Jadi setelah membahas kesan dan pengalaman, peserta sebaiknya diajak untuk membahas angka-angka. Apa makna dari angka-angka itu. Ternyata permainan ini melahirkan kelas, pelanggengan kelas, jika tidak ada penambahan alat produksi ya tidak ada perubahan”.

Disambung oleh Genie untuk menutup rangkaian diskusi pleno dan menyerahkan kembali kepada kepala sekolah SPM untuk menyampaikan sepatah dua kata sebagai penutup acara Training of Trainer Sekolah Politisi Muda dan Sekolah Legislator. Zuhdan menutup pelatihan dengan sebuah harapan “Semoga SPM bukan hanya kurikulum yang kita sebarkan secara tertulis. Kurikulumnya ya diri kita sendiri. Yang kita bayangkan SPM itu menjadi citra di SATUNAMA, bahwa kalau mau belajar politik alternative ya di SATUNAMA. Terima kasih kepada team CPID dan team lain yang sudah terlibat“ Ujar Zuhdan.

Penulis: Ade Irma Fauzi (Mahasiswa Magang Ilmu Komunikasi, UTY) | Editor: Bima Sakti

Tinggalkan komentar