Pelatihan Pengembangan Organisasi

Pada tanggal 13 hingga 17 Desember lalu, 20 orang (L: 10, P:10) dari lembaga mitra Handicap Internasional mengikuti pelatihan Pengembangan Organisasi di Balai Pelatihan SATUNAMA, Yogyakarta. Uniknya, sebagian besar peserta merupakan penyandang difabel. Bahkan, panitia mendatangkan seorang penerjemah bahasa isyarat supaya 2 orang peserta tuna rungu bisa mengikuti jalannya pelatihan.

[foto1]

Pelatihan kali ini difasilitasi oleh Hardono Hadi dari SATUNAMA. Ia mengajak peserta berdiskusi mengenai bagaimana organisasi berkembang dan merespon lingkungan supaya tidak tertinggal oleh perubahan. Agar organisasi akuntabel dan transparan, pelatihan ini juga membahas mengenai penguatan dan pengelolaan keuangan organisasi. Direktur SATUNAMA, Frans Tugimin, menjadi narasumber mengenai hal ini. Ia memberi penekanan pada pentingnya mengatur keuangan proyek. Sebagai pengayaan, Nurul Purnamasari dari Radio SATUNAMA bersama para peserta berdiskusi mengenai radio komunitas dan perkembangannya di Indonesia.

“Kami dikirim kemari oleh Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) untuk belajar mengenai penguatan organisasi. Selama pelatihan, kami mendapat materi mulai dari mendesain dan memanajemen program serta cara menggalang dana. Selain itu ada materi sisipan mengenai radio komunitas,” tutur Hamzah MY. Ketua Cabang Pertuni wilayah Sulawesi Selatan ini juga menyatakan jika sebelumnya mereka juga biasa menyelenggarakan pelatihan. Namun, ada beberapa metode baru yang mereka dapatkan dari pelatihan ini. Menurutnya, model penyusunan program yang dipelajarinya di SATUNAMA lebih sistematis dan lebih fokus.

Nurul Hasanah dan Mursida yang juga berasal dari Pertuni Sulawesi Selatan juga menambahkan kalau mereka tertarik untuk mengajarkan ilmu yang mereka dapat di pelatihan ini kepada pengurus Pertuni lainnya. Harapan kedepannya, lembaga mereka kemudian melakukan perbaikan manajemen supaya bisa bekerja dengan lebih efisien.

Selama pelatihan, peserta tidak hanya mendengarkan ceramah. Peserta aktif berdiskusi dan bertukar pengalaman tentang hal-hal yang pernah mereka lakukan. Tiap hari, peserta membagi diri dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas. ”Narasumber pelatihan ini memiliki latar belakang yang sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Terutama Pak Hardono Hadi, Beliau pemateri yang bagus. Selain flexibel dan lucu, ia juga bisa membaca kondisi sehingga peserta tertarik untuk ikut aktif dalam setiap sesi.” tambah Hamzah.

Organizational Development Course
This article only written in Bahasa Indonesia
Pada tanggal 13 hingga 17 Desember lalu, 20 orang (L: 10, P:10) dari lembaga mitra Handicap Internasional mengikuti pelatihan Pengembangan Organisasi di Balai Pelatihan SATUNAMA, Yogyakarta. Uniknya, sebagian besar peserta merupakan penyandang difabel. Bahkan, panitia mendatangkan seorang penerjemah bahasa isyarat supaya 2 orang peserta tuna rungu bisa mengikuti jalannya pelatihan.

Pelatihan kali ini difasilitasi oleh Hardono Hadi dari SATUNAMA. Ia mengajak peserta berdiskusi mengenai bagaimana organisasi berkembang dan merespon lingkungan supaya tidak tertinggal oleh perubahan. Agar organisasi akuntabel dan transparan, pelatihan ini juga membahas mengenai penguatan dan pengelolaan keuangan organisasi. Direktur SATUNAMA, Frans Tugimin, menjadi narasumber mengenai hal ini. Ia memberi penekanan pada pentingnya mengatur keuangan proyek. Sebagai pengayaan, Nurul Purnamasari dari Radio SATUNAMA bersama para peserta berdiskusi mengenai radio komunitas dan perkembangannya di Indonesia.

“Kami dikirim kemari oleh Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) untuk belajar mengenai penguatan organisasi. Selama pelatihan, kami mendapat materi mulai dari mendesain dan memanajemen program serta cara menggalang dana. Selain itu ada materi sisipan mengenai radio komunitas,” tutur Hamzah MY. Ketua Cabang Pertuni wilayah Sulawesi Selatan ini juga menyatakan jika sebelumnya mereka juga biasa menyelenggarakan pelatihan. Namun, ada beberapa metode baru yang mereka dapatkan dari pelatihan ini. Menurutnya, model penyusunan program yang dipelajarinya di SATUNAMA lebih sistematis dan lebih fokus.

Nurul Hasanah dan Mursida yang juga berasal dari Pertuni Sulawesi Selatan juga menambahkan kalau mereka tertarik untuk mengajarkan ilmu yang mereka dapat di pelatihan ini kepada pengurus Pertuni lainnya. Harapan kedepannya, lembaga mereka kemudian melakukan perbaikan manajemen supaya bisa bekerja dengan lebih efisien.

Selama pelatihan, peserta tidak hanya mendengarkan ceramah. Peserta aktif berdiskusi dan bertukar pengalaman tentang hal-hal yang pernah mereka lakukan. Tiap hari, peserta membagi diri dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas. ”Narasumber pelatihan ini memiliki latar belakang yang sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Terutama Pak Hardono Hadi, Beliau pemateri yang bagus. Selain flexibel dan lucu, ia juga bisa membaca kondisi sehingga peserta tertarik untuk ikut aktif dalam setiap sesi.” tambah Hamzah.
Pada tanggal 13 hingga 17 Desember lalu, 20 orang (L: 10, P:10) dari lembaga mitra Handicap Internasional mengikuti pelatihan Pengembangan Organisasi di Balai Pelatihan SATUNAMA, Yogyakarta. Uniknya, sebagian besar peserta merupakan penyandang difabel. Bahkan, panitia mendatangkan seorang penerjemah bahasa isyarat supaya 2 orang peserta tuna rungu bisa mengikuti jalannya pelatihan.

[foto1]

Pelatihan kali ini difasilitasi oleh Hardono Hadi dari SATUNAMA. Ia mengajak peserta berdiskusi mengenai bagaimana organisasi berkembang dan merespon lingkungan supaya tidak tertinggal oleh perubahan. Agar organisasi akuntabel dan transparan, pelatihan ini juga membahas mengenai penguatan dan pengelolaan keuangan organisasi. Direktur SATUNAMA, Frans Tugimin, menjadi narasumber mengenai hal ini. Ia memberi penekanan pada pentingnya mengatur keuangan proyek. Sebagai pengayaan, Nurul Purnamasari dari Radio SATUNAMA bersama para peserta berdiskusi mengenai radio komunitas dan perkembangannya di Indonesia.

“Kami dikirim kemari oleh Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) untuk belajar mengenai penguatan organisasi. Selama pelatihan, kami mendapat materi mulai dari mendesain dan memanajemen program serta cara menggalang dana. Selain itu ada materi sisipan mengenai radio komunitas,” tutur Hamzah MY. Ketua Cabang Pertuni wilayah Sulawesi Selatan ini juga menyatakan jika sebelumnya mereka juga biasa menyelenggarakan pelatihan. Namun, ada beberapa metode baru yang mereka dapatkan dari pelatihan ini. Menurutnya, model penyusunan program yang dipelajarinya di SATUNAMA lebih sistematis dan lebih fokus.

Nurul Hasanah dan Mursida yang juga berasal dari Pertuni Sulawesi Selatan juga menambahkan kalau mereka tertarik untuk mengajarkan ilmu yang mereka dapat di pelatihan ini kepada pengurus Pertuni lainnya. Harapan kedepannya, lembaga mereka kemudian melakukan perbaikan manajemen supaya bisa bekerja dengan lebih efisien.

Selama pelatihan, peserta tidak hanya mendengarkan ceramah. Peserta aktif berdiskusi dan bertukar pengalaman tentang hal-hal yang pernah mereka lakukan. Tiap hari, peserta membagi diri dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas. ”Narasumber pelatihan ini memiliki latar belakang yang sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Terutama Pak Hardono Hadi, Beliau pemateri yang bagus. Selain flexibel dan lucu, ia juga bisa membaca kondisi sehingga peserta tertarik untuk ikut aktif dalam setiap sesi.” tambah Hamzah.

Organizational Development Course
This article only written in Bahasa Indonesia
Pada tanggal 13 hingga 17 Desember lalu, 20 orang (L: 10, P:10) dari lembaga mitra Handicap Internasional mengikuti pelatihan Pengembangan Organisasi di Balai Pelatihan SATUNAMA, Yogyakarta. Uniknya, sebagian besar peserta merupakan penyandang difabel. Bahkan, panitia mendatangkan seorang penerjemah bahasa isyarat supaya 2 orang peserta tuna rungu bisa mengikuti jalannya pelatihan.

Pelatihan kali ini difasilitasi oleh Hardono Hadi dari SATUNAMA. Ia mengajak peserta berdiskusi mengenai bagaimana organisasi berkembang dan merespon lingkungan supaya tidak tertinggal oleh perubahan. Agar organisasi akuntabel dan transparan, pelatihan ini juga membahas mengenai penguatan dan pengelolaan keuangan organisasi. Direktur SATUNAMA, Frans Tugimin, menjadi narasumber mengenai hal ini. Ia memberi penekanan pada pentingnya mengatur keuangan proyek. Sebagai pengayaan, Nurul Purnamasari dari Radio SATUNAMA bersama para peserta berdiskusi mengenai radio komunitas dan perkembangannya di Indonesia.

“Kami dikirim kemari oleh Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) untuk belajar mengenai penguatan organisasi. Selama pelatihan, kami mendapat materi mulai dari mendesain dan memanajemen program serta cara menggalang dana. Selain itu ada materi sisipan mengenai radio komunitas,” tutur Hamzah MY. Ketua Cabang Pertuni wilayah Sulawesi Selatan ini juga menyatakan jika sebelumnya mereka juga biasa menyelenggarakan pelatihan. Namun, ada beberapa metode baru yang mereka dapatkan dari pelatihan ini. Menurutnya, model penyusunan program yang dipelajarinya di SATUNAMA lebih sistematis dan lebih fokus.

Nurul Hasanah dan Mursida yang juga berasal dari Pertuni Sulawesi Selatan juga menambahkan kalau mereka tertarik untuk mengajarkan ilmu yang mereka dapat di pelatihan ini kepada pengurus Pertuni lainnya. Harapan kedepannya, lembaga mereka kemudian melakukan perbaikan manajemen supaya bisa bekerja dengan lebih efisien.

Selama pelatihan, peserta tidak hanya mendengarkan ceramah. Peserta aktif berdiskusi dan bertukar pengalaman tentang hal-hal yang pernah mereka lakukan. Tiap hari, peserta membagi diri dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas. ”Narasumber pelatihan ini memiliki latar belakang yang sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Terutama Pak Hardono Hadi, Beliau pemateri yang bagus. Selain flexibel dan lucu, ia juga bisa membaca kondisi sehingga peserta tertarik untuk ikut aktif dalam setiap sesi.” tambah Hamzah.

Tinggalkan komentar