Pengembangan SDM, Perencanaan Program dan Strategi Komunikasi Partai Politik

Setelah pada hari pertama mengangkat tema politik, demokrasi dan pengejawantahannya dalam kesejahteraan, dan tema yang diangkat pada hari kedua pelatihan adalah pengelolaan dan pengembangan program dan penggalangan dana partai politik, di hari ketiga, hari terakhir, para peserta mengikuti pelatihan dengan tema pengembangan sumber daya manusia, perencanaan program dan strategi komunikasi partai politik.

Liputan ini merupakan bagian kedua dari tiga bagian yang memaparkan kegiatan pelatihan Developing Healthy Democracy in Tomor Leste Through Political Party Empowerment.

Yogyakarta, 15 Desember 2017. Hari terakhir Kamis, (16/11) peserta belajar tentang  tiga tema besar, meliputi Pengembangan Sumber  Daya Manusia : Rekruitmen, Pengembangan Kapasitas, dan Kandidasi dengan narasumber Djajadi  Hanan, Action Plan dengan narasumber  I Gede Edy Purwaka dan (3) Strategi Komunikasi –Kampanye Publisitas , dengan narasumber  Yunarto Wijaya. Di hari ini tampak semua peserta masih cukup antusias dan semangat untuk belajar .

Kompromi dan Transparansi

Djayadi Hanan menjelaskan materi tentang Pengembangan SDM : Rekruitmen, Pengembangan Kapasitas dan Kandidasi dalam Pelatihan Developing Healthy Democracy in Timor Leste Through Political Party Empowerments, Jumat, (16/11) di Yayasan SATUNAMA Yogyakarta. (Foto: Banu Badrika)

Sebagai narasumber di sesi pertama,  Djayadi Hanan dalam presentasinya menyampaikan beberapa poin penting terkait dengan Pengembangan SDM : Rekruitmen, Pengembangan Kapasitas dan Kandidasi, bahwa yang paling krusial adalah para kandidat yang akan diajukan sebagai anggota eksekutif dan legislatif.

Sedang hal yang lain adalah soal perekrutan, seleksi dan nominator para kandidat. Ada empat dimensi atau isu dari proses rekruitmen yaitu Hal terkait kandidat, Pihak penyeleksi, Proses seleksi berlangsung desentralisasi atau sentralisasi atau campuran diantara keduanya dan Bagaimana proses seleksinya.

“Namun politik kadang tak terlalu cocok dengan manajemen. Perlu memikirkan komprominya, agar manajemen jalan politik juga jalan, sehingga seimbang.“ terang  Djayadi Hanan.

Jon, salah satu peserta menanyakan yang dimaksud dengan kompromi. Djayadi Hanan, yang juga seorang Doktor Filsafat menjelaskan bahwa kompromi banyak terjadi di Indonesia. “Sudah ada aturan tentang tata cara rekrutmen. Misalnya berdasar nomor urut kandidat, tetapi kadang anak ketua partai yang baru pulang dari belajar di luar negeri baru setahun sudah dapat dipilih, atau ada kedekatan kerabat. Perlu ada kompromi soal ini.“ ungkapnya.

Transparansi kepada publik juga merupakan hal yang penting bagi partai politik karena ini akan berguna dalam jangka panjang terus terhubung dengan publik. Partai politik akan tahu apa yang terjadi di publik. Jika tidak demikian bisa jadi dalam jangka panjang partai itu akan bubar.

Melengkapi presentasi juga terjadi diskusi, sharing  dan tanya jawab antara peserta dan narasumber. Egas, salah satu peserta mengatakan bahwa terkait dengan pilihan kandidat partai, maka yang terjadi semua dipilih oleh partai dan dari partai. Sementara Chico, peserta dari partai CNRT mengatakan bahwa di partai CNRT yang dapat memilih adalah mereka yang ada di dalam struktur (pengurus). “Kandidat yang dipilih oleh pengurus dapat diseleksi oleh nasional lagi.“ papar Chico.

Di akhir sesi Djayadi Hanan mengingatkan kepada para peserta bahwa sebagai anggota partai harus mulai menganalisa kecenderungan rendahnya kedekatan masyarakat dengan partai tanpa melupakan  fungsi legislasi dan eksekutif. “ Partai harus membangun kepercayaan pada masyarakat dan konstituennya. Kepercayaan akan terbangun dengan cara mendekatkan diri, “ papar Djayadi Hanan.

Menyusun Action Plan

Di sesi kedua peserta belajar  tentang Action Plan dengan narasumber  I Gede Edy Purwaka dari SATUNAMA. Ada tiga tujuan dari materi  Action Plan, yaitu : Adanya pengetahuan dasar penyusunan rencana aksi politik, Politisi memiliki ketrampilan mengkomunikasikan rencana aksi politik, dan Politisi mampu menerapkannya.

Alat  analisis yang digunakan adalah Logical Frame Analysis ( LFA ) karena perencanaan itu harus relevan, logis, terukur dan efektif. Ketika narasumber menanyakan kepada peserta apakah pernah ragu-ragu atau gagal merencanakan kegiatan, sebagian peserta menjawab pernah. “Pernah ragu-ragu apakah yang sudah kita rencanakan itu benar.” kata Jos. Sementara  peserta lain, Jhon mengatakan bahwa gagalnya perencanaan karena kurangnya sarana dan prasarana.

Stakeholders dan Masalah

Edy Purwaka menggelindingkan materi tentang Menyusun Rencana Aksi Politik dalam Pelatihan Developing Healthy Democracy in Timor Leste Through Political Party Empowerments, Jumat (16/11) di Yayasan SATUNAMA Yogyakarta. (Foto : Banu Badrika)

Kepada peserta, narasumber menjelaskan tentang Analisis Stakeholders dan Analisis Masalah. Analisis  Stakeholders bertujuan untuk mengetahui kebutuhan konstituen. Sedang  Analisis Masalah bertujuan mengidentifikasikan persoalan masyarakat dan membuat situasi negatif saat  ini menjadi situasi yang positif dengan kegiatan yang dilakukan.

Guna memantik daya kritis peserta narasumber memutarkan sebuah film pendek Cinta Juga Butuh WC. Secara singkat film bercerita tentang  seorang pria yang mempunyai seorang kekasih. Namun cinta pria itu berpaling ke gadis yang lain hanya karena di rumah kekasihnya itu tidak ada WC. Dari film ini narasumber lalu menanyakan apa yang akan dilakukan oleh para peserta sebagai anggota partai. Baragam jawaban dari peserta, antara lain akan melakukan penyuluhan pentingnya mempunyai WC, kampanye soal kesehatan dan kebersihan hingga rencana membangun WC umum.

Beberapa poin penting dari narasumber terkait dengan  Logical Frame Anlysis  adalah Logika berpikir yang dipakai adalah logika horizontal, Perlunya memikirkan factor eksternal, dan Adanya daur informasi. Guna melatih dan meningkatkan daya kritis peserta belajar membuat Action Plan secara kelompok. Peserta cukup semangat mengerjakan tugas ini. Hasil tugas dipresentasikan dan dikritisi bersama. Sebagai penutup sesi Edy Purwaka mengatakan bahwa dalam membuat kegiatan perlu diperhatikan tiga hal penting , yaitu mendata kegiatan, urutan yang akan dilakukan dan apa capaiannya.

Pentingnya Strategi dan Peran Media

Strategi Komunikasi-Kampanye–Publisitas menjadi materi terakhir dalam pelatihan ini. Sebagai narasumber adalah Yunarto Wijaya, Direktur Eksekutif Charta Politika. Beberapa poin presentasi Yunarto antara lain tentang pentingnya strategi komunikasi bagi parpol dan anggotanya agar terpilih dalam pemilu. Dipresentasikan juga tentang peta arus pemilih di Indonesia tahun 1955 – 2009 dan faktor –faktor yang berpengaruh.

Terkait tentang partai dan pemilih di Indonesia, sejauh pengamatan partai yang dapat menjadi besar adalah : partai yang punya ideologi / value, partai yang mempunyai tokoh, dan partai yang mempunyai infrastruktur.

Peran media (cetak dan TV) dalam hal partai dan pemilih sangat besar dan penting. Momentum penting dan langka saat tersampaikan di media dapat menjadi branding untuk menaikkan dukungan. Di Indonesia banyak media yang dimiliki oleh para tokoh politik dan digunakan untuk mensosialisasikan dan mengkampanyekan partai dan kegiatannya.

Saat ini bahkan berkembang apa yang disebut dengan “ politainment”, yaitu bagaimana politikus begitu laku di media. Sebut saja Ruhut Sitompul, Hotman Paris, Roy Suryo, dll. Hal-hal yang ekstrim dan menarik perhatian publik menjadikan politisi itu laku. Sebaliknya ada paradigma para profesor justru jarang laku di media.

Terkait dengan politainment ini maka marketing politik bukan sekedar retorika, namun juga terkait dengan bahasa tubuh, pakaian, make up , tata rambut, logo, dan lain-lain. Marketing bicara soal fakta, tapi belum tentu fakta yang sebenar-benarnya.

“Sebagai politisi buatlah branding yang dapat menonjolkan sisi kekhasan Anda, untuk Anda kampanyekan. Namun sesuatu yang otentik, bukan sekedar meniru-niru.” ungkap Yunarto Wijaya.

Terkait dengan metode kampanye ada tiga cara, yaitu Personal Contact, misal pengerahan massa, event, community. Advertising, misal iklan TV, iklan radio, media cetak, spanduk. Public Relation,  misal media monitoring, media agency.

Politik dan Pemilih Muda

Yunarto Wijaya menjelaskan tentang Strategi Komunikasi-Kampanye-Publisitas Partai Politik dalam pelatihan Developing Healthy Democracy in Timor Leste Through Political Party Empowerments, Jumat (16/11) di Yayasan SATUNAMA Yogyakarta. (Foto: Banu Badrika)

Melanjutkan presentasinya, Yunarto menjelaskan bahwa dalam ilmu marketing dan politik, ada pergerakan tren pemilih. Dulu untuk mendapatkan dukungan dalam keluarga, maka yang akan didekati adalah ayah, sebagai pemimpin keluarga. Tahun 1980-an trendnya berpindah pendekatan ke kaum Ibu-ibu, dengan mengadakan penawaran produk rumah tangga dan kecantikan, misal memberi hadiah atau diskon besar-besaran.

Trend sekarang  yang didekati anak-anak usia 18-an, anak usia modern.  Jaman sekarang adalah jaman smartphone. Mereka dijuluki dengan generasi millennia, anak jaman now. Ada empat kata kunci mendekati pemilih muda yang dikenal dengan 4C, yaitu : Critical, Change, Communicative ( memakai bahasa anak muda ) dan Community (anak muda lebih nyaman bergaul dengan komunitasnya).

Di sela-sela presentasi juga terjadi tanya jawab dan diskusi untuk saling melengkapi. Joachim menanyakan apakah untuk saat ini ideologi masih menjadi hal yang penting bagi sebuah partai. Menjawab pertanyaan Joachim, Yunarto mengatakan bahwa politik kita saat ini adalah politik praktis. Ideologi makin ke depan makin berkembang. Ini membangkitkan motto nasionalism. Sekarang ada sesuatu yang anomali. Misalnya kemenangan Donald Trump padahal dia cukup kontroversial.

Sebagai bagian akhir dari keseluruhan pelatihan peserta diminta menulis hal-hal yang diingat dari setiap materi yang telah disampaikan oleh narasumber dan mengisi kolom post test melanjutkan dari pre-test di hari pertama.

Selain dua hal tersebut panitia juga meminta peserta mengisi lembar evaluasi terkait dengan pelaksanaan pelatihan. Sebagai penutup pelatihan panitia menyampaikan sertifikat kepada seluruh peserta pelatihan yang sudah mengikuti pelatihan selama tiga hari. Sertifikat diserahkan oleh Methodius Kusumahadi selaku Ketua Pembina Yayasan SATUNAMA. (Tatik Sulistyaningsih/Foto: Banu Badrika)

Tinggalkan komentar