Bergerak dalam Keberagaman untuk Yogyakarta yang Toleran

Keberagaman menjadi isu yang masih sering untuk diperbicangkan. Maraknya isu yang berdampak pada kurangnya toleransi antar perbedaan telah menjadi dasar pertama ketika berbicara tentang isu keberagaman. Munculnya berbagai aksi yang berdampak pada diskriminasi dan rasa ketidaknyamanan karena perbedaan menjadi keprihatinan tersendiri bagi warga, terutama para pegiat yang bergerak dalam komunitas, salah satunya adalah Komunitas Solidaritas Perempuan Kinasih.

Maraknya gerakan-gerakan yang mencerminkan intoleransi maupun minimnya penghargaan pada keberagaman tersebut menjadi dasar diadakannya kegiatan workshop bertajuk “Lintas Keberagaman untuk Yogyakarta Penuh Toleran” oleh Solidaritas Perempuan Kinasih yang bekerjasama dengan SATUNAMA dalam menggelar workshop ini.

Workshop menggunakan tempat di Balai Latihan SATUNAMA, Jl. Sambisari No. 99, Duwet, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 11–14 Juli 2019. Fasilitas pelayanan dan infrastruktur dari SATUNAMA yang sangat mendukung kegiatan workshop membuat para peserta dapat berdinamika secara aktif dan melebur satu peserta dengan peserta yang lainnya. “Acaranya seru, tempatnya asyik. Saya dapat teman yang berbeda usia, agama, dan suku.”, kesan Nadia Damara, salah satu peserta Wokshop

Kegiatan ini juga didasari pada perlunya menawarkan nilai-nilai alternatif tentang keberagaman kepada anak muda dan kaum perempuan. Workshop ini secara khusus memang disegmentasikan kepada anak muda komunitas lintas agama, lintas etnis, dan lintas budaya (khususnya perempuan), serta lintas ekspresi.

“Kami melakukan pendekatan kepada beberapa komunitas, seperti komunitas rumah ibadat. Harapannya ketika peserta pulang dari kegiatan dapat menyebarkan kepada anggota komunitas tersebut nilai-nilai tentang keberagaman”, ujar Yuniarti Vuspita selaku ketua Solidaritas Perempuan Kinasih.

Yuniarti juga menambahkan, dengan acara ini diharapkan anak muda yang menjadi peserta dapat menjadi agen perdamainan minimal di lingkungan pertemanannya, karena para peserta tersebut telah berdinamika dan mendengarkan cerita-cerita dari peserta lain tentang keberagaman di sisi positif maupun negatif. Sehingga diharapkan mereka dapat mempraktikkan pengetahuan yang mereka dapatkan dalam workshop dalam kehidupan mereka di masyarakat. [Foto & Berita : Albertus Novendra / Editor : A.K. Perdana]

 

Tinggalkan komentar