Hadapi Pandemi dengan Spiritualitas dan Kesadaran Sosial

Satunama.org – Pandemi Covid-19 ikut berpengaruh terhadap praktik-praktik kehidupan. Pembatasan-pembatasan fisik maupun sosial yang diterapkan menyebabkan terhentinya praktik-praktik sosial, spiritual, ekonomi, budaya dan sebagainya yang selama ini bergantung kumpulan manusia secara fisik maupun sosial. Tak ayal ini pun harus disikapi secara bijak dan kreatif, khususnya jika terkait dengan keberadaan dan peran perempuan.

Hal ini mengemuka dalam Webinar Silaturahmi Kebangsaan Perempuan Lintas Iman dengan tema Ketahanan Keluarga dan Perempuan Secara Spiritual di Tengah Wabah Pandemi Covid-19 yang digelar secara daring oleh SATUNAMA pada Selasa (26/5/20) melalui Zoom dan disiarkan secara langsung di Kanal Youtube SATUNAMA.

Tri Wahyudiyati adalah seorang pemeluk Budha yang ikut menjadi narasumber dalam webinar. Dia menekankan bahwa ajaran Budha mengenai mawas diri, introspeksi, menguatkan ikatan keluarga, dan kreatif adalah poin penting dalam menjalani hidup, termasuk dalam menghadapi pandemi.

“Ini adalah waktu yang tepat untuk mawas diri, dan menguatkan ikatan dengan keluarga masing- masing” ujar Tri.

Dijelaskan oleh Tri, bagi umat Buddha, kesehatan merupakan keuntungan terbesar yang dimiliki manusia. Untuk mengatur damai, manusia harus mengatur pikirannya sendiri, membawa damai pertama- tama seseorang harus disipilin dan mengendalikan pikiran mereka sendiri.

Oleh karenanya, dalam konteks perempuan, menurut Tri, perempuan harus lebih bijak dalam menghadapi keadaan ini, salah satunya adalah dalam memanfaatkan media sosial dalam mengembangkan kreatifitas.

Aktivitas yang positif dilakukan oleh perempuan yang kreatif misalnya berjualan online, bercocok tanam, dan banyak lainnya. Ikut mengambil peran dalam setiap aktivitas, mengikutsertakan anak dan tunjukan bahwa perempuan layak.

“Hal ini akan beriringan denga ajaran Budha yaitu “Melindungi diri sendiri sama dengan melindungi orang lain dan melindungi orang lain sama dengan melindungi diri sendiri” jelas Tri.

Perempuan Rohaniawan Pertama di Keluarga.

Sementara Lucia Herawati, pemeluk Konghucu yang juga menjadi narasumber dalam webinar menyoroti pentingnya peran perempuan atau ibu dalam keluarga, khususnya dalam pembelajaran kebajikan kepada anak-anaknya.

“Maka perempuan harus punya tekad kuat untuk tetap sehat” kata Lucia seraya menjelaskan bahwa peran perempuan di Konghucu itu sendiri memiliki kedudukan sejajar dengan laki-laki

Menurut Lucia, agama Konghucu menjelaskan bahwa seorang perempuan atau ibu memiliki peran penting dalam pendidikan anak- anaknya.

“Perempuan adalah rohaniawan pertama bagi anak- anaknya bagi pembelajaran kebajikan” ujar Lucia.

Kondisi yang mengharuskan semua orang untuk berada dan berkegiatan di rumah saja, menjadi hal yang baru bagi semua orang. “Namun kita semua harus tetap bergembira ketika berada di rumah. Karena di dunia ini setiap detik ada perubahan. Saat ini terjadi perubahan yang sangat besar maka mari kita belajar beradaptasi sehingga kita dapat hidup lebih baik.” ujar Lucia.

Peran perempuan atau ibu yang sangat luar biasa dalam pendampingan anak di masa pandemi juga ditegaskan oleh Ketut Rohani dari Agama Hindu. Beliau menceritakan saat masa pandemi awal umat Hindu sedang bersiap dalam menyambut Hari Raya Nyepi.

Sejatinya bagi umat Hindu, pandemi dengan anjuran untuk menjaga jarak bukan hal baru. Catur brata pe-Nyepian telah membiasakan umat Hindu untuk jenak dari dunia yang berlari. Situasi pandemi ini secara spiritual bagi Umat Hindu dikaitkan dengan ajaran Trihita Karana, yaitu memperkuat hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan dan hubungan antara manusia dengan sesama manusia.

Aplikasi ajaran ini dalam situasi pandemi adalah mendampingi siswa Hindu belajar secara daring, melakukan sosialisasi perilaku hidup bersih sehat, dan melakukan catur guru. Ada yang disebut dengan guru wisesa, yang bentuknya adalah dengan patuh terhadap himbauan pemerintah.

Peran perempuan dalam hal ini penting sebagai pelopor bagi keluarga untuk patuh dan berdisiplin dengan himbauan pemerintah. Sikap patuh dan disiplin adalah cerminan spiritualitas Hindu.

Keseimbangan Spiritualitas dan Kesadaran Sosial di Tengah Pandemi.

Perspektif yang melihat pandemi dalam kerangka spiritualitas dan kaitannya dengan perempuan juga dijelaskan oleh Dian Jennie, Ketua Umum perempuan Penghayat Kepercayaan Terhadap Than Yang maha Esa Indonesia (Puanhayati).

“Bagi penghayat kepercayaan pandemi ini dilihat menjadi tiga pandangan yaitu manunggal ing kawula lan gusti, sangkan paran ing dumadi, dan memayu hayu ning bawono” begitu penjelasan Dian Jennie membuka paparannya.

Dijelaskan bahwa asal mula manusia dan tujuan hidup manusia diciptakan dari suatu yang suci, mengamalkan nilai luhur, dan akan kembali ke Tuhan. Lalu kemenyatuan manusia dengan sang pencipta. Selanjutnya konsep kemenyatuan manusia dengan manusia, dan kemenyatuan manusia dengan alam.

Kemudian tentang kesadaran sosial, Dian Jennie menjelaskan bahwa yang dilakukan oleh komunitas Puanhayati adalah melakukan bakti sosial, dan melakukan doa bersama secara online untuk memohon keselamatan dalam mengahadapi keadaan ini.

Selain aktivitas sosial, perempuan juga berperan untuk melaksanakan kegiatan spiritual dari rumah. Pandemi juga momentum untuk mengomunikasikan peran domestik dengan seluruh anggota keluarga. Komunikasi menjadi penting untuk meringankan beban masing-masing dalam rumah tangga.

“Bahwa nilai spiritual yang kita hayati dan kita yakini harus mampu membawa kesentosaan bagi bumi dan bagi kehidupan” tutur Dian.

Berangkat dari spiritualitas yang demikian, pandemi dalam hal ini dipandang tidak hanya sebagai bala atau musibah, tetapi juga pepiling atau cara Tuhan mengingatkan manusia sebagai makhluk yang punya batas.

Menurut Dian, hari ini banyak manusia kehilangan kemampuan sampurnaning manembah, kehilangan cara berhubungan dengan Yang Maha Kuasa lewat olah batin, sebagai akibat dari kesibukan jasmani dan duniawi. Lewat pandemi, manusia diajak untuk melakukan sebaliknya, sekaligus mengkalkulasi peran yang telah dibuatnya bagi bumi dan keutuhan ciptaan.

Webinar Silaturahmi Kebangsaan Perempuan Lintas Iman ini punya intensi untuk saling menguatkan antar perempuan.  Ada 8 (delapan) perempuan yang tampil sebagai pembicara dengan dua penanggap. Acara ini dimoderatori Makrus Ali (Kepala Unit Kebebasan Beragama/Berkpercayaan dan Inklusi Sosial SATUNAMA) dan diikuti kurang lebih 80 orang secara daring. (Puti Ayu Anandita dan Valerianus B. Jehanu/Editor : A.K. Perdana/SATUNAMA)

Tinggalkan komentar