CEFIL Level-I Regio Sulawesi Utara

Tomohon, 8-14 Juni 2012 – Supported by Konrad Adenauer Stiftung (KAS), SATUNAMA and Tanpa Nama Coalition had successfully carried out regional training of CEFIL Level I for North Sulawesi in July 8-14, 2012 in Tomohon, North Sulawesi. Training theme was “Underlining People’s right over Natural Resources in North Sulawesi Province”. This theme being chosen not away from the purpose of civic education training of SATUNAMA, especially for North Sulawesi region, which is bear future leader who understand universal values (environment, human rights, and democracy) consistent to local context and Indonesian dynamics. Background of this theme selection is the need to disseminating democracy values in North Sulawesi, such as if connected to natural resources management which not yet environmental friendly and not support on indigenous people welfare.

To achieve the purpose, the themes which explored in the training are human rights and democracy, leadership, social analysis, and organizing. Some methods which used in the training were field visit and data collection in Lahendong Village, Tomohon. The participant found that gas power plants had resulted impoverish of the following process; disappearance of farmer and fisherman livelihood, government criminalization when village government and villagers want to manage geothermal tourism sector, health quality decrease (lungs) which effected to decreasing of human resources quality. As recommendation, the society needs to be assisted and get education to be able to communicate their rights to participate and get benefit of the development process.

Several challenges which faced by the training participant is to sort out information and to ensure the data which can support the analysis of problems which arise. For example, understanding that statistic data is not always correct, because the data which can’t be measured is become more important, such a statement of “I’m afraid of government”. Procedure on doing the social analysis need attitude change, which is equality, open, and can be trusted. Another principle are must not consider the respondents as defendant and don’t mentioned word such poverty.

In the end of the training, the participants aware that civil society leadership regeneration process in North Sulawesi is facing impoverishment process as the effect of mismanagement of natural resources.

Participant training consist of 23 persons (9 women, 1 gay, 1 transgender, 12 men). The participants are organization staffs, member of target groups or network which belongs as members of Tanpa Nama Coalition (KPA Rajawali, Aviciena, LBH, Walhi,Tri Prasetya, YDRI, Peka, AMAN, MPA Avestaria). Tomohon, 8-14 Juni 2012 – Atas dukungan Konrad Adenauer Stiftung (KAS), SATUNAMA dan Koalisi Tanpa Nama telah berhasil menyelenggarakan CEFIL Level I Regional untuk Sulawesi Utara, pada tanggal 8-14 Juli 2012 di Tomohon, Sulawesi Utara. Tema pelatihan adalah “Menegaskan Hak Rakyat atas Sumber Daya Alam Di Propinsi Sulawesi Utara”. Tema ini dipilih tidak jauh dari tujuan penyelenggaraan training Civic Education SATUNAMA, khususnya untuk regional Sulawesi Utara yaitu melahirkan pemimpin masa depan yang memahami Nilai-nilai Universal (Lingkungan Hidup, HAM dan Demokrasi) sesuai konteks lokal dan dalam dinamika Negara Kesatuan Republik Indonesia. Latar belakang pemilihan tema ini adalah kebutuhan untuk melakukan penyebaran nilai-nilai demokrasi di Sulawesi Utara, seperti misalnya jika dihubungkan dengan pengelolaan sumber daya alam yang masih belum ramah lingkungan dan tidak menyejahterakan masyarakat adat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, tema-tema yang digali dalam training adalah hak asasi manusia dan demokrasi, kepemimpinan, analisis sosial, pengorganisasian. Salah satu metode yang digunakan dalam pelatihan adalah kunjungan lapangan dan pengumpulan data di Desa Lahendong, Tomohon. Peserta menemukan bahwa PLTG telah mengakibatkan pemiskinan dengan proses-proses sebagai berikut; hilangnya mata pencaharian sebagai petani dan nelayan danau akibat dari kerusakan lahan pertanian dan matinya ikan di danau, kriminalisasi pemerintah pada saat pemerintah desa dan warga desa ingin mengelola sektor wisata geothermal, menurunnya kualitas kesehatan (paru-paru) yang berakibat pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Sebagai rekomendasinya, masyarakat perlu didampingi dan mendapatkan pendidikan untuk mampu mengkomunikasikan hak mereka untuk turut serta menikmati pembangunan.

Beberapa tantangan yang dihadapi oleh peserta adalah memilah informasi dan memastikan data yang bisa mendukung analisa terhadap permasalahan yang muncul. Misalnya saja memahami bahwa data statistik tidak selalu benar, karena data yang tidak bisa diukur itu menjadi lebih penting, seperti pernyataan “saya takut pemerintah”. Tata cara melalukan analisis sosial memerlukan perubahan sikap, yaitu setara, terbuka dan bisa dipercaya. Tidak boleh menganggap yang ditanya sebagai pesakitan, jangan mengujarkan seperti kata kemiskinan.

Di akhir pelatihan, seluruh peserta sadar bahwa proses regenerasi kepemimpinan masyarakat sipil di Sulawesi Utara yang sedang menghadapi proses pemiskinan akibat dari salah kelola sumber daya alam.
Peserta pelatihan berjumlah 23 orang (9 perempuan, 1 gay, 1 waria, 12 laki-laki). Peserta pelatihan adalah staf organisasi, anggota kelompok dampingan maupun jaringan yang dimiliki oleh anggota Koalisi Tanpa Nama (KPA Rajawali, Aviciena, LBH, Walhi,Tri Prasetya, YDRI, Peka, AMAN, MPA Avestaria).

Tinggalkan komentar