Penulisan Laporan berperspektif Pengelolaan Pengetahuan

Pertemuan pengembangan kapasitas beberapa mitra Misereor di Jambi dan Sekitarnya berlangsung pada tanggal 23-25 September di Hotel Mega Indah Jambi. Kegiatan ini adalah tindak lanjut dari rekomendasi konseling organisasi khususnya Setara dan jaringannya, bersama dengan Christopher Uhle.

Konseling Setara dan jaringan sudah dimulai sejak 2012. Hasil konseling tersebut menunjukkan adanya kebutuhan akan penulisan laporan yang baik, tidak hanya bagi kepentingan program, tetapi juga bagi kepentingan organisasi. Sejumlah lima belas orang berasal dari Walhi Jambi,Walhi Sumsel, Walhi Lampung, Yayasan CAPPA, Setara, Walhi Sumbar, Wahana Liar,Perkumpulan Hijau dan Perkumpulan Elang mengikuti sebuah kegiatan peningkatan kapasitas bertema : Penulisan laporan berperspektif pengelolaan pengetahuan.

Kegiatan ini difasilitasi oleh I Gede Edy Purwaka dan William E. Aipipidely. Edy Purwaka mengantarkan peserta untuk menggali lebih dalam mengenai rintisan sebuah pengetahuan dan mengenali bersama apa kontribusinya terhadap organisasi. Peserta menemukan dalam diskusi bahwa ada beberapa pengetahuan yang sama dan digunakan oleh beberapa mitra untuk menunjang kerja-kerja organisasi. Langkah penting yang harus dilakukan oleh organisasi adalah mengubah pengetahuan yang sifatnya tacit (ada di dalam benak individu) menjadi pengetahuan explisit ( tertulis ). kata kunci kegiatan pengelolaan pengetahuan adalah right people,right process, dan right technology.

Materi hari kedua William E. Aipipidely mengantarkan peserta untuk melihat strategi komunikasi organisasi, khususnya dalam hal penulisan laporan. Hal yang disampaikan terkait dengan dasar-dasar penulisan laporan, jenis dan tujuan laporan, pencatatan proses (persiapan menulis).

Peserta melakukan praktek menulis feature dan opini sebagai pendukung laporan bagi organisasi dan hasil latihan dipresentasikan. Dalam presentasi, peserta saling memberikan masukan dan berbagi pengalaman dalam menulis. Sebagai suatu jembatan antara pengelolaan pengetahuan dan situasi lapangan, kedua fasilitator merekomendasikan instrumen pendukung (format sederhana) yang dapat mengakomodir terciptanya rintisan sebuah pengetahuan yang mencakup informasi mengenai people, process, dan technology.

Sebelum menutup kegiatan, fasilitator meminta peserta menggambarkan sebuah simbol yang dapat mewakili seluruh proses kegiatan. Bejo Dewangga dari Walhi Lampung, memberikan simbol berupa infocus, dengan penjelasan “ menerima dengan fokus, kalau sudah terhubung dengan laptop akan bisa berbagi – melihat apapun yang ada di laptop – bersama dengan orang lain.” Cik Edy, dari CAPPA, memberikan simbol berupa tumpukan buku, dengan penjelasan “tumpukan buku saja tidak bermakna, kalau sudah dibuka baru ada proses transfer sehingga pengetahuan bisa diketahui oleh orang lain.”

oleh: Stella R.ParamitaPertemuan pengembangan kapasitas beberapa mitra Misereor di Jambi dan Sekitarnya berlangsung pada tanggal 23-25 September di Hotel Mega Indah Jambi. Kegiatan ini adalah tindak lanjut dari rekomendasi konseling organisasi khususnya Setara dan jaringannya, bersama dengan Christopher Uhle.

Konseling Setara dan jaringan sudah dimulai sejak 2012. Hasil konseling tersebut menunjukkan adanya kebutuhan akan penulisan laporan yang baik, tidak hanya bagi kepentingan program, tetapi juga bagi kepentingan organisasi. Sejumlah lima belas orang berasal dari Walhi Jambi,Walhi Sumsel, Walhi Lampung, Yayasan CAPPA, Setara, Walhi Sumbar, Wahana Liar,Perkumpulan Hijau dan Perkumpulan Elang mengikuti sebuah kegiatan peningkatan kapasitas bertema : Penulisan laporan berperspektif pengelolaan pengetahuan.

Kegiatan ini difasilitasi oleh I Gede Edy Purwaka dan William E. Aipipidely. Edy Purwaka mengantarkan peserta untuk menggali lebih dalam mengenai rintisan sebuah pengetahuan dan mengenali bersama apa kontribusinya terhadap organisasi. Peserta menemukan dalam diskusi bahwa ada beberapa pengetahuan yang sama dan digunakan oleh beberapa mitra untuk menunjang kerja-kerja organisasi. Langkah penting yang harus dilakukan oleh organisasi adalah mengubah pengetahuan yang sifatnya tacit (ada di dalam benak individu) menjadi pengetahuan explisit ( tertulis ). kata kunci kegiatan pengelolaan pengetahuan adalah right people,right process, dan right technology.

Materi hari kedua William E. Aipipidely mengantarkan peserta untuk melihat strategi komunikasi organisasi, khususnya dalam hal penulisan laporan. Hal yang disampaikan terkait dengan dasar-dasar penulisan laporan, jenis dan tujuan laporan, pencatatan proses (persiapan menulis).

Peserta melakukan praktek menulis feature dan opini sebagai pendukung laporan bagi organisasi dan hasil latihan dipresentasikan. Dalam presentasi, peserta saling memberikan masukan dan berbagi pengalaman dalam menulis. Sebagai suatu jembatan antara pengelolaan pengetahuan dan situasi lapangan, kedua fasilitator merekomendasikan instrumen pendukung (format sederhana) yang dapat mengakomodir terciptanya rintisan sebuah pengetahuan yang mencakup informasi mengenai people, process, dan technology.

Sebelum menutup kegiatan, fasilitator meminta peserta menggambarkan sebuah simbol yang dapat mewakili seluruh proses kegiatan. Bejo Dewangga dari Walhi Lampung, memberikan simbol berupa infocus, dengan penjelasan “ menerima dengan fokus, kalau sudah terhubung dengan laptop akan bisa berbagi – melihat apapun yang ada di laptop – bersama dengan orang lain.” Cik Edy, dari CAPPA, memberikan simbol berupa tumpukan buku, dengan penjelasan “tumpukan buku saja tidak bermakna, kalau sudah dibuka baru ada proses transfer sehingga pengetahuan bisa diketahui oleh orang lain.”

oleh: Stella R.Paramita

Tinggalkan komentar